Mohon tunggu...
Adelia Kartiika
Adelia Kartiika Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Universitas Muhammadiyah Jakarta Program Studi Ilmu Komunikasi .

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Generasi Milenial dalam Era Digital

11 Januari 2024   20:25 Diperbarui: 11 Januari 2024   20:28 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Milenial merupakan sebuah generasi yang hidup di zaman yang sedang berubah dari konvensional menjadi modern. Generasi ini cukup kental merasakan budaya dan di saat bertumbuh dewasa mereka mulai menggunakan teknologi. Generasi ini  merupakan generasi yang mempunyai  intelegensi digital yang tinggi dan senang berkolaborasi melalui media sosial dan internet. Tentu saja kesenjangan ini tidak boleh diacuhkan karena bagaimanapun masa depan adalah milik Generasi Milenial.

Dalam dekade terakhir, pergeseran besar terjadi dalam dinamika sosial dan budaya dunia, yang dipimpin oleh dua generasi besar, yaitu Generasi Z dan Milenial. Generasi Z, yang lahir pada pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, dan Milenial, yang lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an, kini menjadi pionir perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.

1. Interaksi Antar-generasi dalam Dunia Digital

Generasi Z dan Milenial, meskipun memiliki perbedaan dalam pengalaman hidup mereka, menunjukkan tingkat kolaborasi yang tinggi dalam penggunaan teknologi dan media sosial. Kedua generasi ini telah menciptakan ekosistem digital yang unik, membentuk opini, tren, dan budaya baru yang terus berkembang.

Pertumbuhan media sosial, seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, menjadi wadah di mana kedua generasi ini saling berbagi ide, aspirasi, dan pandangan mereka tentang dunia. Seiring waktu, kolaborasi ini tidak hanya menciptakan tren mode dan hiburan, tetapi juga memunculkan gerakan sosial dan politik yang signifikan.

2. Transformasi Pendidikan dan Karir

Generasi Z dan Milenial juga menunjukkan perubahan dalam pendekatan terhadap pendidikan dan karir. Sifat kreatif dan inovatif mereka mendorong perkembangan pendidikan berbasis proyek dan pembelajaran online. Kolaborasi antara dua generasi ini juga terlihat dalam ruang kerja, dengan Generasi Z membawa gagasan segar dan pemikiran yang out-of-the-box, sementara Milenial membagikan pengalaman dan kebijaksanaan kerja yang didapat dari era sebelumnya.

3. Tantangan Bersama

Meskipun adanya kolaborasi yang positif, Generasi Z dan Milenial juga menghadapi tantangan bersama. Tekanan ekonomi, perubahan iklim, dan ketidakpastian politik adalah beberapa isu global yang mereka hadapi bersama-sama. Kolaborasi di antara keduanya diharapkan menjadi kunci untuk menemukan solusi yang efektif dan berkelanjutan terhadap tantangan ini.

Generasi Z dan Milenial, masing-masing dengan keunikan dan kontribusinya, telah menciptakan dinamika baru dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Kolaborasi antara keduanya dalam dunia digital membawa dampak besar, sementara transformasi dalam pendidikan dan karir menjadi dasar bagi masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Meskipun dihadapkan pada tantangan bersama, potensi kolaborasi antara Generasi Z dan Milenial memberikan harapan akan masa depan yang lebih cerah dan progresif.

Penggunaan Media Sosial dalam Bidang Edukasi Media sosial menggunakan teknologi seluler dan berbasis web untuk menciptakan platform yang sangat interaktif di mana individu dan komunitas mampu berbagi, membuat bersama, mendiskusikan, dan memodifikasi konten yang dibuat pengguna (Kietzmann, Hermkenz, McCarthy, & Silvestre, 2011). 

Generasi millennial adalah masyarakat sosial yang melek dan adaptable pada teknologi. Mereka cenderung suka memanfaatkan teknologi untuk mempermudah segala aktivitas, tak terkecuali aktivitas belanja. 

Dengan kemajuan teknologi cara pembayaran membuat generasi ini makin cashless (cenderung tak membawa uang tunai). Kemudahan pembayaran belanja melalui debit card, credit card e-money, internet banking maupun lainya mudah diadopsi oleh urban middle-class millennials. Sehingga keberadaan urban middle-class millennials tentu akan menjadi trigger bagi perkembangan pembayaran yang bersifat cashless. Kedepan alat pembayaran tradisional akan bergeser ke alat pembayaran yang modern.

Munculnya teknologi (gadget dan internet), perubahan geografis dan perubahan daya beli secara berlahan tapi pasti telah mengubah perilaku dan nilai nilai yang dianut oleh manusia. 

Urban middle-class millennials adalah masyarakat yang memiliki perilaku dan nilai-nilai yang unik yang disebabkan oleh melekatnya tiga entitas tersebut. Masyarakat urban middle-class millennials merupakan masyarakat muda terbuka (open minded), individualis, dan masyarakat multikultur sehingga memunculkan budaya-budaya baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun