Mohon tunggu...
Adelia ClaristaBuena
Adelia ClaristaBuena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

halo hobi saya yaitu membaca novel dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pornografi Digital dan Dampaknya terhadap Perkembangan Remaja

3 November 2024   11:09 Diperbarui: 3 November 2024   11:11 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
blog rilidigital.com

Remaja merupakan suatu fase yang harus dialami manusia sebagai individu. Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12 -- 22 tahun, yang dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis (Utomo & Ifadah,2019). dalam perkembangannya remaja mulai  mengalami perubahan emosional, kognitif, dan psikis, salah satunya perubahan yang tidak bisa dihindari adalah motivasi dan rasa keingintahuan yang tinggi untuk mencoba hal yang baru terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan seksualitas.

Kecanggihan teknologi yang dapat membuat mudahnya mengakses content bermuatan seks yaitu pornografi sehingga banyak remaja yang menikmati hal ini dan menjadi candu. akan tetapi aksesibilitas informasi terkait seksualitas secara online, menjadi salah sasaran. Mereka akan rentan terpapar konten pornografi, berupa foto, video, atau film dewasa. Tercatat, menurut Menkoordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Hadi Tjahjanto mengungkapkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara dengan kasus pornografi anak terbanyak.  Iklan yang mengandung pornografi sering muncul di layar meskipun kita tidak sedang mengakses situs porno (Fevriasanty, 2020).

Pornografi sendiri dapat berupa sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan (UU No. 44 tahun 2008 tentang pornografi). Sudah menjadi rahasia umum bila pornografi dapat menimbulkan kecanduan, candu pornografi menjadi salah satu isu serius di seluruh dunia, termasuk indonesia. Seperti halnya narkoba, kecanduan pornografi juga mengakibatkan kerusakan otak yang cukup serius. Pornografi bukan hanya merusak otak dewasa tetapi juga otak anak. Kerusakan otak tersebut sama dengan kerusakan otak pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Kerusakan otak yang diserang oleh pornografi adalah Pre Frontal Korteks (PFC), bagi manusia bagian otak ini merupakan salah satu bagian yang paling penting karena bagian otak ini hanya dimiliki oleh manusia sehingga manusia memiliki etika bila dibandingkan binatang. Bagian otak ini berfungsi untuk menata emosi, memusatkan konsentrasi, memahami dan membedakan benar dan salah, mengendalikan diri, berfikir kritis, berfikir dan berencana masa depan, membentuk kepribadian, dan berperilaku sosial.

Faktor yang menyebabkan kecanduan film pornografi pada remaja

Kecanduan pornografi pada remaja menjadi masalah serius yang semakin mengkhawatirkan. Akses internet yang mudah dan meluasnya konten pornografi di dunia digital telah menciptakan lingkungan yang sangat memungkinkan bagi remaja untuk terjerumus dalam perilaku ini faktor yang menjadi penyebabnya sebagai berikut :


Faktor Internal
1. Rasa keingintahuan yang tinggi
Masa remaja, rasa ingin tahu tentang seksualitas sangat tinggi. Keingintahuan ini seringkali mendorong remaja untuk mencari informasi, termasuk melalui konten pornografi

2.Tekanan dari teman sebaya
Teman sebaya juga menjadi salah satu faktornya untuk mencoba hal-hal baru, termasuk menonton pornografi, berawal dari ajakan teman untuk menonton pornografi dapat menjadi pemicu yang kuat. Remaja seringkali merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosialnya agar diterima.

3.Masalah kesehatan mental
Remaja yang mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan bipolar, cenderung mencari pelarian dalam aktivitas yang memberikan kepuasan instan, termasuk menonton pornografi.

4. Kurangnya pendidikan Seks yang komprehensif  
Karena kurangnya pengetahuan yang benar tentang seksualitas dapat membuat remaja merasa bingung dan mencari informasi di sumber yang tidak tepat, seperti konten pornografi.

5. Citra diri yang negatif
Remaja yang dengan citra diri yang negatif cenderung mencari pengakuan dan validasi diri melalui aktivitas yang memberikan kepuasan sesaat, seperti menonton pornografi.

Faktor Eksternal
1. Kemudahan dalam mengakses internet
Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti saat ini setiap orang dapat mengakses informasi dengan cepat, tidak terbatas dan sangat mudah. Hal ini yang membuat remaja semakin cepat dan mudah untuk mencari dan mengaksesnya karena kemajuan teknologi yang semakin lama semakin canggih dan mudah untuk mendapatkan peredaran film-film porno yang berkembang luas sebagai media hiburan mereka. Maka dari itu remaja diharapkan bijak dalam menggunakan internet dan media sosial karena meskipun banyak dampak positifnya tetapi juga memiliki dampak negatif.

2. Pengaruh media masaa
Media massa, baik televisi, film, maupun majalah, seringkali menampilkan konten yang berbau seksualitas. Hal ini dapat memicu rasa ingin tahu remaja dan membentuk persepsi yang tidak realistis tentang seks.

3. Lingkungan keluarga yang tidak mendukung
Lingkungan keluarga yang kurang harmonis, kurangnya komunikasi yang terbuka dengan orang tua, atau adanya kekerasan dalam rumah tangga dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecanduan pornografi pada remaja.

4. Kurangnya pengawasan orang tua Kurangnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak di dunia digital karena keluarga yang beranggotakan banyak orang sulit melakukan pengawasan terhadap anggotanya dengan baik dan sulit untuk menanamkan disiplin yang baik kepada anak- anaknya dan dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengakses konten pornografi secara bebas.

Tingkat kecanduan pornografi menurut Skinner (2005 ) dibagi menjadi :
Level 1 : Melihat pornografi sekali atau dua kali setahun, paparan sangat terbatas.

Level 2 : Beberapa kali setiap tahun tetapi tidak lebih dari enam kali, fantasi sangat minimal.

Level 3 : mulai muncul tanda kecanduan, sebulan sekali, mencoba menahan diri.

Level 4 : mempengaruhi fokus untuk sehari-hari, beberapa kali dalam sebulan.

Level 5 : Setiap minggu, berusaha keras untuk berhenti, namun mulai mengalami gejala withdrawal.

Level 6 : Setiap hari untuk memikirkan pornografi, menyebabkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Level 7 : perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan bila tidak melihat pornografi, konsekuensi negatif.


Ciri-ciri remaja yang sudah kecanduan pornografi sebagai berikut:
1. Sering tampak gugup apabila ada yang mengajaknya komunikasi, menghindari kontak mata.
2. Tidak punya gairah aktivitas, prestasi menurun.
3. Malas, enggan belajar dan enggan bergaul, sulit konsentrasi.
4. Enggan lepas dari gadget, apabila ditegur dan dibatasi penggunaannya akan marah.
5. Senang menyendiri, terutama di kamarnya, menutup diri.
6. Melupakan kebiasaan baiknya.

Dampak kecanduan pornografi digital pada kehidupan sosial remaja.
1. Dampak psikologis
Dampak psikologis yang paling tampak bagi kebanyakan pelaku pecandu porno. Seperti yang sudah dipaparkan pada ciri-ciri pecandu porno, dikatakan bahwa pelaku cenderung hanya bermain dengan kelompok tertentu, menutup diri secara emosional, malu dalam kondisi yang tidak tepat, dan sering menghindari kontak mata. Remaja yang menjadi pecandu film porno yang mendapat dukungan dari sesama teman penggemar porno, akan terdorong untuk menjadi pribadi yang permisif terhadap perilaku seks bebas. Sementara, jika ia dikelilingi oleh teman yang terbebas dari pornografi, ia akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri yang tinggi. Karena kebiasaan ini mereka akan merasa sebagai pribadi yang aneh dan perilaku yang tidak sama dengan teman yang lain

Selain itu, kecanduan pornografi juga dapat mengganggu konsentrasi dan produktivitas. Remaja yang kecanduan cenderung sulit fokus pada tugas-tugas sekolah atau pekerjaan rumah. Mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal yang sehat karena pikiran mereka terus terpaku pada konten pornografi.

2. Dampak pada Sosial
Dampak kecanduan pornografi pada kehidupan sosial remaja sangatlah kompleks. Salah satu dampak yang paling jelas adalah isolasi sosial. Remaja yang kecanduan pornografi cenderung lebih suka menghabiskan waktu sendirian untuk mengakses konten pornografi daripada berinteraksi dengan teman-teman sebaya. Hal ini dapat menyebabkan mereka kehilangan keterampilan sosial yang penting, seperti berkomunikasi secara efektif dan membangun hubungan yang sehat. Selain itu, kecanduan pornografi juga dapat mengganggu perkembangan identitas seksual remaja. Paparan terus-menerus terhadap konten pornografi yang seringkali menyimpang dari norma-norma sosial dapat membentuk persepsi yang tidak realistis tentang seksualitas. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun identitas seksual yang sehat dan dapat mengganggu hubungan intim di masa depan.

3. Dampak pada Perilaku
Kecanduan pornografi juga dapat memicu berbagai perilaku yang tidak sehat. Beberapa remaja mungkin terlibat dalam perilaku seksual berisiko, seperti seks pranikah atau percobaan hubungan seksual yang tidak aman. Selain itu, kecanduan pornografi juga dapat memicu perilaku agresif atau kekerasan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara konsumsi pornografi yang berlebihan dengan peningkatan tingkat agresivitas pada remaja.

Upaya untuk mengatasi Kecanduan Pornografi digital pada Remaja
Kecanduan pornografi merupakan masalah serius yang semakin banyak dihadapi oleh remaja di era digital saat ini. Dengan akses yang mudah dan cepat ke berbagai konten pornografi melalui internet, banyak remaja yang terjerat dalam siklus konsumsi yang berpotensi merugikan kesehatan mental dan fisik mereka. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan upaya yang komprehensif untuk membantu remaja mengatasi kecanduan ini sebagai berikut:


1. Pendidikan Seks yang Sehat
Salah satu langkah pertama dalam mengatasi kecanduan pornografi adalah melalui pendidikan seks yang sehat dan menyeluruh. Kurikulum pendidikan seks di sekolah seharusnya tidak hanya mencakup aspek biologis, tetapi juga aspek emosional dan sosial dari seksualitas. Remaja perlu memahami perbedaan antara hubungan yang sehat dan gambaran yang tidak realistis dari pornografi. Dengan memberikan informasi yang akurat dan relevan, kita dapat membantu remaja membangun pemahaman yang lebih baik tentang seksualitas, hubungan, dan dampak negatif dari konsumsi pornografi. Program pendidikan ini harus melibatkan diskusi terbuka tentang isu-isu seperti consent, empati, dan dampak psikologis dari pornografi. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi remaja untuk mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman mereka, sehingga mengurangi stigma dan kebingungan yang sering menyertai topik ini.

2. Dukungan Sosial
Dukungan dari keluarga dan teman-teman juga sangat penting dalam mengatasi kecanduan pornografi. Orang tua harus berperan aktif dalam menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka mengenai seksualitas dan dampak pornografi. Dialog terbuka dapat membantu remaja merasa lebih nyaman untuk berbagi perasaan dan tantangan yang mereka hadapi. Ini juga dapat mendorong mereka untuk mencari dukungan ketika mereka merasa kesulitan. Program kelompok dukungan juga dapat diadakan di sekolah atau komunitas, di mana remaja dapat bertemu dan berbagi pengalaman satu sama lain. Melalui interaksi ini, mereka dapat belajar dari pengalaman orang lain dan merasa tidak sendirian dalam perjuangan mereka. Hal ini juga dapat memperkuat rasa saling percaya dan empati di antara mereka.

3. Intervensi Teknologi
Di era digital, teknologi dapat digunakan sebagai alat untuk membantu mengatasi kecanduan pornografi. Ada berbagai aplikasi dan perangkat lunak yang dirancang untuk membantu individu memantau dan membatasi penggunaan internet mereka. Misalnya, aplikasi yang memungkinkan remaja untuk memblokir situs-situs pornografi atau melacak waktu yang dihabiskan di internet dapat membantu mereka lebih sadar akan kebiasaan mereka dan mendorong pengurangan konsumsi konten tersebut.

Selain itu, pendidikan tentang penggunaan media sosial yang sehat juga perlu diperkuat. Remaja perlu dilatih untuk mengenali dan menghindari konten yang berpotensi merusak serta memahami bahwa banyak representasi dalam media tidak mencerminkan realitas. Pendekatan ini tidak hanya dapat mengurangi paparan terhadap pornografi tetapi juga meningkatkan kesadaran mereka terhadap pengaruh media.

4.Terapi dan Konseling
Bagi remaja yang sudah terlanjur kecanduan, intervensi lebih lanjut mungkin diperlukan. Konseling individu atau terapi kelompok dapat menjadi pilihan yang efektif. Profesional kesehatan mental dapat membantu remaja untuk mengeksplorasi penyebab di balik kecanduan mereka, serta memberikan strategi coping yang lebih sehat. Terapi kognitif perilaku (CBT) seringkali digunakan untuk mengubah pola pikir negatif dan perilaku yang berkontribusi pada kecanduan.

Daftar Pustaka
Fatimah, S. (2022). Dampak Pornografi Terhadap Perkembangan Perilaku Remaja. Jurnal Pengabdian Masyarakat Putri Hijau, 2(2), 49-52.
Fevriasanty, F. I., Suyanto, B., Soedirham, O., Sugihartati, R., & Ahsan, A. (2021). Effects of social media exposure on adolescent sexual attitudes and behavior: A systematic review. International Journal of Public Health Science (IJPHS), 10(2), 272. https://doi.org/10.11591/ijphs.v10i2.20818

Haidar, G., & Apsari, N. C. (2020). Pornografi pada kalangan remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 136.
Rachmaniar, R., Prihandini, P., & Janitra, P. A. (2018). Perilaku penggunaan smartphone dan akses pornografi di kalangan remaja perempuan. Jurnal Komunikasi Global, 7(1), 1-11.
Utomo, S. T., & Ifadah, L. (2019). Kenakalan remaja dan psikososial. Dakwatuna: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi Islam, 5(2), 1-22. https://doi.org/10.36835/dakwatuna.v5i2.409

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun