Mohon tunggu...
Adelwan Margeri
Adelwan Margeri Mohon Tunggu... -

just a face in the crowded

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Siapa?

5 Juli 2014   05:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:25 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yosh..., aku kembali meregangkan tubuhku sambil kali ini membuka pintu kamar kosanku lebar-lebar. Ah..., kecoa besar berwarna coklat yang sering aku jumpai saat terbangun pada malam hari terlihat menderita dimulut seekor cicak. Meskipun dia terlihat meronta-ronta dengan keras, gigitan cicak yang tubuhnya tidak terlalu besar tersebut masih terlalu kuat untuk tubuhnya yang sudah melemah.

Meskipun kasihan, aku tidak mungkin membantunya lepas dari gigitan predator dinding ini. Selain tidak mau mengambil rezeki cicak bermata besar tersebut, kalaupun aku selamatkan si kecoa juga pasti bakalan mati dalam beberapa menit. Jadi, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain mengusir cicak tersebut dengan kecoa yang sedang meregang nyawa dimulutnya.

Beberapa saat setelah adegan salah seorang yang dijuluki oleh masyarakat sebagai agen perubahan mengusir cicak dari kamarnya. Aku langsung bergerak mengambil kresek hitam besar yang aku simpan disakuku. Segera tanpa buang waktu aku mengambil bungkus cemilan yang berserakan, kertas-kertas yang berisi penuh coretan gambar iseng yang aku buat saat sedang bosan, kulit jeruk yang aku beli 2 hari yang lalu, dan setiap barang yang aku pantas untuk disebut sebagai sampah untuk dimasukkan kedalam kantong kresek hitam yang sedang aku pegang.

Setelah itu melanjutkannya dengan merapikan buku-bukuku yang berserakan dan meletakkannya ketempat yang seharusnya. Namun, ternyata tempat bukuku sudah tidak muat lagi untuk menampung buku-bukuku yang sudah bertambah banyak tanpa aku sadari. Terpaksa aku menumpuknya dengan rapi disudut kamar sembari berencana untuk membeli rak buku yang baru bulan depan. Aku tersenyum melihat beberapa bukuku yang terlihat kumal dan ada bekas makanan beberapa diantaranya. Kebiasaanku untuk membaca saat makan memang susah untuk dihentikan. Bahkan saat makan diluarpun aku tidak akan bisa makan dengan tenang, kalau tidak ada hape ditangan. Untunglah jaman sudah canggih, aku bisa menyimpan banyak buku dalam sebuah benda kecil yang bisa digenggam tangan.

Ah sudahlah..., kenapa jadi ngelamun lagi. Sementara masih banyak pekerjaanku untuk membersihkan kamar kecil ini. Belum lagi mencuci karpen dan mengepel lantai. Aku rasa mungkin bakalan membutuhkan waktu beberapa jam. Akh, berpikir begitu, semangatku yang tadinya menggebu-gebu mendadak turun saat berpikir pembersihan ini bakalan berjalan lama. Namun...,

“aku tidak suka orang yang kotor...”.

Suara lembut yang sangat aku kenal mendadak bergema dikepalaku. Aku mendesah dengan sesungging senyum diwajah. Apalagi saat sosok yang suaranya merdu bak burung nuri terbayang jelas dalam ingatanku. Hahaha..., bagaimana bisa aku lupa alasan kenapa mendadak saja aku tergerak untuk membersihkan kamar kosanku yang membuat ibuku kos kebingungan tidak percaya. Bagaimana bisa aku lupa terhadap seseorang yang menjadi alasanku untuk berubah menjadi lebih baik, sehingga pantas untuk mendapat perhatiannya.

Kemudian tanpa pikir panjang aku meraih sapu yang baru aku beli tadi untuk mendapatkan sentuhan pertamanya. Sambil bersungut-sungut menyapu bekas roti dan cemilan yang ada dikarpet aku mengeluh lirih

“Sial..., dia itu siapa sih...?”

Tanpa aku sadari, akupun kembali tersenyum dengan khayalan yang melayang-layang dikepala.

http://adelwan.blogspot.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun