Mohon tunggu...
Adelia Dwi Pratiwi
Adelia Dwi Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dismenorea,Musuh Utama Saat Sedang Menstruasi

22 Juli 2024   21:00 Diperbarui: 22 Juli 2024   21:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DISMENOREA, MUSUH UTAMA SAAT SEDANG MENSTRUASI
Menstruasi atau yang lebih dikenal dengan haid adalah kondisi dimana keluarnya darah dari vagina dan menjadi siklus rutin tiap bulan yang dialami oleh Perempuan dari mulainya masa pubertas hingga menuju menopause. Namun saat haid terjadi, seringkali Wanita mengalami rasa nyeri yang hebat pada bagian Rahim seiring dengan meningkatnya hormon prostaglandin yang memicu kontraksi untuk peluruhan dinding Rahim.
Nyeri haid dapat disebut dengan Dismenorea dan terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Dismenorea primer terjadi tanpa adanya penyakit maupun kelainan panggul. Sedangkan Dismenorea sekunder merupakan nyeri haid yang menandakan adanya penyakit maupun kelainan pada panggul. Dismenorea primer umumnya cenderung tidak berbahaya namun dapat mengganggu aktivitas, kenyamanan, dan konsentrasi khususnya pada remaja putri usia sekolah.
Berdasarkan penelitian epidemiologi di Amerika Serikat, prevalensi kejadian dismenorea di perkirakan sekitar 45-90%. Nyeri haid berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat ketidak hadiran baik dalam pekerjaan maupun proses belajar mengajar, sekitar 13 -51% dari wanita pernah absen akibat nyeri haid. Menurut Juliyanti et al., (2023), Dismenorea sangat mempengaruhi tingkat konsentrasi para remaja putri dalam belajar. Tak hanya itu, sebagian besar sampel yang ia teliti menunjukan gejala kecemasan berat saat dismenorea.
Dismenorea memang merupakan hal yang wajar dialami oleh perempuan, namun intensitas nyeri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor psikis, Indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan makan yang buruk, riwayat keluarga, kurangnya olahraga, usia menarche, siklus menstruasi, dan pengaruh hormon prostaglandin yang dapat dilihat dengan kadar malondialdehide dalam tubuh. Beberapa faktor memang sudah menjadi faktor mutlak dalam peningkatan skala nyeri haid. Namun, intensitas nyeri dapat dikurangi dengan mengurangi faktor yang masih dapat diubah seperti IMT, kebiasaan makan yang buruk dan kurangnya olahraga (Sadiman, 2017).
Kebiasaan makan yang cenderung buruk seperti banyak mengandung pengawet, pemanis buatan, terlalu berlemak dan pedas sangat berisiko memperburuk skala nyeri dismenorea. Jenis makanan tersebut sangat sensitif dalam merangsang ujung saraf pada saluran rahim yang bertugas menerima rangsangan dari hormon prostaglandin. Sehingga, makanan tersebut berperan penting dalam meningkatkan kerja prostaglandin dalam kontraksi dinding rahim saat menstruasi.
Kebiasaan olahraga dapat meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh, saat dismenorea terjadi iskemia yang merupakan akibat dari kontraksi dinding miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin yang mengurangi aliran darah, sehingga sel miometrium menimbulkan nyeri spasmodik. Dismenorea juga terjadi karena adanya hormon lokal yang menyebabkan kontraksi otot yang akan menekan aliran dalam pembuluh darah dan pada akhirnya mengurangi suplai oksigen pada syaraf yang akhirnya menimbulkan nyeri. Untuk itu, dalam rangka peningkatan aliran darah dan oksigen ke syaraf dapat dilakukan dengan kebiasaan olahraga.
Oleh karena itu, asupan makanan dan kebiasaan olahraga sangat berperan penting dalam intensitas nyeri haid. Namun, dikarenakan faktor – faktor lain yang tidak dapat diubah seperti riwayat keluarga, usia menarche, siklus menstruasi, dan pengaruh hormon prostaglandin tetap memegang peran dalam intensitas nyeri haid.
Penatalaksanaan nyeri haid sendiri terbagi menjadi dua, yaitu terapi farmakologi dan non – farmakologi. Namun, para penderita dismenorea cenderung memilih terapi farmakologi sebagai solusi utama dan satu – satunya dalam mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa nyeri yang timbul saat haid. Padahal, obat – obatan memiliki efek samping jika dikonsumsi secara jangka panjang. Untuk itu, terapi non – farmakologi seperti terapi komplementer dapat dijadikan alternatif dalam menghilangkan rasa nyeri dan sebagai bentuk dalam meminimalisir kondumsi obat – obatan.
Menurut Khotimah & Lintang (2022), terdapat beberapa terapi komplementer yang dapat diaplikasikan pada tubuh saat nyeri haid atau dismenorea datang. Diantaranya seperti Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Kompres Hangat, Konsumsi Coklat Hitam, Terapi musik, Aromaterapi, dan Teknik Distraksi. Teknik tersebut dipercayai dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan nyeri pada saat haid.
Teknik Relaksasi Nafas Dalam dilakukan kurang lebih 15 – 30 Menit. Secara fisiologis, relaksasi nafas dalam dapat menyeimbangkan lingkungan dalam tubuh yang dilakukan oleh saraf otonom dan perifer. Hal ini dapat menimbulkan rasa rileks pada tubuh sehingga dapat mengurangi skala nyeri pada dismenorea.
Kompres hangat dipercayai dapat mengurangi nyeri yang ditimbulkan saat kontraksi rahim ketika haid. Sensasi hangat yang dikeluarkan dapat meningkatkan sirkulasi darah dan tekana kapiler, mirip seperti olahraga. Akan tetapi, perlu diperhatikan durasi pengompresan tidak boleh terlalu lama dikarenakan dapat menimbulkan iritasi kulit. Jadi, Kompres air hangat dapat dilakukan tidak lebih dari 1 jam.
Terapi musik juga bisa dijadikan pilihan dalam mengurangi rasa nyeri saat haid. Menurut berbagai penelitian, jenis musik yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri adalah musik klasik. Musik klasik dapat mengatasi nyeri, dikarenakan tempo musik klasik yang sejalan dengan detak jantung manusia yaitu berkisar 60-80 ketukan per menit. Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi budaya dan minat masyarakat di Indonesia yang mayoritas suku Jawa, sedangkan untuk responden sendiri merupakan remaja yang sangat menyukai musik pop. Jadi terapi musik yang digunakan harus sesuai dengan kesukaan klien.
Terapi non – farmakologi memang tidak lebih efektif secara waktu dalam mengatasi rasa nyeri haid, namun merupakan cara yang lebih aman dilihat dari resiko nya. Beberapa terapi komplementer tersebut dapat dilakukan sekaligus supaya mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Seperti mendengarkan music klasik, dilakukan sembari menghirup aromaterapi dan menyantap coklat hitam serta melakukan relaksasi nafas merupakan kombinasi yang sempurna dalam meningkatkan sirkulasi, dan menciptakan tubuh yang rileks.
Jadi, dismenorea merupakan hal yang normal terjadi ketika haid atau menstruasi. Namun, skala nyeri yang dihasilkan tergantung dari faktor penyerta. Maka dari itu, kita sebagai perempuan disarankan untuk mengatur asupan makanan yang sehat dan meningkatkan kebiasaan olahraga sebagai bentuk dari kepedulian terhadap kesehatan diri sendiri khususnya kesehatan reproduksi. Tak hanya itu, menghindari memang penting tetapi menangani juga sama pentingnya. Untuk itu, kita perlu menangani rasa nyeri yang timbul dengan tepat dan meminimalisir efek samping. Jadikan terapi komplementer sebagai penanganan utama jika nyeri yang ditimbulkan saat dismenorea masih dalam batas normal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun