Mohon tunggu...
Juliana Adelheid Sinagula
Juliana Adelheid Sinagula Mohon Tunggu... -

Juliana Adelheid S,S.Pd lahi di Larantuka, 23 Juni 1968. Dalam kariernya sebagai pengajar di :1. SMAK Budi Luhur Sunter Agung Jak.Utara 2. SMK / SMAK St.Lukas Penginjil Sunter Agung 3. SMA Pax Patriae Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Relevansi Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi Siswa-Siswi Baru

18 Juli 2016   10:34 Diperbarui: 18 Juli 2016   11:03 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu kegiatan rutin yang dilakukan sekolah di Indonesia dalam memulai tahun akademik yang baru adalah masa orientasi bagi siswa-siswa baru. Ada beberapa istilah yang dipakai untuk kegiatan ini, seperti: Masa Orientasi Siswa (MOS), Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD). Istilah yang terakhir berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 18 tahun 2016 adalah: Pengenalan Lingkungan Sekolah. Ada apa dengan pergeseran istilah ini? 

Baru-baru ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengelurkan surat edaran berkaitan dengan masa orientasi ini. Dalam surat edaran tersebut disebutkan... supaya pimpinan lembaga sipil dan swasta memberi kelonggaran kepada orang tua murid baru supaya mereka bisa masuk kerja setelah mengantar anaknya ke sekolah. Rupanya ada praktek yang keliru yang dilakukan selama ini, sehingga seorang menteri harus mengelurkan surat edaran. 

Memang kalau kita mencoba menengok perjalanan masa orintasi  yang dilakukan oleh sekolah-sekolah yang ada di Indonesia kadang-kadang membuat hati kita miris, membuat adrenalin kita dipacu sistem kerjanya karena kerap kali masa orintasi  itu cenderung memperlihatkan kekerasan secara fisik. Maka dari itu, apakah masa orientasi  ini masih relevan untuk diterapkan kepada siswa baru? Jawaban atas pertanyaan ini menjadi bahan ulasan dan permenungan kita bersama dalam artikel yang sederhana ini.

Fakta Seputar Masa Orientasi

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana model penerapan atau pelaksanaan masa orientasi  yang dilakukan oleh sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SMA yang terjadi hampir di seluruh Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya. Kita kerap kali menjumpai peserta didik baru dengan atribut dan pakaian yang tidak biasanya. Wajahnya dicat, rambut ditata tidak karu-karuan. Hal yang menjadi miris adalah dalam pelaksanaan masa orintasi itu ada unsur kekerasan secara fisik, ada praktek peloncoan. 

Bahkan dengan praktek kekerasan ini ada yang menjadi korban, seperti pingsan dan mungkin juga korban jiwa, seperti yang dialami oleh Aninda Puspita, warga Daleman, Gadingharjo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta meninggal dunia saat mengikuti masa orintasi siswa di sekolahnya, SMK 1 Pandak Bantul pada tahun 2013 (Masa Orintasi Siswa, Kompasiana.Com, 21 Agustus 2013). Praktek kekerasan fisik seperti ini sepertinya sudah diwariskan secara turun-temurun. 

Saya sendiri mengamati bahwa jangan-jangan praktek perploncoan ini bagian dari praktek balas dendam, karena panitia masa orintasi  mengalami hal yang sama yang dilakukan oleh para seniornya dulu ketika mereka menjadi peserta didik baru. Nah, kalau praktek balas dendam yang terjadi, maka rantai balas dendam ini harus segera diputuskkan supaya tidak terkesan masa orintasi  itu identik dengan kekerasan fisik dan praktek perploncoan. Memang alasan yang kerapkali dilontarkan bahwa praktek peloncoan ini dilakukan untuk melatih ketahanan mental peserta didik baru, supaya mereka tidak cengeng. 

Di samping itu mereka juga bisa mandiri. Tetapi, bagaimanapun bentuk, wajah dan mulianya tujuan dari kekerasan itu, tetap saja kekerasan itu pada dirinya selalu dipandang negatif, kalau sampai ada pihak yang dikorbankan, apalagi kekerasan itu terjadi pada orang-orang baru yang akan menimba ilmu pada jenjang pendidikan tertentu. Kekerasan itu pasti membekas. Ada jejak, beban dan trauma secara psokologis yang akan ditanggung oleh seseorang dalam menjalankan proses pendidikan selanjutnya.

Pentingnya Masa Orientasi

Dalam UUD 1945 dituangkan mengenai tujuan pendidikan yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka, amanat UUD ini perlu diterjemahkan dan diwujudnyatakan dalam praktek pendidikan yang mencerdaskan anak bangsa. Proses pendidikan ini harus diperhatikan secara menyeluruh mulai dari tahap awal seseorang memulai proses pendidikan seperti yang kita kenal dengan nama sekarang Pengenalan Lingkungan Sekolah sampai pada saat di mana seseorang menyelesaikan pendidikan pada tingkat atau jenjang pendidikan tertentu. Semua kondisi diperhatikan dari hulu sampai ke hilir.  

Masa orientasi  adalah langkah awal yang perlu dilalui oleh para siswa dalam menempuh jenjang pendidikan tertenti, khususnya siswa baru untuk tingkat SLTP dan SMA. Masa orientasi membantu siswa-siswi baru masuk sekolah dengan gembira, optimis, tahu tentang apa yang harus dilakukan, tahu dan mau menjalankan proses belajar. Masa orientasi dipandang penting untuk memperkenalkan kepada siswa-siswa baru tentang lingkungan sekolah  dan segala hal yang berkaitan dengan sisi akademis dalam suatu lingkup pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun