Mohon tunggu...
Novi Ana Rizqiani
Novi Ana Rizqiani Mohon Tunggu... Lainnya - The Little who has The Big Dream

| Jika ada kebaikan dari akun ini, semata datangnya dari Allah swt | Izinkan aksara menari kala suara mulai senyap |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rekam Perjuangannya, Patri Semangatnya

25 November 2020   21:00 Diperbarui: 25 November 2020   21:06 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic: Pixabay ; Ilustrasi: Pribadi

Perlawanan di berbagai daerah pun ramai dilakukan, peristiwa tersebut berlangsung hingga abad ke-19. Para pahlawan yang berjuang sebelum pergerakan nasional masih belum memiliki kesadaran secara nasional. Perjuangan masih bersifat lokal dan menggunakan kekuatan fisik. Motivasi dasar hanya untuk mempertahankan wilayah kekuasaan raja atau penguasa setempat. Sehingga semangat berjuang untuk menjadi satu NKRI masih belum dicapai. 

Perjuangan mencapai kemerdekaan (1900-1945)

Periode ini dibagi menjadi tiga generasi, yaitu generasi ‘08, generasi ‘28, dan generasi ‘45.  Kesadaran perjuangan pada generasi’08 menhasilkan keberagaman organisasi nasional oleh para pemuda di tanah air. Organisasi pertama yang ada di Indonesia adalah Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Disusul kemudian oleh Indische Vereniging pada tanggal 15 November 1908. Organisasi ini didirikan di negeri Belanda oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan. 

Sebelum orientasinya bergeser ke bidang politik, ketua pendahulunya adalah Sutan Casyangan Soripada. Tampuk kepemimpinan pada tahun 1919-1921 dipegang oleh Ahmad Soebarjo. Sejak kepemimpinannya mengalami perubahan nama menjadi Perhimpunan Indonesia.  

Selanjutnya organisasi Sarekat Dagang Islam yang saat itu baru mendapatkan peresmian dari pemerintah Hindia-Belanda pada tanggal 5 April 1909. Beberapa pihak menyatakan bahwa Sarekat Dagang Islam lebih dahulu hadir dibanding Budi Utomo.

Organisasi lainnya yang didirikan pada tanggal 6 September 1912 oleh tiga serangkai, yaitu dr. Cipto Mangunkusumo, E.F.E. Douwes Dekker, dan Suryadi Suryaningrat adalah Indische Partij. Perguruan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta oleh KH. Achmad Dahlan. Kemudian pada tanggal 7 Maret 1915 lahir organisasi pemuda bernama Tri Koro Dharmo. Pendiri organisasi ini merupakan pemuda-pemuda yang berasal dari Jawa. Tri Koro Dharmo berubah nama menjadi Jong Java pada tanggal 12 Juni 1918. 

Selanjutnya diikuti dengan daerah-daerah lain seperti Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Timoresche Jongeren Bond, dan lain-lain. Semangat generasi ‘08  mengiiringi Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April -2 Mei 1926. Pada saat itu semangat kedaerahan masih dipertahankan sehingga belum menghasilkan keputusan bulat secara nasional. 

Pergerakan generasi ‘28 menghasilkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang pengesahannya dilaksanakan saat Kongres Pemuda II. Berlangsung pada tanggal 27-28 Oktober 1928 dengan tiga kali sidang

Proses peleburan berbagai sifat kedaerahan menjadi sifat nasional merupakan hal penting untuk mencapai cita-cita nasional. Sehingga pada tanggal 31 Desember 1930 muncul organisasi pemuda kedaerahan yang melebur menjadi satu wadah, yaitu Indonesia Muda. 

Lagu Indonesia Raya pun untuk pertama kalinya dikumandangkan.  Kemudian pada masa generasi ‘45, momentum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hadiah perjuangan bangsa Indonesia dan upaya yang telah dilakukannya Bangsa Indonesia telah mengambil langkah tepat dan gerak cepat saat kekalahan dan penyerahan Jepang terhadap Sekutu. 

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan (1945-1950)

Perjuangan diplomasi dan fisik (bersenjata) adalah jalan perjuangan yang diupayakan saat itu. Beberapa perjanjian menjadi saksi penyerahan kedaulatan oleh Belanda. 

Perjanjian Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 saat itu delegasi Indonesia adalah St. Syahrir dan delegasi Belanda Prof. Schmerhorn. Dalam perundingan dinyatakan bahwa kekuasaan “de facto” RI meliputi; Sumatera, Jawa, dan Madura, membentuk RIS dan RI menjadi bagian dari RIS, serta RIS dan Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun