Tawa candamu dengan si bapak tua berbicara soal anak gadisnya telah menghantar kita semua kepada matahari yg tepat diam di atas kepala.
Pertanda kita harus pulang dari kampung berdinding kapur. Â Kupanggil engkau... Mengisi perut.
Bukan maksud menghentikan kisah kisah yg sedang kalian bagi atau rencanakan, Â tapi sang waktu...
Dan katamu....
Bapak itu memiliki anak gadis...
Kupandang engkau sambil tersenyum dan aku mengerti maksudmu
Kutanya engkau... Apakah engkau memberi tau tentang dirimu sesunguhnya.
Tidak, Â jawabmu...
Aku terbahak-bahak.... Kataku... Pamitlah kepada si peniup seruling katakan salam untuk anak gadisnya... Kita makan dan pulang.
Engkau tertawa dan katamu lagi panggilan makan mengahiri kisah siang ini, Â terlebih suara panggilanmu dengan menyebut gelar dan namaku....
Berahirlah kisah di kampung tebing dinding kapur...