Mohon tunggu...
Adellia GraciaChristy
Adellia GraciaChristy Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan/18 Tahun

Hi There! Welcome to my world

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cross-Gender dalam Tarian Didik Ninik Thowok

7 Maret 2022   21:29 Diperbarui: 7 Maret 2022   21:35 3440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa diantara kalian yang pernah melihat atau mendengar seorang Didik Ninik Thowok? Mungkin banyak yang masih belum tau siapakah tokoh yang akan dibahas pada artikel kali ini. 

Didik Nini Thowok merupakan nama panggung dari Didik Hadiprayitno yang dikenal sebagai artis pertunjukan dan hiburan yang terkenal di Indonesia. Beliau terkenal sebagai seorang inovator yang istimewa dengan skillnya sebagai seorang entertainer dan komedian, dia juga bermain sebagai seorang perempuan di panggung ketoprak dan terkenal dengan koreografinya yang unik. Beliau berbeda dengan para penari lainnya dikarenakan selalu mencari ide dan kesempatan baru untuk dikembangkan, bahkan melakukan banyak kolaborasi dengan komunitasnya di Jawa dan seniman lainnya. Menariknya Didik Nini Thowok mengkombinasikan berbagai pakaian dan tarian ketika ia tampil, dan kerap kali ia melakukan Cross Gender menggunakan pakaian dan tarian perempuan. 


Keunikan dari seorang Didik Nini Thowok dalam menampilkan tarian budaya dengan gaya Cross Gender ini menarik dua orang peneliti yaitu Madoka Fukuoka (Fukuoka, 2014) yang berasal dari Jepang dan Felicia Hughes (Hughes, 2008) dari Freeland untuk meneliti lebih lanjut mengenai keunikan budaya yang dibawa oleh beliau.

Bicara soal Cross Gender, sebenarnya apasih istilah Cross Gender itu? Ketika membicarakan penampilan tari berarti cross gender ada dua jenis, yaitu perempuan yang menampilkan tarian laki - laki dan laki - laki yang menampilkan tarian perempuan (Fauzan, 2015). Namun ketika menari, apapun gender yang membawakannya tetap wajib melakukannya sesuai tatanan tarian tersebut, misalnya ketika Didik menarikan tarian Bedhaya maka ia tetap harus menarikan sesuai patenan tari tersebut. Indonesia sendiri masih menganggap tabu cross gender tersebut. 

Madoka menyebutkan beberapa penampilan dari Didik Nini Thowok yang menurutnya unik seperti Dwimuka Jepindo dan Dewi Sarak Jodag. Ia menyimpulkan bahwa Didik Nini Thowok sebagai penari lintas gender menggunakan beberapa pendekatan dalam penampilannya. Pendekatan yang pertama adalah upaya untuk melampaui feminitas yang secara alami hanya dilakukan oleh perempuan, hal ini dapat dilihat pada penampilannya ketika membawakan tarian Jawa dan Bali. Pendekatannya yang kedua adalah upaya penguasaan dan menampilkan berbagai jenis feminitas sebagai penari laki - laki yang melakukan cross gender. Beliau sering menggunakan topeng yang terlihat sebagai suatu karakter, seperti pada tarian Dewi Sarak Jodag yang topengnya mengekspresikan sisi jahat perempuan. Upaya ketiganya adalah untuk mematahkan kerangka untuk mengkotak - kotakkan gender, ia bahkan mencoba membuat batasan gender terlihat ambigu dalam tarian. 

Sedangkan Felicia lebih fokus meneliti crosscultural dan crossgender pada tari Bedhaya Hagoromo yang ditampilkan oleh Didik, tarian tersebut merupakan kolaborasi dari budaya Jepang dan Indonesia. Menurut hasil analisisnya, Didik menggunakan elemen cross gender dalam penampilannya untuk menjangkau penampilan dalam budaya Asia lainnya. Didik menggunakan pendekatan multikultural dengan meminjam aspek penampilan dari India dan Jepang dengan cara yang berbeda untuk meningkatkan latihannya dan memperluas lingkup tampil dan gender dari penari yang lain.  


Kedua penelitian tersebut melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pendekatan Didik Nini Thowok dalam menghadapi cross gender pada tarian yang ia tampilkan. Tujuan yang dilakukannya bukan hanya semata - mata untuk dirinya sendiri namun juga untuk perkembangan penari - penari lain. Bahkan juga untuk membawa isu feminitas yang masih tabu dikalangan masyarakat saat ini. Beliau bukanlah seorang banci, penampilan dengan cross gender hanya dipergunakan saat  beliau tampil saja dan keunikannya membawa beliau menjadi penari yang sukses di Indonesia maupun kancah Internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun