Mohon tunggu...
Adelia Agustin Saputri
Adelia Agustin Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Sebelas Maret

Menulis untuk berkeluh kesah, begitu kata orang-orang yang tahu jika saya gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ingin Dipahami Tanpa Mau Memahami

19 Oktober 2022   23:15 Diperbarui: 19 Oktober 2022   23:24 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan ada waktu di mana si pelaku juga harus bisa memahami orang lain, memahami hal yang berkaitan dengan si pengirim pesan hingga dia harus membalas pesan itu dengan cepat. Akan ada waktu di mana si yang meminta dipahami harus mau memahami orang lain.

"Kamu kalau bales chat lama, ya?"

"Oh, aku anaknya memang begitu. Maklumin aja."

Jika saya disuruh untuk mencari makna dari kalimat "aku anaknya memang begitu" saya akan dengan senang hati mengatakan bahwa, dia ingin semua orang memahaminya namun dia tak sudi untuk memahami orang lain. 

Mungkin di beberapa aspek, perihal balas membalas pesan hanyalah hal remeh yang tak perlu dibesar-besarkan. Tetapi kita juga tidak boleh lupa, bahwa setiap orang memiliki kesibukannya masing-masing.

Bisa saja waktu yang mereka miliki untuk berbincang-bincang secara daring dengan gawai masing-masing hanya sebentar, dan yang paling parah, kita tak akan tahu apakah kita masih diberi kesempatan untuk membalas pesan tersebut di lain kali.

Efek dari tak mau mengubah kebiasaan dan justru meminta orang lain untuk memahami kebiasaan itu cukup banyak. Orang-orang mungkin akan berpikir bahwa kita menyebalkan, kita egois, kita kekanakan, dan lain-lain. Oleh sebab itu, setiap kebiasaan buruk harus mulai diubah sedini mungkin. 

Toh, tidak selamanya kita bisa menyuruh orang lain untuk memahami apa yang ada pada kita. Tak selamanya kita bisa berekspektasi bahwa dunia akan terus memahami seluruh keinginan kita. Pada kenyataannya, dunia tak berlaku seperti itu.

Banyak sekali orang yang mengatakan kalimat semacam; jika kamu ingin dihargai, maka silakan kamu menghargai orang lain juga. Dalam artian, jika kita ingin orang lain memahami segala hal yang ada pada kita, kita juga harus mau memahami mereka. Lagi pula, tak ada ruginya bagi kita jika kita mau belajar untuk memahami orang lain.

Entah itu perasaan mereka, kebiasaan mereka, hal-hal yang mereka suka dan tidak suka, dan sebagainya. Namun perlu dicatat pula, tak ada salahnya bagi kita untuk meminta dipahami oleh orang lain. Selama dipahami dan memahami dilakukan secara seimbang, seharusnya tidak akan ada masalah atau hal buruk yang terjadi.

Sehingga, bagi saya sendiri, kebiasaan untuk mengucap; "Aku anaknya emang gitu,". Harus mulai diubah, mau tak mau. Tidak perlu menunggu tahun depan, bulan depan, ataupun hari esok. Jika kita menemukan satu saja kebiasaan buruk yang ada pada diri kita, usahakan untuk memulai mengubahnya. Toh nantinya hal tersebut akan kembali pada kita. Orang-orang bisa saja memiliki penilaian lebih pada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun