Mohon tunggu...
adeliadewilestari2904
adeliadewilestari2904 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

hobi saya membaca dan menanyi, saya suka melakukan hal random dan saya seorang introvert dan bisa juga menjadi extrovert jika sudah dekat dengan seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Demo Menolak Pembangun Sekolah Kristen Gamaliel di Parepare

7 Januari 2025   00:20 Diperbarui: 7 Januari 2025   00:20 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

               Adelia Dewi Lestari (Mahasiswi Perbankan Syariah IAIN Kota Parepare)

Toleransi dalam beragama memiliki pengertian yaitu tindakan saling menghargai antar umat beragama. Tidak peduli apapun agama yang dianut, antar masyarakat harus saling menghargai satu sama lain. Toleransi antar umat beragama merupakan hal yang penting untuk dimiliki setiap orang saat ini.

Toleransi antarumat beragama penting untuk menjaga kedamaian dan harmoni sosial di tengah keragaman masyarakat. Dengan menghormati perbedaan keyakinan, kita dapat mencegah konflik, diskriminasi, dan ketidakadilan, sehingga tercipta lingkungan yang inklusif dan adil. Toleransi juga memperkuat persatuan dengan mendorong kerja sama dan solidaritas antarkelompok, serta memperkaya wawasan melalui pemahaman terhadap keyakinan dan budaya lain. Selain itu, sikap toleran mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran agama yang menekankan cinta kasih, kedamaian, dan penghormatan terhadap sesama. Melalui toleransi, kita berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang stabil, sejahtera, dan saling menghormati.

 Jika tidak ada toleransi antara umat beragama, masyarakat akan rentan terhadap konflik sosial yang dapat merusak hubungan antarkelompok dan memicu ketegangan atau kekerasan. Ketidaktoleranan juga dapat menyebabkan diskriminasi dan ketidakadilan terhadap kelompok minoritas, sehingga menciptakan kesenjangan dan marginalisasi. Selain itu, perpecahan sosial yang timbul akan melemahkan persatuan dan menghambat pembangunan bersama. Kehilangan rasa saling menghormati dan empati akan mengikis nilai-nilai kemanusiaan, sementara konflik berkepanjangan dapat mengganggu stabilitas negara dan merusak perekonomian. Dalam jangka panjang, ketidaktoleranan dapat memicu radikalisasi dan memperburuk sikap ekstremis, sehingga mengancam kedamaian dan keamanan masyarakat.

Toleransi antarumat beragama dapat digambarkan melalui kehidupan masyarakat yang saling menghormati perbedaan keyakinan dan tradisi tanpa menimbulkan konflik. Misalnya, saat perayaan hari besar agama, umat lain ikut menjaga ketertiban dan memberikan ucapan selamat sebagai bentuk dukungan. Di lingkungan kerja atau sekolah, orang-orang dengan keyakinan berbeda saling bekerja sama tanpa mempersoalkan agama masing-masing.

Contoh lainnya adalah pembangunan rumah ibadah yang didukung oleh masyarakat setempat dari berbagai agama, menunjukkan penghormatan terhadap kebebasan beribadah. Dalam diskusi atau kegiatan sosial, perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk saling membantu dan berbagi. Gambaran ini menunjukkan bahwa toleransi bukan sekadar menerima perbedaan, tetapi juga aktif menciptakan harmoni melalui rasa hormat, kerja sama, dan solidaritas.

Pembangunan sekolah Kristen Gamaliel di Parepare menjadi topik diskusi yang mencerminkan pentingnya toleransi antarumat beragama. Proyek ini dilakukan oleh yayasan pendidikan Kristen dengan tujuan menyediakan pendidikan berkualitas berbasis nilai moral dan kebhinekaan bagi siswa dari berbagai latar belakang. Lokasi sekolah berada di Parepare, kota dengan masyarakat yang beragam secara agama dan budaya, sehingga membutuhkan pendekatan dialog yang baik agar diterima oleh masyarakat setempat. Proses pembangunan melibatkan izin dari pemerintah dan kerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan pelaksanaannya berjalan lancar. Selain memenuhi kebutuhan akan fasilitas pendidikan, pembangunan ini juga menjadi wujud penghormatan terhadap keberagaman, selama dilakukan dengan perencanaan yang menghormati nilai-nilai toleransi.

Orang-orang mungkin melarang pembangunan sekolah Kristen Gamaliel di Parepare karena berbagai alasan, seperti kekhawatiran akan pengaruh agama tertentu yang dianggap dapat mengganggu keyakinan mayoritas masyarakat di daerah tersebut. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang pentingnya toleransi antarumat beragama bisa memicu penolakan terhadap hal yang berbeda dengan tradisi atau keyakinan mereka. Sensitivitas sosial juga dapat berperan, terutama jika masyarakat merasa tidak dilibatkan dalam proses pembangunan atau kurangnya komunikasi yang transparan dari pihak pengembang. Dalam beberapa kasus, isu seperti ini sering kali dimanfaatkan untuk kepentingan politis, sehingga memperkeruh suasana. Semua faktor ini menunjukkan pentingnya dialog terbuka dan sosialisasi yang baik untuk mengatasi kesalahpahaman serta mendorong semangat toleransi dan keberagaman.


  Jika pembangunan sekolah Kristen Gamaliel di Parepare benar-benar dihentikan, beberapa dampak negatif bisa terjadi. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan berkualitas di sekolah tersebut, termasuk dari berbagai latar belakang, akan kehilangan kesempatan untuk belajar. Penghentian ini juga dapat melemahkan nilai toleransi antarumat beragama, karena menandakan kurangnya penghormatan terhadap keberagaman dan kebebasan beragama, yang berpotensi memperburuk hubungan antar kelompok. Selain itu, pihak pengembang dan komunitas yang mendukung pembangunan dapat merasa kecewa, yang dapat merusak kepercayaan antara masyarakat dan pemerintah setempat. Secara ekonomi, penghentian proyek ini juga bisa berdampak pada lapangan kerja dan aktivitas ekonomi di daerah tersebut. Terakhir, keputusan ini berisiko meningkatkan polarisasi di masyarakat, memperdalam jurang perbedaan antara yang mendukung dan yang menentang pembangunan, serta memicu ketegangan sosial lebih lanjut.
      Peran pemerintah sangat penting untuk memastikan bahwa kasus pembangunan sekolah Kristen Gamaliel di Parepare tidak berlarut-larut. Pemerintah perlu bertindak sebagai fasilitator yang mendukung dialog antara semua pihak terkait, baik pengembang, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Mereka harus memberikan penjelasan yang transparan mengenai tujuan dan manfaat pembangunan ini, serta memastikan bahwa semua proses hukum dan peraturan yang berlaku telah dipatuhi. Pemerintah juga harus menekankan pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap kebebasan beragama, serta memperkuat pendidikan untuk meminimalisir kesalahpahaman. Selain itu, pemerintah dapat memberikan platform bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapat mereka melalui forum terbuka, yang akan membantu meredakan ketegangan dan membangun kepercayaan. Dengan langkah-langkah tersebut, pemerintah dapat memainkan peran yang konstruktif dalam menyelesaikan masalah dan mencegah konflik berlarut-larut.
      Tokoh agama dan akademisi memiliki peran yang sangat penting dalam menyelesaikan kasus pembangunan sekolah Kristen Gamaliel di Parepare. Tokoh agama dapat bertindak sebagai mediator dengan menyampaikan nilai-nilai agama yang menekankan pentingnya toleransi, kedamaian, dan kasih sayang antarumat beragama. Mereka bisa membantu meredakan ketegangan dengan mengedukasi umat tentang kebebasan beragama dan pentingnya menjaga kerukunan. Sementara itu, akademisi, terutama yang memiliki keahlian dalam bidang sosial, hukum, dan pendidikan, dapat memberikan perspektif objektif tentang dampak positif pembangunan sekolah ini bagi masyarakat, seperti peningkatan akses pendidikan dan penguatan nilai pluralisme. Akademisi juga dapat memberikan informasi yang mendalam kepada masyarakat mengenai bagaimana keberagaman agama dapat dikelola dengan bijaksana. Dengan kolaborasi antara tokoh agama, akademisi, pemerintah, dan masyarakat, kasus ini dapat diselesaikan dengan cara yang damai dan saling menghormati.
       Rekomendasi saya terkait pembangunan sekolah Kristen Gamaliel di Parepare adalah pertama, meningkatkan dialog antarumat beragama dengan mengadakan forum yang melibatkan pemerintah, pengembang, dan tokoh agama untuk menjelaskan tujuan dan manfaat pembangunan sekolah ini. Hal ini akan membantu meredakan ketegangan dan membangun pemahaman yang lebih baik di masyarakat. Kedua, penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai kebebasan beragama dan nilai-nilai toleransi, serta bagaimana menghargai perbedaan keyakinan agar tercipta rasa saling menghormati. Ketiga, sosialisasi yang lebih intensif dan transparansi dari pihak pengembang dan pemerintah akan memastikan bahwa masyarakat tidak merasa terpinggirkan atau dibiarkan dalam ketidakpastian. Keempat, kolaborasi antara tokoh agama dan akademisi sangat penting untuk memberikan perspektif objektif serta solusi berbasis nilai moral dan pendidikan. Terakhir, semua pihak perlu fokus pada kepentingan bersama, yaitu menciptakan lingkungan yang damai, inklusif, dan mendukung pendidikan bagi semua anak tanpa memandang latar belakang agama mereka. Dengan langkah-langkah ini, pembangunan sekolah dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Parepare.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun