Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pada Akhirnya

9 Desember 2018   09:47 Diperbarui: 9 Desember 2018   10:28 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Succubus Ubus

Memuisikan hidup atas sebuah pecah

dan itukah kau, Tuan

sedangkan akulah penyair yang mendekap sepi

di jantung ungu 

lelah mengemis

memumpun rindu; terbata-bata

merebah tirus sebelum kepergiannya.

Dia kembali bergerak sesuai birama alam memulai kisah baru. Ada sebuah kelepasan, penjaga kesadaran untuk membicarakan indahnya dunia dalam tiap tetesan secangkir kopi. 

Pagi ini dia membuka lembaran baru dengan hawa murni. Menyapa langit biru yang tidak lagi pekat, bahkan lebih bercahaya. Sekumpulan kupu-kupu terbang bebas mencari mekarnya bunga. Sekawanan burung bebas terbang di angkasa dengan begitu riang. Juga sebuah taman, hari ini begitu banyak yang mengucapkan salam. Begitu banyak ruang yang mengepisodekan bahwa hari ini adalah kenikmatan yang paling indah.

Saat dia duduk di dekat pohon akasia. Datang Anomali. Dengan senyum manis di kedua pipinya. Kemudian membahasakan ingin yang lama di pendam dalam hati, sekian tahun lamanya. Anomali meminta dia untuk menjadi catatan jejak akhir hidupnya. 

Dan mendekaplah engkau sebagai senyawa yang kupilih

ini pinta yang pernah tak kau anggap

tetapi dengarkan sekali lagi

aku mencintaimu tanpa batas

sejak jagat menemukan paras ayu

hingga benih membukit

tak luput rasa ini

untuk diam dan pergi 

menemui hal yang tak ingin terlewatkan sekali lagi

berkisahlah bersamaku

sampai akhir batas zaman. 

Dia terhenyak untuk sesaat. Matanya sedikit terbelalak. Dan tubuhnya bergetar. 'Hai! Ini bukan getaran cinta. Tetapi lebih kepada pesona tanpa benih. Sebab getar itu masih kepada dia.' Dia berbicara dalam angannya sambil mencoba memahami apakah getar ini adalah cinta.

HM, edisi ini

meminang sesuatu hal yang basah

untuk menciptakan aneka musim

tanpa ada luka

sebab kita adalah sepi yang lupa keramaian.

Dia hanya diam, memandang halaman bunga. Kemudian menyentuh jemarinya sendiri. Sedangkan Anomali kembali membujuknya untuk menjawab apa yang menjadi inginannya. Dia memandang  Anomali dengan tatapan bagai hewan yang sedang memburu target laparnya, kemudian diam dalam hening yang pikirannya entah kemana.

Sejam berlangsung tanpa kata-kata. Kemudian dia membuka suara dan mengatakan bahwa untuk hidup dengannya adalah perjalanan tersulit. Sebab mimpi  yang  dia miliki  begitu  tinggi. Jutaan anak-anak itu adalah kumpulan resep yang harus di masak dengan bumbu yang tentunya sangat banyak agar masakan mampu di nikmati dengan baik oleh dunia pasar. Di mana pelepasan akhir adalah bersekutu dengan keramaian yang sebenar-benarnya.

Anomali hanya mengangguk setuju. Sambil memberikan banyak masukan agar mimpi yang baru saja di mulai bisa menjadi kenyataan. Dia tersenyum puas dan sedikit berdoa semoga harapan dan mimpi akan segera berlabuh secepatnya.

Duhai yang telah menyetujui hasratku kepada puisi

maka diamlah sejenak

sebab ingin merasakan hadirnya

bukanlah kesalahan

untuk menguasaii ladang tandus; milikku

tanpa sakit.

kemudian ciptakanlah sajak perjuangan

atas masa yang pernah retak 

dan sekarat

kunantikan bahasa majemuk 

berkolaborasi dengan pencapaian batas akhir.

Bekasi, 9 Desember 2018.

09 : 34

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun