Mohon tunggu...
Adelia Izma Maha Putri
Adelia Izma Maha Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Jika ada waktu luang, biasanya saya menyempatkan diri saya untuk berenang. Saya merupakan orang yang mempunyai rasa empati yang tinggi. Saya akan merasa sangat bahagia jika orang di sekitar saya sedang berbahagia. Namun sebaliknya, saya juga akan sedih ketika orang di sekitar saya ada yang sedih.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tingginya Angka Mahasiswa Salah Memilih Jurusan, Apa Penyebabnya?

2 Juni 2024   20:20 Diperbarui: 2 Juni 2024   21:09 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah tamat pendidikan di SMA, tentunya siswa sekolah menengah atas ingin melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Sebanyak 153.446 siswa mendaftar SNBP pada tahun 2023. Di tahun 2024 ini, tercatat bahwa sebanyak 162.156 mahasiswa yang mendaftar SNBP. Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa sekolah menengah atas untuk masuk ke perguruan tinggi meningkat di setiap tahunnya. Keputusan siswa untuk memilih jurusan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Siswa yang sudah mengetahui minat dan bakatnya cenderung lebih mudah untuk menentukan jurusan yang inginkan. Namun, tidak jarang bagi siswa merasa kesulitan untuk menentukan jurusan yang ingin dipilih. Sampai saat ini, masih banyak mahasiswa yang merasa memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka. Saya sebagai mahasiswa aktif di Universitas Airlangga, tidak jarang melihat teman-teman saya dari berbagai fakultas yang merasa salah dalam memilih jurusan. Banyak dari mereka menyadari pada semester 2, bahwa mereka tidak cocok di jurusan yang mereka jalani saat ini sehingga mereka melakukan tes ujian perguruan tinggi lagi di tahun berikutnya.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan mahasiswa salah memilih jurusan adalah kurangnya informasi dan pemahaman tentang jurusan yang dipilih. Mulai dari kurikulum, metode pengajaran, serta prospek karier dari jurusan tersebut. Hal ini seringkali berujung pada pemilihan bidang studi berdasarkan informasi yang tidak lengkap atau bahkan tidak akurat. Selain itu, pengaruh dari orang tua dan lingkungan juga berperan secara signifikan. Tidak jarang orang tua mengarahkan anak-anak mereka untuk memilih jurusan yang dianggap bergengsi dan memiliki prospek kerja yang lebih baik, tanpa mempertimbangkan minat dan bakat anak. Tekanan ini bisa membuat mahasiswa merasa terpaksa untuk mengikuti keinginan orang tua, meskipun mereka tidak memiliki minat di bidang tersebut. 

Hal ini terbukti Ketika saya melihat teman-teman saya yang tidak semangat dalam menjalani kuliah karena terpaksa memilih jurusan pilihan orang tua. Faktor lainnya yaitu usia. Ketika menginjak usia remaja, banyak mahasiswa yang belum sepenuhnya memahami tentang apa yang mereka minati dan bakat apa yang mereka miliki. Akibatnya, mereka memilih jurusan tanpa berpikir panjang dan berdasarkan saran dari orang lain, tanpa refleksi yang mendalam tentang diri mereka sendiri. Dalam beberapa kasus, terbatasnya pilihan jurusan yang tersedia di universitas tertentu dapat memaksa mahasiswa untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya. Hal ini sering terjadi di daerah yang memiliki keterbatasan jumlah institusi pendidikan.

Kesalahan mahasiswa dalam pemilihan jurusan tentunya akan mempengaruhi  akademik mereka. Tidak hanya itu, psikologis, finansial, dan karier juga akan terlibat. Tidak sedikit dari mahasiwa yang salah memilih jurusan mendapatkan nilai akademik yang rendah. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan tugas-tugas yang mereka dapatkan karena kurangnya minat dan motivasi mereka di jurusan tersebut. Akibatnya, mereka mendapatkan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang rendah. Kesalahan dalam memilih jurusan sering kali berujung pada keputusan untuk mengundurkan diri atau keluar dari perguruan tinggi. Mahasiswa yang merasa tidak cocok dengan jurusannya memutuskan untuk berhenti kuliah karena merasa tidak mampu untuk melanjutkan. Tidak hanya merugikan mahasiswa itu sendiri, tetapi juga institusi pendidikan yang kehilangan siswa dan harus mengelola angka kelulusan yang rendah.

Untuk menanggulangi masalah ini, institusi pendidikan perlu menyediakan bimbingan karier yang komprehensif untuk membantu mahasiswa memahami minat dan bakat mereka sebelum memilih jurusan. Namun, untuk mahasiswa sendiri juga perlu melakukan tes minat dan bakat agara dapat membantu mahasiswa mengenali bidang yang sesuai dengan kepribadian dan kemampuan mereka. Orang tua juga harus memberi dukungan kepada anaknya untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Diharapkan, mahasiswa dapat menghindari kesalahan dalam memilih jurusan sehingga dapat meraih kesuksesan akademik serta kepuasan dalam karier mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun