Mohon tunggu...
Adella Sari Garnida
Adella Sari Garnida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Sustainable Tourism di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Sarjana Terapan Pariwisata yang saat ini sedang melanjutkan studinya di bidang yang sama, pariwisata. Memiliki minat terhadap broadcasting sebagai hobinya

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Menelusuri Kawasan Asia Afrika bersama Bandung Good Guide (BGG)

13 Januari 2022   09:38 Diperbarui: 13 Januari 2022   09:46 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Rifqi sedang menceritakan Savoy Homann/dokumentasi pribadi

Adella Sari Garnida - Tidak dipungkiri pengaruh media sosial sungguh berdampak besar pada keputusan seseorang dalam melakukan suatu hal. Salah satunya yaitu kegiatan berwisata. Hal tersebut pun dirasakan oleh saya sendiri. Ketika pada satu sore, saya melihat unggahan instagram story seorang teman. 

Dalam unggahan tersebut, diceritakan bahwa dirinya baru saja mengikuti walking tour yang diselenggarakan di kawasan Kota Tua, Jakarta. Dalam ceritanya, ia menandai beberapa akun instagram salah satunya dengan nama @jktgoodguide, yang saya yakini pada saat itu sebagai pihak penyelenggara.

Saya bahkan sampai merespon cerita yang ia bagikan dengan berkata, “seru ’banget!”. Dengan penuh rasa ingin tahu, dari situlah saya mulai menelusuri akun tersebut hingga sampai pada sebuah laman. 

Rupanya Jakarta Good Guide (JGG) tidak hanya sekumpulan tur pemandu yang bersertifikasi saja. Lebih dari itu, ia bahkan berada di bawah naungan PT. Jakarta Gelora Gembira, yang memiliki serial kota selain Jakarta; termasuk diantaranya Bandung, Yogyakarta, dan Palembang.

Dimulai dari menelusuri laman, hingga akhirnya menelusuri kota secara harfiah, akhirnya saya memilih Bandung sebagai kota pertama yang ingin saya ketahui lebih dalam bersama Bandung Good Guide (BGG).

Tidak sulit memenuhi syarat untuk mengikuti program pay-as-you-wish walking tour mereka. Hanya perlu melakukan reservasi dengan memilih rute dan tanggal yang telah disesuaikan oleh mereka. 

Selain itu, untuk metode pembayaran pun telah terintegrasi dalam laman yang sama, dari mulai transfer bank hingga transfer online sudah tersedia.

Meski sempat terkendala pada reservasi pertama karena satu dan lain hal, akhirnya saya menjadwalkan ulang keikutsertaan diri menjadi hari Kamis 06/01/22, dengan rute Bandung Stad Centrum di kawasan Asia Afrika. 

Pemilihan rute tersebut dilatarbelakangi oleh kekaguman yang tinggi terhadap arsitektur bangunan bersejarah yang bergaya art deco di kawasan Asia Afrika, dan rasa keingintahuan yang besar terhadap kisah dibaliknya.

Sehari sebelum walking tour dimulai, kang Rifqi, sebagai pemandu dari Bandung Good Guide (BGG) mengingatkan masing-masing peserta secara terperinci melalui WhatsApp

Dimulai dari waktu, lokasi, lengkap dengan tautan peta untuk berkumpul, hingga peringatan untuk tetap mengikuti protokol kesehatan dengan menyiapkan sertifikat vaksin, memakai masker, rajin mencuci tangan/ menggunakan hand sanitizer. Bahkan ia pun mengingatkan seluruh peserta untuk membawa botol minum sendiri.

Grand Hotel Preanger ditetapkan sebagai lokasi pertama dan juga titik kumpul pada rute Bandung Stad Centrum. Pagi itu pukul 08.00 WIB, kang Rifqi yang akrab dipanggil Ikitjes mulai memandu saya dan kelima peserta lainnya. 

Mereka adalah Adinda, Salma, Prabu, Ika, dan Jay. Dengan latar belakang pekerjaan yang beragam, sebagian peserta bahkan ada yang berasal dari luar Bandung. Agar suasana menjadi hangat, selain berkenalan, kami juga sempat diajak bermain games kecil. Barulah setelah itu, tur dimulai.

Dari kanan ke kiri: Jay, Salma, Adinda, Prabu, saya dan Ika/dokumentasi kang Rifqi
Dari kanan ke kiri: Jay, Salma, Adinda, Prabu, saya dan Ika/dokumentasi kang Rifqi

Setelah mendengar mengenai sejarah Hotel Preanger, kami menyusuri jalan menuju Titik Nol Kilometer Kota Bandung. Tugu yang dibangun demi mengenang pembangunan besar Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan tersebut, berlokasi tepat di depan Kantor Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat. 

Selain tugu, ada pula monumen yang berbentuk mesin penggilingan kuno yang dipercantik dengan patung replika wajah dari tokoh-tokoh besar yaitu, Ir. Soekarno, Mas Soetardjo Kartohadikusumo, Herman Williem Daendels, dan R.A Wiranatakusumah II.

Tidak jauh dari situ, kami menyeberang ke Savoy Homann. Hotel yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah di era 1950-an. Beberapa tokoh dunia diceritakan pernah menginap di sana.

Tentu saja hotel yang juga dijadikan tempat persinggahan itu, tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Konferensi megah pertama yang dimana Indonesia menjadi tuan rumahnya.

Kang Rifqi sedang menceritakan Savoy Homann/dokumentasi pribadi
Kang Rifqi sedang menceritakan Savoy Homann/dokumentasi pribadi
Dilanjutkan dengan mengenalkan bangunan bersejarah lainnya di kawasan Asia Afrika, kang Rifqi juga menceritakan sejarah dibalik Gedung de Vries sebagai pusat belanja jaman Belanda yang sekarang menjadi Bank OCBC NISP, Museum Asia Afrika, Gedung Merdeka, Sumur Bandung dengan mata air yang masih mengalir di belakang gedung PLN, Penjara Banceuy yang dimana Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno pernah mendekam, hingga singgah ke makam pendiri kota Bandung, yaitu Raden Adipati Wiranatakusumah II, yang tidak jauh dari alun-alun kota Bandung. Sekitar pukul 11.00 WIB, tur berjalan kaki hari itu ditutup manis dengan menyantap es krim di sebuah kedai kecil yang berlokasi di jalan Kepatihan.

Gedung de Vries/dokumentasi pribadi
Gedung de Vries/dokumentasi pribadi

Serangkaian lokasi yang sudah diramu oleh kang Rifqi dan tim pada rute Bandung Stad Centrum dalam walking tour, membuat saya semakin penasaran dengan rute lain yang diantaranya The ABC Story, Ereveld Pandu, Dagowalk, Gedung Sate en Omstreken, dan Bragawalk. 

Bahkan tidak hanya walking tour, Bandung Good Guide (BGG) sendiri menyuguhkan pilihan lain yaitu cycling tour dengan rute Tjihapit Interniran, Europa in de Tropen, trekking tour dengan rute Cikapundung Dago, hingga virtual tour.

Perlu diketahui, di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), Bandung Good Guide (BGG) membatasi jumlah peserta pada tiap tur. Jika tidak ingin ketinggalan informasi, disarankan untuk mengikuti akun instagram mereka dengan nama @bandunggoodguide

Karena selain memberikan informasi mengenai jadwal yang tersedia di tiap harinya, akun tersebut juga mengedukasi pengikutnya dengan sejarah-sejarah kota Bandung yang dikemas secara menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun