Mohon tunggu...
Adeline Albine
Adeline Albine Mohon Tunggu... lainnya -

aku yang berjalan di jalan-jalan yang dibuat para pembangun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saat…

27 Juli 2014   04:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:04 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau hariku lalu

Nafasku terpisah dari badanku

Dan rohku kembali kepadaMu

Masih dapatkah aku memandang

Orang-orang yang kukasihi

Masihkah aku dapat mengucapkan

Kata penuh kasih dan cinta

Untuk mereka yang kucintai?

Kalau nanti tiada tempat kediaman bagiku

Di permukaan bumi ini

Masihkah aku dapat memegang

Tangan orang yang kukasihi?

Masihkah aku dapat menyapa mereka?

Masih bisakah aku memanggil

ayah, ibu, kakak, adik….

Kalau aku hadir di depan mereka

Masihkah mereka melihat aku

Dan menyapa aku seperti waktu kami bersama-sama

Masihkah mereka merasakan kehadiranku?

Kalau aku rindu...

Mungkinkah aku makan semeja dengan mereka?

Menghabiskan segelas air berwana bening?

Andai semuanya itu mungkin

Aku tidak akan kehilangan suatupun

juga mereka

Aku dapat bersama mereka

Tapi kalau memang itu mungkin

Apa bedanya aku hidup atau mati

Apa perbedaaan antara hidup dengan mati

Adakah rohku bebas

Dari penjara tubuhku

Kalau roh itu bebas

Bagimana dengan tubuh tanpa roh

Siapakah aku

Masihkah aku

Siapa yang bernama Ade

Tubuhku yang mati atau...rohku yang bebas

Adakah pernah dinamakan “manusia”

Pada tubuh tak bernyawa

Bukankah selama ini disebut “mayat”

Aku berpikir

Jika memang semua itu tidak mungkin

Aku mengatakan

Itulah yang membedakan kehidupan dan kematian

Tubuh dan roh

Itulah manusia-hidup-kehidupan

Tubuh tanpa roh

Itulah mayat-mati

Kehidupan dan kematian

berseberangan

Dipisahkan dinding kaca tipis dan bening

Mereka sama-sama memandang

Tapi tidak pernah melihat

Mereka sama-sama meraba

Tapi tidak pernah saling bersentuhan

Mereka bertanya

“mengapa engkau tidak melihat aku?

Mengapa engkau tidak mendengar suaraku?

Lalu merekapun diam

Tinggal dan bergerak

dalam dunia yang disediakan bagi mereka

Bapaku ya Bapaku

Engkau yang memiliki aku

Jika waktu dan saat itu menyentuhku

Aku akan turut

Aku minta....

Lindungi mereka yang kukasihi dan kucintai

Jaga hatinya agar tidak pedih menatap tubuh yang biru

Jaga matanyaagar tidak menitikkan air mata

menangisi bibir yang beku

Jaga lidahnya

agar tidak memanggil namaku dekat nisan bisu

Tuntun langkahnya

agar tidak mencari aku dalam hampa

Dan aku.............

Biar ada di tempat yang Engkau kehendaki

Jangan biarkan aku merindukan mereka

Tubuhku biarlah biru, beku, kaku dan

habis dalam himpitan tanah merah

Dan andai suatu saat bertemu

Biarlah kami bertemu di hadiratMu

Biarlah kami diam di ribaanMu

Bapa aku tidak menolak kehidupan

dan mengundang kematian

Karena penderitaan dan rasa sakit

Juga tidak menahan kehidupan dan menolak kematian

Karena kegembiraaan dan kebahagiaan

Semua terserah padaMu

Ada pada saatnya

Tiada pada waktunya

Kapan, dimana?

Pada waktu dan saat yang tepat.

ADEline Albine Sitepu FSE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun