"Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok pagi,"Hadis ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana manusia menjalani kehidupan dengan bijaksana.Â
Hadis ini sering menjadi pedoman umat Islam dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat secara seimbang. Meskipun sebagian ulama meragukan status kesahihan hadis ini, esensinya mengandung hikmah yang mendalam tentang cara menjalani hidup yang produktif dan penuh kesadaran.
Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Pesan utama dalam hadis ini adalah harmoni antara dua dimensi kehidupan manusia: dunia yang terlihat dan akhirat yang menjadi tujuan akhir. Dunia adalah tempat manusia bekerja, berusaha, dan berkarya, sementara akhirat adalah tempat manusia mempertanggungjawabkan semua yang telah dilakukan di dunia.
Kalimat pertama, "Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya,"Â
Kalimat ini mendorong umat manusia untuk berusaha dan bekerja keras, seolah-olah memiliki waktu tak terbatas di dunia. Filosofi ini mengajarkan pentingnya perencanaan, pembangunan, dan pencapaian tujuan jangka panjang. Dalam Al-Qur'an, Allah juga memerintahkan manusia untuk "mencari karunia-Nya di muka bumi" (QS Al-Jumu'ah: 10). Dunia adalah ladang amal yang memerlukan usaha sungguh-sungguh, baik dalam pekerjaan, pendidikan, maupun kontribusi sosial.
Sebaliknya, kalimat kedua, "Berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok pagi," menjadi pengingat bahwa hidup ini fana. Kematian adalah kepastian yang bisa datang kapan saja.Fokusnya adalah mempersiapkan diri dengan amal kebaikan yang penuh keikhlasan. Dalam QS Al-Hasyr ayat 18, Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)." Maka, setiap tindakan harus disertai dengan kesadaran penuh bahwa semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta.
Cara Menyikapi Hadis Ini
Seimbang Antara Dunia dan Akhirat
Tidak ada kontradiksi antara mengejar dunia dan akhirat. Islam menekankan pentingnya keseimbangan. Dalam pekerjaan, seorang Muslim harus menghindari sifat malas tetapi juga tidak boleh terjebak dalam keserakahan duniawi.
Kerja Keras dengan Niat yang Lurus
Setiap usaha di dunia, baik itu pekerjaan, pendidikan, atau bisnis, seharusnya diniatkan untuk ibadah. Rasulullah pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bekerja dan bersungguh-sungguh." (HR. Al-Baihaqi).
Hidup dengan Kesadaran Akhirat
Kematian adalah kepastian yang datang tanpa tanda. Oleh karena itu, setiap hari adalah kesempatan untuk bertobat, memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama, serta memperbanyak amal baik.
Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam Bekerja: Jadikan pekerjaan sarana untuk membantu sesama dan memberikan manfaat. Bekerjalah dengan profesional, tapi jangan lupa mengalokasikan waktu untuk ibadah.
Dalam Keluarga: Berikan yang terbaik untuk keluarga tanpa melupakan tanggung jawab spiritual.
Dalam Bersosialisasi: Jalin hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar sambil menanamkan nilai-nilai kebaikan.
Kesimpulan
Hadis ini mengajarkan umat Islam untuk menjalani hidup yang produktif, bermanfaat, dan penuh kesadaran. Dunia dan akhirat bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi. Dengan semangat bekerja keras untuk dunia dan kesadaran beramal untuk akhirat, seorang Muslim dapat menjalani kehidupan yang penuh keberkahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H