Mohon tunggu...
ade rahmah yulia
ade rahmah yulia Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswi di universitas diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

VIRGINITY ? IS IT THE IMPORTANT,URGENT,MAIN THING TO GIVE A JUDGMENT FOR WOMEN ?

2 November 2010   10:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:54 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita memiliki segala keindahan dan keagungan dalam dirinya. Tentunya wanita dianugerahkan segala keindahan dan keagungan tersebut disertai tanggungan yang besar bagi wanta itu sendiri. Yap, hal besar itu adalah kehormatan wanita yang sering disebut sebagai keperawanan. Keperawanan menjadi hal yang sangat sakral dan tabu untuk dibicarakan. Keperawanan adalah symbol kehormatan dan harus dijaga sebaik mungkin. Itulah pendapat orang-orang terdahulu dan juga kebanyakan orang sampai sekarang.

Namun, menurut saya keperawanan seseorang bukanlah aspek utama dalam melakukan penilaian terhadap seorang wanita. Mengapa ? Karena sampai sekarang pun utnuk mengukur atau menentukan keperawanan seorang wanita itu pun belum memiliki suatu aturan atau nilai yang pasti. Semua orang masih memiliki persepsi dan penilaian yang berbeda-beda tentang keperawanan. Sebagian orang ada yang mengatakan kalau seorang wanita dikatakan tidak perawan apabila selaput dara mereka telah robek. Namun sebagian orang juga mengatakan kalau yang dikatakan tidak pearawan yaitu apabila vagina si wanita telah dimasuki oleh “benda asing”.

Menentukan kepribadian seorang wanita melalui keperawanan mereka sangatlah tidak adil dan itu hanya mendiskriminasi wanita kebanyakan. Seorang wanita yang tidak perawan karena menjajakan diri(sebagai pelacur) atau karena kenakalan atau ulah mereka sendiri mungkin memang pantas untuk mendapatkan penghakiman sosial dar masyarakat sekitarnya, namun bagaimana dengan kasus seorang wanita polos, baik, bertingkah laku sopan yang kehilangan keperwanannya karena suatu hal yang benar-benar tidak dia inginkan seperti diperkosa, kecelakaan, terjatuh duduk ? Apakah si wanita tersebut pantas dicap sebagai wanita yang tidak baik ? Apakah wanita tersebut pantas mendapatkan cemooh dan perlakuan kasar atau dibedakan bahkan dikucilkan dari sosial terhadap hal yang sama sekali tidak dia inginkan? Jawabannya adalah tidak sama sekali.

Karena hal-hal di ataslah saya tidak setuju terhadap konteks keperawan sebagai factor penting yang menentukan kepribadian seorang wanita. Bukan maksud saya untuk melangkahi suatu konsep sacral yang dari dahulu telah ada, tetapi hal itu tidak bisa secara “saklek” dilaksanakan. Banyak sekali factor-faktor lain yang mengikuti, mulai dari psikologi, kesehatan, agama, social. Tidak berpikirkah orang-orang jika sampai ada kejadian seorang wanita baik-baik yang bunuh diri karena dikucilkan sehabis dia diperkosa dan kehilangan keperawanannya ? Hal itu membuktikan bahwa penilaian masyarakat yang egois membuat tekanan batin, mental, dan mungkin bisa juga fisik. Lalu, banyaknya seorang wanita yang gagal atau batal menikah karena si calon suami tidak bisa terima jika si wanita tidak perawan lagi. Padahal hilangnya keperawanannya itu bukanlah keinginan si wanita. Lalu mau dikemanakan semua ucapan dan janji manis sang calon suami yang dengan rela atau tulus mecintai sang wanita luar dalam serta apapun keadaannya.

Apakah semua pikiran orang terutama lelaki sedangkal itu tentang keperawanan ? Apakah konteks keperawanan hanya sebatas selaput dara saja? Kalau begitu jadinya, betapa susahnya menjadi wanita bukan ? Seperti menjadi korban dan pihak yang selalu salah. Melihat wanita bukanlah dilihat dari keperawanannya, tapi lihatlah wanita secara utuh. Mulai dari kecantikan parasnya, kecantikan budi pekertinya, kecantikan akhlak dan tutur katanya, kecantikan sikapnya, kecerdasannya, kebaikan hatinya, kelembutannya, kedewasaannya, kesabarnnya. Jika kamu adalah seorang yang memandang wanita dari segi keperawanannya yang utama, maka menurut saya kamu adalah orang yang picik dan sama sekali tidak bijak dan kamu adalah seorang yang hanya menilai dari segi fisik saja walaupun kamu berdalih sekuat tenaga dengan argument yang menyatakan kalau anda tulus menerima wanita dari luar dalam dengan segala kekurangan dan kelebihan yang diterimanya.

Apa yang saya saya sampaikan di atas bukanlah ingin melanggar atau melankahi suatu doktrin atau tradisi pikiran yang sudah lama berkembang di budya ketimuran kita, namun sebagai wanita saya hanya ingin menyampaikan pendapat akan posisi wanita dan berharap adanya suatu perubahan pikiran yang positif kedepannya.

oleh: Ade Rahmah Yulia

Mahasiswi Universitas Diponegoro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun