Intinya, victim blaming terjadi dalam kasus kekerasan atau pelecehan seksual, dimana korban menjadi seorang yang disalahkan atas segala perbuatan yang menimpanya, seperti pakaian terbuka yang dikenakan korban, serta perilaku korban yang dianggap mengundang. Tindakan ini membuat orang-orang berpikir bahwa korban dan pelaku merupakan dua orang yang harus sama-sama disalahkan atas peristiwa buruk yang terjadi. Padahal, kenyataannya, tindakan kekerasan dan pelecehan merupakan keputusan yang secara sadar diambil oleh pelaku. Tentunya, victim blaming ini harus segera diluruskan agar korban tidak lagi disalahkan.
Anggapan bahwa kasus pemerkosaan terjadi karena perempuannya mengenakan rok pendek, keluar malam sendirian, menggunakan pakaian ketat, dan lain-lain harus segera dihapuskan. Hal ini karena setiap orang berhak atas dirinya, mereka bebas melakukan apa yang mereka suka tanpa merugikan orang lain. Maka itu, orang lain tidak bisa seenaknya mengatur kehidupan seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H