Mohon tunggu...
Adelia Novarin
Adelia Novarin Mohon Tunggu... Editor - Editor

Mencintai Kehidupan Dari Lekukan Pena yang Menghasilkan Cerita dan Cinta

Selanjutnya

Tutup

Money

Hari Tani: Menghargai Kekayaan Bahan Pangan Asli Indonesia

24 September 2021   09:22 Diperbarui: 24 September 2021   09:23 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pexels.com

Tak banyak yang tahu, Hari Tani Nasional dirayakan setiap tanggal 24 September, terutama oleh para petani di seluruh Indonesia. 

Hari Tani Nasional merupakan pengingat bahwa pada tanggal itu tahun 1960, Presiden Republik Indonesia Soekarno menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Undang-undang ini mengatur tentang dasar-dasar dan ketentuan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria nasional di Indonesia.

  • Buah lokal
    Buah impor mungkin menarik, namun buah lokal juga tak kalah mempesona. Mungkin, ia tak selalu mudah ditemui di semua daerah di Indonesia karena dominasi produk buah lain yang terindustrialisasi, namun semoga hal itu nggak mengurungkan semangat kita untuk mendukung dan melestarikan buah lokal. Apa sih, buah yang merupakan asli dari tanah Indonesia? Ada lobi-lobi, cermai, cempedak, hingga matoa yang khas dari Papua. Selain itu, perhatikan juga nama kawasan tempat tinggal kita; biasanya, nama itu merujuk pada populasi buah lokal yang di masa lalu mudah ditemukan di daerah tersebut, seperti: Kemang, gandaria, menteng, hingga bintaro.

  • Serangga lokal
    Serangga, kok dimakan? Jangan remehkan ya, Food & Agricultural Organisation dari PBB menegaskan bahwa serangga bisa jadi solusi pangan masa depan manusia, karena ia kaya protein, asam amino, dan vitamin. Selain itu, mengingat penduduk dunia yang sudah mengalami ledakan dalam hal jumlah, serangga menjadi solusi bahan pangan alternatif yang murah dan melimpah untuk menyelamatkan Bumi dari krisis pangan. Bagi sejumlah warga Indonesia di daerah tertentu, mengonsumsi pangan olahan serangga bukan hal aneh - dari belalang goreng atau peyek laron di Jawa Tengah, botok tawon khas Banyuwangi, hingga ulat sagu khas kuliner timur Indonesia.

     

  • Sayur lokal
    Awal bulan ini, kita disambut kabar gembira dalam hal pertanian; Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Belawan untuk pertama kalinya melepas ekspor 4 ton jengkol dan petai asal Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menuju Jepang. Tak hanya petai dan jengkol, ada begitu banyak produk sayur khas Nusantara yang menarik untuk dieksplorasi, dari daun beluntas yang wangi dengan cita rasa getir namun segar, hingga katuk favorit para ibu menyusui. Selain itu, ada kecipir dan genjer yang renyah - uniknya, genjer itu sendiri sebenarnya sejenis eceng sawah. Selain itu, kita punya daun Pegagan, yang sudah cukup populer untuk menjaga kesehatan.

  • Karbohidrat alternatif
    Bicara asupan karbohidrat, seringkali otak kita hanya mengingat nasi; padahal, untuk diet yang lebih kaya, kita seharusnya memanfaatkan berbagai alternatif bahan pangan pokok yang dihasilkan bumi Indonesia. Tahukah kamu, bahkan Jepang pun mengimpor porang dari Indonesia untuk diolah jadi shirataki?  Selain itu, ada sorgum, tanaman biji-bijian yang memiliki kadar gula yang rendah, sehingga baik dimakan oleh penderita diabetes. Sorgum juga dapat diolah menjadi bubur serta tepung sebagai bahan kue dan roti hingga singkong yang  mengandung karbohidrat kompleks yang tinggi dan indeks glikemik yang rendah. Singkong juga aman untuk dikonsumsi oleh siapa saja karena bersifat gluten-free

Mari kita apresiasi bahan pangan lokal Indonesia! Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Ketua DPR RI Puan Maharani menjadi salah satu contoh kepedulian nyata pejabat publik pada petani Indonesia sebagai garda terdepan kekayaan pangan kita.  Akhir Agustus lalu, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sukoharjo melalui Dinas Pertanian dan Perikanan mendapatkan bantuan sejumlah Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) hasil serap aspirasi Ketua DPR RI Puan Maharani. Bantuan Alsintan tersebut terdiri 7 unit Rice Transplanter, 20 unit Traktor, 10 unit Pompa Air, dan 2 unit Cultivator.

Kabupaten Sukoharjo merupakan penyangga pangan di Jawa Tengah sehingga kontribusi produksi pangan di Kabupaten Sukoharjo diharapkan mampu untuk mencukupi kebutuhan pangan wilayah lain di luar Kabupaten Sukoharjo. "Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi kepada Ibu Puan Maharani yang telah memberikan perhatian yang luar biasa kepada petani di Kabupaten Sukoharjo melalui bantuan alat mesin pertanian untuk mendukung keberhasilan dan peningkatan produksi pertanian di Sukoharjo," ujar Bupati Sukoharjo, Hj Etik Suryani SE MM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun