dia terlihat menawan
bagaimana mungkin aku lupa
lukisan tentang keagungan
cerita tentang keanggunan
gambaran rupa bidadari
pernah ku khayalkan untuknya
suara-suara diam
membisukan waktu dan ruang
dirinya dan aku
mengisi salah satu kisah-kisah
tentang cinta
tentang luka
tentang rasa yang tak teraih
rembulan tertutup kelabu malam ini
hujan menyirami kegelapan
melaju jatuh tanpa hambatan
menelisik hati dan keragu-raguan syairku
yang seakan kebingungan mengungkapkan makna
puisiku terlihat penuh kedustaan
cerminpun tak mengingkari
perasaan itu belum mati
benihnya masih tertanam
terbangun dan terjaga
di bangunkan oleh hujan musim kemarau
layakkah ku jaga hujan ini tetap menyirami
sementara aku telah berjanji kepada matahari
untuk menjaga awan menjauh
agar benih itu mati tanpa perlu ku cabut
burung-burung melalang buana
meniupkan syair cinta di telingaku
" perjuangkan benih itu!"
"tidak!!!"
akalku menutup telingaku tanpa ku sadari
"buat apa menjaga benih yang membawa kehancuran,
buat apa merawat benih yang membuahkan airmata"
hatiku mengelak,
"rasa ini terlalu indah!!!"
akalku meradang
"lihat dirimu!"
hati menatap dirinya
benih itu telah menyebarkan akar yang meretakkan sisi-sisi tubuh
"lihat?"
hati menangis, diam tak menjawab
akal menatapku, menyuruh bertindak
"aku mengerti"
aku menatap langit, sendu
"tapi beri aku waktu"
10 maret 2015
sumber gambar : artatm.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI