Mohon tunggu...
Adella Farrah
Adella Farrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Social Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis Perang Rusia dan Ukraina: Bagaimana Indonesia menyikapinya

8 Oktober 2022   11:45 Diperbarui: 8 Oktober 2022   11:46 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perang Rusia di Ukraina telah memperburuk kenaikan harga di Indonesia di tengah gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan dari pandemi Covid-19, menyebabkan harga minyak goreng melonjak sementara gangguan pasokan gandum, kedelai, dan jagung telah mempengaruhi harga beberapa makanan.

Pada bulan April, Indonesia melarang semua ekspor minyak sawit mentah, bahan utama dalam minyak goreng, selama sebulan di tengah serangkaian protes mahasiswa terhadap meroketnya harga pangan. Indonesia dan Malaysia adalah pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, menyumbang 85 persen dari produksi global.

Sebagai tuan rumah Kelompok 20 ekonomi terkaya dan terbesar tahun ini, Indonesia telah berusaha untuk menjembatani perpecahan antara anggota atas invasi Rusia, meskipun Ukraina bukan merupakan anggota G-20. Dalam berkomentar, Jokowi juga telah menjaga dalam upaya untuk tetap netral dalam komentarnya tentang perang di Ukraina.

Presiden Indonesia, Joko Widodo atau yang biasa dikenal dengan Jokowi, merupakan  pemimpin Asia pertama yang mengunjungi negara-negara yang tengah berkonflik tersebut, yaitu Rusia dan Ukraina. Meski Ukraina bukan anggota G-20, Jokowi telah mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy ke KTT November bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dengan harapan untuk menenangkan semua pihak dan membatasi gangguan dari agenda forum. Zelenskyy mengatakan dia tidak akan hadir jika perang tetap berlanjut dan telah memilih untuk mengikuti diskusi melalui video call.

Sesuai dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif, Indonesia dalam menyikapi suatu konflik antar negara tidak pernah berpihak, tetapi selalu memilih perdamaian dunia. Seperti yang disampaikan oleh Ketua MPR, Bambang Soesatyo pada saat menerima kunjungan Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia, Valentina Matvienko di kantornya di Jakarta, 6 Oktober 2022, Pemerintah Indonesia berharap konflik antara Rusia dan Ukraina segera berakhir sehingga dunia akhirnya bisa kembali damai.

Dalam menanggapi konflik militer Rusia-Ukraina, Indonesia selalu mengingatkan kedua negara sekutunya tentang pentingnya dialog yang adil agar konflik dapat segera dihentikan. Pada kesempatan tersebut, Bambang Soesatyo juga mengungkapkan apa yang dikatakan Matvienko dalam pertemuan tersebut. Ia mengatakan, Matvienko menilai posisi Indonesia bagi Rusia sangat penting karena dianggap sebagai mitra utama Rusia di kawasan Asia Pasifik.

Indonesia dalam menyikapi perang dan krisis yang diakibatkan oleh konflik antar Rusia dan Ukraina, sejalan dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif, tidak bersikap memihak, malah berupaya untuk mempertemukan kedua negara tersebut. Apa yang diupayakan oleh Indonesia bertujuan untuk mengakhiri perang yang merugikan negara-negara di dunia. Indonesia tetap bersikap netral dalam setiap kesempatan pertemuan dengan kedua negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun