Adegan-adegan dalam film ini sebagian besar menggunakan alur maju, namun terdapat pula yang menggunakan alur campuran. Seluruh adegan dalam film ini menggunakan alur maju, terkecuali kisah mengenai Farhan dan Lidya yang menggunakan alur maju-mundur. Penggunaan alur tersebut dapat terbukti melalui potongan adegan mereka yang awalnya sedang berada di bus untuk menuju kampung halaman mereka. Ketika sampai di tempat tujuan, Farhan memarahi adiknya yang kehilangan telepon genggamnya. Kemudian, mereka menemukan bahwa ibunya telah meninggal ketika sampai di rumah. Namun, setelah itu alur kembali mundur ke adegan Farhan sedang tidur di bus dikarenakan seluruh cerita tersebut sebenarnya hanya mimpi yang ia alami.
Kisah Kokom seluruhnya berlatar tempat di kampung halaman, kisah Geby dan Mursali seluruhnya berlatar tempat di perkotaan, sedangkan kisah Farhan dan Lidya serta Hafis berlatar tempat di perkotaan maupun kampung halaman mereka. Beberapa latar suasana yang dapat terlihat melalui film ini adalah suasana bahagia seperti yang digambarkan melalui kisah Kokom yang mendapatkan banyak berkah di bulan Ramadhan, suasana sedih yang digambarkan ketika Mursali harus kehilangan anaknya, dan suasana haru ketika Hafis akhirnya membaca Al qur’an bersama ibunya. Selain itu, latar waktu dalam film juga bervariasi, yakni terdiri dari pagi hari (ketika Mursali dibangunkan untuk mengantar Ani, anaknya), sore hari (ketika Hafis dibangunkan oleh adiknya), dan malam hari (ketika Hafis sampai di kampung halamannya). Setiap tokoh dalam film memiliki watak yang beragam, beberapa diantaranya adalah: watak ceria digambarkan oleh Mursali, Ani (anak Mursali), Ramadhan (adik Hafis), dan Enjun (anak kedua Kokom); watak penyabar digambarkan oleh Kokom, Enci (anak pertama Kokom), Lidya (adik Farhan), dan ibu dari Hafis; watak keras kepala digambarkan oleh Farhan, Hafis, dan Hilal (manajer Geby); serta watak rendah hati digambarkan oleh Geby. Film bertema masa Ramadhan ini mengandung amanat untuk berbuat baik, menghargai sesama, dan tidak lupa untuk bersilaturahmi terutama di bulan Ramadhan.
Unsur pendukung dalam film ini memiliki kesesuaian dengan tema yang diangkat. Visual dan sinematografi film secara jelas menyampaikan kesan “sederhana” melalui pewarnaan yang tidak diberikan pengeditan secara berlebihan. Sehingga, penonton mampu merasakan makna yang ingin disampaikan dalam film terkait kehidupan yang umum dijumpai sehari-hari. Film ini menggunakan musik yang sama dalam setiap pergantian potongan film. Musik tersebut sendiri memiliki tema mengenai Ramadhan, sehingga sesuai dengan setiap sub tema dari seluruh potongan film.
Menurut Khrisna dan Haryono, alur merupakan unsur yang penting dalam suatu film karena berperan sebagai tulang punggung sebuah cerita (Kurnianto et al., 2019, 2). Melalui teori tersebut, dapat dikatakan bahwa alur cerita film Kalo Gak Ada Ramadhan kurang disusun secara efektif untuk menjadi tulang punggung utama dari film ini. Alur cerita digambarkan secara kurang jelas sehingga penonton menjadi sulit untuk menangkap jalan cerita secara keseluruhan. Hal tersebut didukung pula dengan tidak adanya stempel waktu yang jelas. Adegan dapat secara tiba-tiba melompat ke latar waktu yang tidak jelas, karena itulah film ini dapat menimbulkan kesan membingungkan dan membosankan kepada penonton. Selain itu, audio dalam beberapa bagian film kurang bisa terdengar secara jelas, sehingga penonton tidak bisa menangkap isi percakapan secara efektif.
Menurut Dani Manesah, transisi memiliki fungsi untuk menunjukkan pergantian adegan dalam suatu film (Manesah et al., 2024, 6). Film ini tidak memberikan efek transisi dalam pergantian adegan. Hal tersebut membuat lompatan adegan menjadi sulit untuk dipahami, serta mengurangi daya tarik dari visual film. Pengeditan yang dilakukan dalam film ini sebagian besar tidak sesuai dengan isi film. Misalnya efek berbentuk hati dan gelembung yang diberikan, beserta dengan lagu bertema galau yang tiba-tiba dimunculkan. Selain itu, akting dari setiap aktor maupun aktris dalam film ini terlihat kurang maksimal karena perasaan yang ingin disampaikan kurang mampu diresapi oleh penonton. Ketika adegan sedih, sulit untuk mempengaruhi perasaan penonton untuk ikut serta dalam kesedihan yang digambarkan oleh aktor atau aktris. Begitu pula dengan unsur komedi yang dituangkan dalam film ini. Lelucon yang disajikan kurang berhasil mengundang penonton untuk ikut tertawa, serta tidak menimbulkan kesan yang “membekas” di hati penonton.
Terlepas dari kekurangan yang dimiliki film ini, terdapat pula beberapa kelebihan. Film ini mengandung amanat yang positif agar penonton benar-benar memaknai bulan Ramadhan bersama dengan sesama yang dicintai. Pada tahun 2020, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka sebesar 56,7% penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah perkotaan (Rizaty, 2021). Angka tersebut juga diperkirakan oleh Bank Dunia untuk terus meningkat hingga di tahun 2045. Jumlah tersebut setara dengan 70% dari total seluruh populasi di Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa film ini dibuat sesuai dengan keadaan asli yang dialami oleh Indonesia, yakni terkait meningkatnya arus urbanisasi. Buktinya dapat ditunjukkan melalui beberapa tokoh dalam film ini yang melakukan urbanisasi ke kota untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Mereka juga melakukan mudik ke kampung halaman di bulan Ramadhan, seperti layaknya fenomena mudik yang terus mengalami peningkatan sejak pandemi Covid-19 berakhir (Khairunnisah & Fitriyani, 2022).
Film ini juga dapat dikatakan “kekinian” karena menggunakan bahasa gaul dalam percakapannya. Penonton dipermudah untuk mengerti isi percakapannya karena menggunakan bahasa yang ringan dan sering dijumpai sehari-hari. Kesan “kekinian” dalam film juga dapat ditemukan dalam kisah Geby yang bekerja sebagai seorang selebgram (selebritis Instagram). Sosial media menjadi suatu unsur yang mencolok dalam adegan tersebut. Ditambah lagi, diperlihatkan bahwa pengaruh netizen (warganet) yang sangat mendominasi ketika seorang selebriti viral di internet. Hal tersebut menjadi salah satu bentuk kelebihan yang dimiliki film ini karena sangat relevan dengan situasi masa kini seiring berkembangnya penggunaan dunia maya.
Seyogianya, Size Entertainment dan Bedasinema Pictures kedepannya lebih mempertimbangkan unsur pengeditan dan penulisan naskah dalam film agar dapat dikemas secara lebih menarik untuk film-film yang akan mendatang. Film ini sudah memiliki harga yang terjangkau dan akses yang mudah untuk ditonton, namun hendaknya lebih diperhatikan terkait aspek promosi film untuk menjangkau jumlah penonton yang lebih luas. Kalo Gak Ada Ramadhan merupakan film yang cocok bagi umat Muslim di kalangan remaja dan dewasa. Hal tersebut bertujuan agar sasaran penonton bisa lebih tepat dan lebih memahami adegan-adegan yang terkandung dalam film ini. Dinamika dari kisah yang disampaikan dalam film ini dapat berguna bagi umat Muslim untuk menarik berbagai nilai hidup yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Film ini juga cocok untuk ditonton di masa Ramadhan sebagai suatu hiburan.
DAFTAR PUSTAKA
D'Kandang Amazing Farm. (2021, April 12). KALO GAK ADA RAMADHAN - Official Trailer 4K. Youtube. Diakses pada Maret 24, 2024, dari https://youtu.be/WI1kFEp1KBM?si=TMYJfuRnM5kV7qTt