Minimya edukasi dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan kelainan mental beserta penangananya menjadi salah satu faktor masih tingginya angka kelainan mental di Negara kita. Peranan dalam memberikan edukasi dan pemahahan mengenai kesehatan mental, gangguan kesehatan mental, berikut dengan penanganannya bukan hanya dibutuhkan oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan kesehatan mental, melainkan kepada seluruh masyarakat pada umumnya.Â
Fenomena yang kerap kali terjadi di mayoritas masyarakat dengan kesadaran isu kesehatan mental akhir akhir ini melahirkan perilaku self diagnosis. Self diagnosis adalah upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang didapatkan secara mandiri, misalnya dari teman atau keluarga, bahkan pengalaman sakit di masa lalu.Â
Hal ini sangat keliru karena orang yang bisa memberikan diagnosis hanya tenaga profesional. Kesalahan diagnosis akan bersifat fatal bagi penderita karena diagnosis hanya bisa dilakukan dengan keahlian khusus dan pengetahuan mengenai diagnosis masalah, gangguan, atau sindrom mental.
Sehingga kita perlu mengenali beberapa gejala dan tanda gangguan mental yaitu seperti beberapa contoh di bawah ini :
- Mengalami delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
- Mengalami halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
- Suasana hati yang berubah-ubah
- Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
- Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
- Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur, serta gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
- Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA.
- Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
- Bahkan gangguan mnetal dapat mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, sakit maag, dan sakit punggung.
Maka apabila mengalami gejala-gejala seperti yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dilakukan adalah menceritakan keadaan yang dialami kepada keluarga, teman, dan kerabat yang dipercayai. Setelah itu cari pertolongan profesional ke dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater).
Dokter tersebut dapat melakukan assesment setelah itu melakukan penilaian berdasarkan gejala-gejala yang dialami untuk memberikan diagnosis dan hal apa yang selanjutnya perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sedangkan sikap kita untuk mengatasi apabila ada kerabat terdekat yang menderita gangguan mental adalah berusaha untuk mendamping seperti dengan cara meluangkan waktu untuk mendengarkan mereka bercerita atau menenangkan apabila mereka menangis.Â
Sehingga mereka akan merasa bahwa mereka tidak menjalani ini sendirian ada kita sebagai kerabatnya yang peduli dan menerima dengan tulus kondisi yang sedang dialaminya. Maka dari itu dimulailah dari diri sendiri untuk peduli terhadap kesehatan mental karena gangguan mental ini dapat dialami oleh siapa pun bahkan kerabat yang kita sayangi.
Jauhilah faktor-faktor yang dapat membuat orang lain terkena gangguan mental seperti sikap bullying. Kita sebagai mahasiswa pun yang memiliki peran yang cukup andil dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perlu mendukung komunitas atau gerakan mengenai kesehatan mental dengan mengedukasi ke masyarakat umum mengenai pemahaman terkait kesehatan mental itu sendiri seperti apa pentingnya kesehatan mental, sikap yang perlu kita lakukan apabila ada kerabat yang terkena, dan lain sebagainya.Â
Karena dukungan dari kita sebagai kerabat terdekatlah yang sangat membantu dalam proses penyembuhan orang yang menderita gangguan mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H