Mohon tunggu...
Adelia Putri Alina
Adelia Putri Alina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

𓍯𓂃

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Aplikasi Tiktok terhadap Mentality Remaja pada Era Digital

24 Juli 2024   21:20 Diperbarui: 24 Juli 2024   21:40 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mental health atau kesehatan mental merupakan aspek integral dari kesejahteraan manusia yang mencakup emosi, pikiran, dan perilaku individu. Di era modern ini, pemahaman tentang kesehatan mental telah semakin berkembang dan diakui sebagai faktor penting dalam menentukan kualitas hidup seseorang. Terlepas dari kemajuan teknologi dan kehidupan yang semakin terhubung, tantangan baru dalam menjaga kesehatan mental juga muncul. Perubahan gaya hidup, tekanan sosial, serta paparan terhadap berbagai informasi dan stimulus dari media sosial dan digital menjadi faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, terutama bagi remaja yang sedang mengalami proses pembentukan identitas dan perkembangan pribadi mereka. Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa remaja saat ini menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mulai dari perbandingan sosial hingga ekspektasi yang tidak realistis tentang kehidupan dan citra diri.

Mental Health” atau Kesehatan Mental yang saat ini marak dibicarakan oleh kalangan remaja 90-an, atau yang kerap kali disebut dengan Gen Z menjadi persoalan yang cukup menarik untuk dibahas. Siapa sih Gen Z  itu?? Generasi Z, sering disingkat menjadi Gen Z dan dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai Zoomers adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Sebagian besar Generasi Z anggota dari anak-anak Generasi X atau Milenial yang lebih tua. Generasi Z lahir pada awal Abad ke-21, dan sebagai generasi pertama yang tumbuh dengan akses Internet dan teknologi digital sejak usia muda (Wikipedia.com).

Media sosial adalah sebuah platform yang digunakan untuk berkomunikasi dalam era 5.0. Untuk mengaksesnya, internet dan ponsel pintar diperlukan; tanpa keduanya, komunikasi virtual tidak dapat berjalan dengan lancar. Di media sosial, pengguna mempresentasikan diri mereka sendiri dan berinteraksi, berkolaborasi, berbagi, dan berkomunikasi dengan pengguna lain, membentuk ikatan sosial secara virtual. Oleh karena itu, berinteraksi secara sosial melibatkan pengenalan (cognition), komunikasi (communication), dan kerjasama (co-operation). Sejak internet menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, banyak aplikasi telah dikembangkan untuk memfasilitasi komunikasi, seperti media sosial. Secara umum, internet digunakan untuk menghubungkan jaringan komputer di seluruh dunia dan menyimpan informasi melalui server. Jika terjadi kerusakan pada server pusat, hal ini dapat berdampak luas secara global dan menyebabkan ketidakstabilan.

Dalam dekade terakhir, perkembangan teknologi digital telah mengubah cara remaja berinteraksi dan berekspresi secara drastis. Salah satu fenomena yang paling mencolok adalah popularitas yang meledak dari aplikasi media sosial TikTok. TikTok menawarkan platform yang unik di mana pengguna dapat dengan mudah membuat, mengedit, dan membagikan video pendek dengan beragam konten kreatif, mulai dari tarian, komedi, tutorial, hingga lip-sync. Fenomena ini telah menggiring jutaan remaja ke dalam dunia berbagi konten secara global dengan cepat, menciptakan budaya yang sangat dinamis dan mengubah cara mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Namun, di balik gemerlapnya popularitas TikTok, muncul pertanyaan yang serius tentang dampaknya terhadap mentalitas remaja dalam era digital ini. Berbagai studi dan laporan media telah memperlihatkan bahwa aplikasi ini tidak hanya memberikan pengaruh positif, tetapi juga menimbulkan beberapa masalah yang perlu diperhatikan. Dampak positifnya termasuk kemampuan untuk mengekspresikan kreativitas secara luas, membangun komunitas berdasarkan minat yang sama, dan memberikan peluang untuk eksposur positif dalam bidang seni dan budaya. Namun, di sisi lain, TikTok juga dikritik karena potensinya dalam meningkatkan tekanan sosial, mengganggu pola tidur dan konsentrasi, serta menghadirkan risiko paparan terhadap konten yang tidak sehat atau merugikan.

Memahami secara mendalam bagaimana TikTok dan aplikasi serupa mempengaruhi perkembangan dan kesejahteraan mental remaja. Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki berbagai aspek dampak yang dibawa TikTok terhadap mentalitas remaja, dari dampak positifnya dalam memfasilitasi ekspresi kreatif hingga tantangan dan risiko yang dapat mengganggu kesehatan mental mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan dapat ditemukan cara untuk memanfaatkan potensi positif TikTok sambil melindungi dan mendukung kesehatan mental remaja di era digital yang terus berkembang.

Dinamika ini mempengaruhi kesehatan mental remaja, dengan fokus pada dampak dari perkembangan teknologi digital terkini, seperti penggunaan aplikasi media sosial. Dalam konteks ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana aplikasi seperti TikTok dapat memengaruhi mentalitas remaja, baik dalam hal positif yang meliputi ekspresi kreatif dan koneksi sosial, maupun tantangan yang melibatkan tekanan sosial dan risiko paparan terhadap konten yang tidak sehat. Dengan memahami ini secara lebih baik, kita dapat merancang pendekatan yang lebih holistik dan responsif untuk mendukung kesehatan mental remaja di era digital ini.

Mengenai dampak aplikasi TikTok terhadap mentalitas remaja dalam era digital sering kali mencatat dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, TikTok dapat memberikan platform untuk berekspresi kreatif bagi remaja, memungkinkan mereka untuk berbagi karya seni, ide, dan kehidupan sehari-hari secara luas. Namun, ada juga kekhawatiran tentang dampak negatifnya.

1. Dampak Positif

a. Kreativitas dan Ekspresi: TikTok memungkinkan remaja untuk mengekspresikan diri melalui tarian, musik, dan karya video lainnya, memperluas keahlian mereka dalam bidang-bidang ini.

b. Komunitas dan Koneksi: Remaja dapat membangun dan bergabung dengan komunitas berdasarkan minat mereka, yang dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan dukungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun