Kelurahan Sawah Besar (1/8). Wabah coronavirus disease 2019 (COVID-19) telah menyerang lebih dari 200 negara hanya dalam waktu 6 bulan saja sejak kemunculannya pertama kali pada Desember 2019 silam di Kota Wuhan, Cina dan sudah berlangsung 19 bulan sejak kemunculannya. Akibatnya, masyarakat memiliki kegiatan yang jauh berbeda dari kehidupan normal sebelumnya. Hampir seluruh kegiatan masyarakat dihentikan dan/ atau dibatasi sehingga pola hidup masyarakat pun berubah. Beberapa pola hidup, seperti pola makan buruk, tingkat stress tinggi, jarang melakukan aktivitas fisik, kebiasan merokok dan minum alkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus di situasi pandemi COVID-19 ini. Selain itu, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI edisi 13 Oktober 2020, Satgas COVID-19 menunjukkan bahwa dari 1488 pasien, ada sekitar 34,5 persen pasien yang menderita diabetes melitus. Kemudian, dari 1488 pasien yang meninggal dunia akibat COVID-19, ternyata juga didapatkan 11,6 persen dari mereka menderita diabetes melitus. Edukasi terkait penyakit ini perlu diberikan guna mengurangi angka kematian kasus COVID-19 yang diperparah dengan komorbid diabetes.
Sebagai bentuk edukasi berskala lokal agar warga mengetahui dan mengerti tentang penyakit diabetes mellitus atau biasa dikenal penyakit kencing manis, program edukasi mengenai apa itu penyakit diabetes mellitus pada masyarakat di kawasan RW VIII, Kelurahan Sawah Besar, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang perlu digerakkan. Setelah mendapat persetujuan dari Ketua RW VIII, edukasi akan dilakukan dengan membagikan poster kesehatan di tempat-tempat strategis yang banyak didatangi atau dilewati warga sekitar, seperti pos ronda, toko kelontong, dan rumah ketua RT. Dengan aplikasi Canva, poster dengan judul: ayo kenali penyakit diabetes mellitus! mulai dibuat. Selain memberikan definisi terkait penyakit diabetes mellitus, masyarakat perlu tahu tentang gejala dan tanda, faktor risiko, serta apa saja hal yang dapat menjadi langkah pencegahan penyakit diabetes. Poster dicetak dengan kertas berukuran A3 sebanyak 16 lembar untuk dibagikan secara rata di RT I hingga RT VII yang berada di Kawasan RW VIII. Tiap RT akan mendapatkan 2 lembar poster yang ditempel di tempat strategis seperti pos ronda, warung atau toko kelontong, dan/ atau rumah ketua RT.
Kunjungan dengan ketua RW VIII dilakukan terlebih dahulu untuk meminta izin pelaksanaan program kerja pada hari Selasa (27/7) pagi. Di kawasan RW VIII sekitar jam 10.30 WIB dan bertemu dengan ketua RW VIII untuk menjelaskan program kerja, setelah mendatkan izin, mulai berkeliling dengan membawa poster untuk mengunjungi kawasan RT yang terletak di daerah RW VIII. Sebelum menempelkan poster, dilakukan pertemuan dengan ketua RT terlebih dahulu guna menjelaskan tujuan dari program kerja yang dilakukan serta menjelaskan isi dari poster. Tampaknya, seluruh ketua RT di RW VIII yang dikunjungi memahami tujuan dari program kerja, telihat dari sikap yang aktif bertanya manfaat dari poster serta pertanyaan-pertanyaan lain terkait penyakit diabetes mellitus. Namun, pertemuan denga ketua RT VII tidak terjadi sehingga penyampaian maksud dan tujuan program kerja kurang terlaksana pada daerah tersebut. Beberapa warga dengan usia sekitar 30-50 tahun terlihat membaca poster yang ditempelkan dan memberitahu warga lainnya. Peran mahasiswa kedokteran sebagai agent of change dibutuhkan untuk kembali mengingatkan masyarakat akan penyakit diabetes mellitus, Â terlebih lagi di era pandemi COVID-19 dimana banyak warga dengan tingkat stress yang tinggi serta kurangnya pola hidup yang baik sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Apresiasi diberikan kepada para warga yang sudah tertarik membaca poster yang saya tempel di titik-titik strategis setiap wilayah RT.
  Â
Author: Adelia Putri Maharani (Kedokteran 2018, FK UNDIP)
Editor: Ir. Djoko Suwondo, MSP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H