Mohon tunggu...
Adelstein
Adelstein Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Kebebasan sejati bukanlah melarikan diri dari aturan, tetapi kemampuan untuk memilih aturan yang kita ikuti.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Leo Tolstoy Menyandung Pendakwah

5 Desember 2024   10:01 Diperbarui: 5 Desember 2024   10:12 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, media sosial saya dipenuhi dengan topik yang sedang tren mengenai seorang tokoh pendakwah bernama Gus Miftah. Dalam sebuah video yang beredar, terlihat bagaimana Gus Miftah "menghina" seorang penjual es teh dengan ungkapan kasar, yakni "gobl*k".

 Mungkin maksud beliau hanya sekadar bercanda, namun hal tersebut kemudian menjadi kontroversial karena secara langsung menyerang penjual es teh itu dengan kata-kata yang tidak pantas. Tindakan ini pun menuai kritik dari banyak netizen, yang menilai bahwa perbuatan tersebut tidak mencerminkan sikap beradab.

Merespons fenomena tersebut, saya teringat sebuah kutipan dari novel "The Demon" karya Leo Tolstoy, seorang filsuf moral asal Rusia, yang berbunyi: "The most mentally deranged people are certainly those who see in others indications of insanity they do not notice in themselves." 

Kutipan ini kurang lebih bermakna bahwa orang yang paling gila secara mental adalah mereka yang melihat tanda-tanda kegilaan pada orang lain, tetapi tidak menyadari bahwa tanda-tanda itu juga ada dalam diri mereka sendiri.

Kutipan tersebut, meskipun terkesan jenaka, sebenarnya cukup relevan dengan kejadian ini. Hal ini mengingat bahwa Gus Miftah tampaknya melihat "kegilaan" atau "kegoblokan" pada penjual es teh tersebut sehingga memanggilnya "gobl*k", tetapi tanpa menyadari bahwa perbuatannya sendiri, yang berupa penghinaan, justru memperlihatkan sikap yang sama.

Selain itu, sangat memprihatinkan bahwa seorang tokoh agama, yang seharusnya menjadi teladan dalam perilaku dan ucapan, justru menunjukkan tindakan yang sangat tidak pantas. 

Sebagai sosok yang diharapkan dapat memberikan contoh yang baik, entah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam tutur kata, perilaku seperti ini tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang seharusnya diajarkan.

Tulisan ini didasarkan pada pandangan pribadi saya, dan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi kita semua untuk lebih bijak dalam bersikap, terutama dalam memilih kata-kata dan tindakan, serta bagaimana kita bisa lebih berhati-hati dalam memberikan teladan, terutama sebagai seorang tokoh yang berpengaruh di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun