Mohon tunggu...
Adelia Rizky Octavian
Adelia Rizky Octavian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga. Selain berkuliah, saya juga aktif dalam organisasi dan kepanitiaan. Saya juga memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gemar Konsumsi Makanan Manis Saat Stres? Ini Alasannya!

4 Januari 2023   10:53 Diperbarui: 4 Januari 2023   11:12 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu kita ketahui, seseorang yang sedang mengalami stres juga dapat mengalami perubahan pola makan. Hal ini terbentuk sebagai respon dari emosi negatif yang berasal dari stres dan dinamakan sebagai emotional eating. Terdapat dua bentuk emotional eating yaitu under-eating dan over-eating.

Over-eating adalah konsumsi makanan dan minuman yang melebihi kebutuhan tubuh, sedangkan under-eating adalah konsumsi makanan dan minuman kurang dari kebutuhan tubuh. Biasanya, pilihan makanan saat over-eating adalah makanan yang kita anggap sebagai comfort food yang tinggi lemak atau gula. Ternyata ada alasan mengapa kita sering merasa ingin mengonsumsi makanan manis saat stres, diantaranya adalah:

1. Konsumsi Gula Dapat Memberikan Perasaan Bahagia

Konsumsi gula dapat menghasilkan 'hormon bahagia' yaitu hormon serotonin dan dopamin. Produksi hormon di otak akan meningkat ketika konsumsi makanan manis dalam jumlah banyak. Hormon serotonin berperan penting dalam memperbaiki suasana hati menjadi lebih baik, sehingga merasa bahagia. Seseorang yang kekurangan hormon serotonin dapat membuat suasana hatinya menjadi buruk.  

Sedangkan hormon dopamin juga disebut sebagai hormon pengendali emosi. Saat dilepaskan dalam jumlah yang tepat, hormon ini akan meningkatkan suasana hati, sehingga orang akan merasa lebih senang dan bahagia. Efek inilah yang menimbulkan kesan seolah makanan manis dapat mengatasi stres.

2. Konsumsi Gula Saat Stres Memberikan Energi Untuk Otak

Tidak hanya tubuh kita, otak juga perlu energi untuk bisa menjalankan fungsinya. Rata-rata orang dewasa membutuhkan 20% dari energi total yang dimiliki. Sedangkan ketika sedang stres, otak membutuhkan 12% energi tambahan. Makanan manis adalah sumber karbohidrat paling sederhana yang bisa digunakan dengan cepat oleh otak agar memiliki cukup energi. Inilah alasan mengapa kita ingin makan manis saat sedang stres.

3. Asupan Gula Dapat Menurunkan Hormon Kortisol

Hormon kortisol dalam tubuh akan meningkat apabila seseorang sedang stres. Meskipun hormon kortisol juga bermanfaat bagi tubuh, kadar hormon yang tinggi dapat mengakibatkan stres dan rasa cemas. Pada sebuah penelitian, ditemukan bahwa konsumsi gula menurunkan jumlah kortisol dan aktivitas hippocampus.

Respons otak dalam menanggapi stres juga turut membaik. Namun, hubungan langsung antara asupan gula dengan stres masih perlu dikaji lebih lanjut karena asupan gula bukan merupakan satu-satunya hal yang mempengaruhi aktivitas hippocampus.

Akan tetapi, porsi konsumsi makanan dan minuman manis perlu diperhatikan dan tidak terlalu melebihi batasan yang telah ditentukan. Apabila melebihi batas yang telah ditentukan, dikhawatirkan akan memicu penyakit lain yang dapat membahayakan dan merugikan tubuh.

Referensi:

Ayuningtyas, C.E. et al. (2019) "Kondisi Stres Pada Karyawan Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Gula Sederhana Dan Natrium," Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 15(4), pp. 111--116. Available at: https://doi.org/10.22146/ijcn.51507. 

Hasmawati, et al (2021) "Hubungan Stres Dengan Pola Konsumsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di Universitas Muhammadiyah Parepare," Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 4(1), pp. 122--134. Available at: https://doi.org/10.31850/makes.v4i1.409. 

Wiciyuhelma, et al. (2022) "Hubungan Tingkat Stres Dengan Perilaku Konsumsi Gula Tambahan Berlebih Pada Remaja Putri," Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 6(2), pp. 393--401. Available at: https://doi.org/10.22216/jen.v6i2.117.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun