Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya (Ir.Soekarno).
Adagium tepat untuk refleksi besarnya perjuangan bunga bangsa dalam mencapai kemerdekaan. Pasalnya negeri ini pernah berada dalam naungan negara-negara asing. Hibah atas upaya dalam menundukkan penjajahan yang tiada rampung dalam waktu sederhana. Berangkat dari kekuatan bersenjata hingga mengandalkan kekuatan intelegensia.
Tak ayal menghayati berbagai narasi perjuangan menjadi tugas besar, sebagai tumpuan implementasi di era 4.0. Penggalian pengetahuan melalui referensi terhadap nilai-nilai budaya dan sejarah diharapkan ada dalam semangat juang para generasi alfa.
Beragam upaya disajikan sebagai bentuk apresiasi. Referensi buku bacaan, museum, film dokumenter, dan dokumen-dokumen arsip lainnya. Demi mempertahankan marwah perjuangan supaya tak termamah waktu.
Kini pilihannya tergantung pada seberapa besar kemauan diri untuk mengenal lebih dekat. Budaya melek sejarah selayaknya menjadi ikrar Individu.
Perisai yang dapat membentengi diri dari arus globalisasi yang semakin luar biasa. Warisan kekuatan intelegensia diharapkan dapat diadopsi pada era seperti ini. Goresan kali ini banyak sedikit bersumber dari Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia sampai dengan Pengakuan Kedaulatan milik Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Realisasi kemerdekaan Indonesia pasalnya tidak berhenti pada Hari Kemerdekaan Indonesia. Beberapa peristiwa penting pasca kemerdekaan telah terjadi demi terciptanya kedaulatan negara yang utuh. Perjuangan para pahlawan dari masa ke masa semakin cerdas dan terarah. Berikut ulasan perjalanan dalam merengkuh tanah air.
Perjuangan Sebelum Pergerakan Nasional (Abad ke-15 hingga Abad ke-19)
Periode dimana segala perlawanan masih bersifat kedaerahan (parsial). Berawal dari kedatangan bangsa Portugis, Belanda, dan Spanyol. Penjajakan dimulai pada tahun 1511 oleh bangsa Portugis, dan bangsa Spanyol pada tahun 1512 di daerah Maluku Utara. Bangsa-bangsa tersebut berhasil takluk dan dapat dipukul mundur melalui perlawanan rakyat. Kemudian pada Tahun 1527 di Sunda Kelapa, bangsa Portugis yang mendapat izin dari raja Pajajaran mengadakan perlawanan dengan Fatahillah yang merupakan utusan dari Sultan Demak. Peristiwa ini sendiri menjadi sejarah berdirinya kota Jakarta.
Belanda mendarat di Banten pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelius de Houtman. Taktik monopoli perdagangan, politik adu-domba (devide et impera), pembasmian tanaman cengkih dan pala, serta pendirian kantor loji sebagai basis pertahanan dan perdagangan merupakan upaya-upaya yang digiatkan oleh bangsa tersebut.
Tanggal 23 Februari 1605 Belanda bersama dengan pasukan VOCnya mendarat di Maluku Selatan. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan Belanda terhadap kesultanan Ternate dan Tidore diklaim berhasil. Sehingga Belanda mendapatkan hak-hak istimewa berupa mengadakan pelayaran hongi, pembasmian tanaman cengkih dan pala, serta mendirikan Benteng Melayu di Ternate (26 Mei 1607).
Pada Pulau Jawa sendiri, kedudukan Belanda semakin Jaya. Hal ini terbukti saat Belanda berhasil merebut Pelabuhan Jayakarta. Sehingga Gubernur Jendral Belanda Jan Pieterszoon Coen mengubah namanya menjadi Batavia pada tahun 1619. Sejak saat itu Batavia menjadi pusat perdagangan, pertahanan, dan pemerintahan VOC.
Perlawanan di berbagai daerah pun ramai dilakukan, peristiwa tersebut berlangsung hingga abad ke-19. Para pahlawan yang berjuang sebelum pergerakan nasional masih belum memiliki kesadaran secara nasional. Perjuangan masih bersifat lokal dan menggunakan kekuatan fisik. Motivasi dasar hanya untuk mempertahankan wilayah kekuasaan raja atau penguasa setempat. Sehingga semangat berjuang untuk menjadi satu NKRI masih belum dicapai.
Perjuangan mencapai kemerdekaan (1900-1945)
Periode ini dibagi menjadi tiga generasi, yaitu generasi ‘08, generasi ‘28, dan generasi ‘45. Kesadaran perjuangan pada generasi’08 menhasilkan keberagaman organisasi nasional oleh para pemuda di tanah air. Organisasi pertama yang ada di Indonesia adalah Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Disusul kemudian oleh Indische Vereniging pada tanggal 15 November 1908. Organisasi ini didirikan di negeri Belanda oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan.
Sebelum orientasinya bergeser ke bidang politik, ketua pendahulunya adalah Sutan Casyangan Soripada. Tampuk kepemimpinan pada tahun 1919-1921 dipegang oleh Ahmad Soebarjo. Sejak kepemimpinannya mengalami perubahan nama menjadi Perhimpunan Indonesia.
Selanjutnya organisasi Sarekat Dagang Islam yang saat itu baru mendapatkan peresmian dari pemerintah Hindia-Belanda pada tanggal 5 April 1909. Beberapa pihak menyatakan bahwa Sarekat Dagang Islam lebih dahulu hadir dibanding Budi Utomo.
Organisasi lainnya yang didirikan pada tanggal 6 September 1912 oleh tiga serangkai, yaitu dr. Cipto Mangunkusumo, E.F.E. Douwes Dekker, dan Suryadi Suryaningrat adalah Indische Partij. Perguruan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta oleh KH. Achmad Dahlan. Kemudian pada tanggal 7 Maret 1915 lahir organisasi pemuda bernama Tri Koro Dharmo. Pendiri organisasi ini merupakan pemuda-pemuda yang berasal dari Jawa. Tri Koro Dharmo berubah nama menjadi Jong Java pada tanggal 12 Juni 1918.
Selanjutnya diikuti dengan daerah-daerah lain seperti Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Timoresche Jongeren Bond, dan lain-lain. Semangat generasi ‘08 mengiiringi Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April -2 Mei 1926. Pada saat itu semangat kedaerahan masih dipertahankan sehingga belum menghasilkan keputusan bulat secara nasional.
Pergerakan generasi ‘28 menghasilkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang pengesahannya dilaksanakan saat Kongres Pemuda II. Berlangsung pada tanggal 27-28 Oktober 1928 dengan tiga kali sidang.
Proses peleburan berbagai sifat kedaerahan menjadi sifat nasional merupakan hal penting untuk mencapai cita-cita nasional. Sehingga pada tanggal 31 Desember 1930 muncul organisasi pemuda kedaerahan yang melebur menjadi satu wadah, yaitu Indonesia Muda.
Lagu Indonesia Raya pun untuk pertama kalinya dikumandangkan. Kemudian pada masa generasi ‘45, momentum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hadiah perjuangan bangsa Indonesia dan upaya yang telah dilakukannya Bangsa Indonesia telah mengambil langkah tepat dan gerak cepat saat kekalahan dan penyerahan Jepang terhadap Sekutu.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan (1945-1950)
Perjuangan diplomasi dan fisik (bersenjata) adalah jalan perjuangan yang diupayakan saat itu. Beberapa perjanjian menjadi saksi penyerahan kedaulatan oleh Belanda.
Perjanjian Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 saat itu delegasi Indonesia adalah St. Syahrir dan delegasi Belanda Prof. Schmerhorn. Dalam perundingan dinyatakan bahwa kekuasaan “de facto” RI meliputi; Sumatera, Jawa, dan Madura, membentuk RIS dan RI menjadi bagian dari RIS, serta RIS dan Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketua.
Perundingan dianggap terlampau memihak satu negara. Hal ini memicu terjadinya Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947. PBB melalui Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Australia (pilihan Indonesia), Belgia (pilihan Belanda), dan Amerika Serikat (pilihan Indonesia dan Belanda) memberikan perhatian khususnya. KTN mengadakan perundingan dengan Belanda dan Indonesia. Perundingan tersebut dilaksanakan di atas Kapal Renville dan menghasilkan Perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin dan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdulkadir Widjojoatmojo. Perundingan-perundingan tersebut memancing perhatian rakyat-rakyat di daerah. Sehingga merupakan salah satu alasan terjadinya pergolakan daerah seperti gerakan-gerakan DI/TII, FDR, Permesta, APRA, dan RMS. Wilayah Indonesia semakin menyempit pada perundingan ini. Sehingga kabinet Amir Syarifuddin digantikan dengan kabinet Hatta.
Pada tanggal 23 Agustus - 2 September 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar di kota Den Haag. Belanda senantiasa mengundur-undur keputusan KMB karena, pihaknya diklaim sudah berhasil dalam perundingan-perundingan sebelumnya. Perundingan diagendakan kembali pada tanggal 27 Desember 1949. Pada saat itu, Belanda benar-benar menyerahkan kedaulatan Indonesia.
Perundingan ini dilakukan di dua negara, yaitu di Belanda dan di Indonesia. Delegasi Indonesia di Belanda adalah Drs. Moh. Hatta. Kemudian, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi delegasi di tanah air. Pengakuan datang dari negara-negara luar. Sebagai negara-negara pertama adalah Liga Arab (Mesir,Suriah, Libanon, Saudi Arabia, menyusul Afghanistan, India, dan negara-negara lain).
Perjuangan mengisi Kemerdekaan (1950-sekarang)
Periode ini ditandai dengan terjadinya pergantian kabinet-kabinet yang berlangsung dari tahun 1950 hingga 1959, perubahan konstitusi, sistem pemerintahan, dekrit presiden, supersemar, serta peristiwa-peristiwa penting lainnya. Bangsa Indonesia baru dapat merealisasikan perjuangan mengisi kemerdekaan, kala pembangunan nasional sudah menyeluruh di segala bidang. Pemahaman akan rekam jejak merengkuh Indonesia menjadi esensial.
Nilai-nilai kepahlawanan dan perjuangan yang ada selayaknya dapat menumbuhkan semangat nasionalisme. Langkah awal yang dapat diwujudkan adalah mulai mengenalnya, mengetahuinya, dan menghayati segala bentuk perjuangan pahlawan untuk Indonesia. Pedoman bagi generasi alfa dalam mengisi kemerdekaan, memajukan, serta menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia. Sehingga dapat diadopsi dalam wujud perilaku sehari-hari. Jika sudah berbaur, tentunya dapat membentengi diri dalam menangkal arus globalisasi yang semakin deras.
Ikhtiar besarnya adalah menumbuhkan tekad dan kesadaran pribadi untuk mematri semangat juang para bunga bangsa.
Selamat Hari Pahlawan 2020
Referensi:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1997. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dari Budi Utomo sampai dengan Pengakuan Kedaulatan. Jakarta: Online Public Access Catalog Perpustakaan Nasional RI [akses 25 November 2020].
@adelyanovi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H