Mohon tunggu...
Adelia
Adelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Ekonomi Syariah IPB University

Konten Creator

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kesejahteraan Spiritual dan Material di Kuadran CIBEST

11 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 11 Maret 2024   22:54 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar : www.researchgate.net

Kesejahteraan spiritual merupakan pemahaman yang mendalam tentang diri, hubungan sosial, lingkungan, dan pencipta. Proses ini melibatkan hubungan dinamis antara individu dan pencipta, yang berkembang secara harmonis melalui pengembangan diri yang disengaja. Kesejahteraan spiritual yang baik tercermin dalam hubungan yang harmonis dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan Tuhan. Sedangkan Kesejahteraan Material didasarkan pada kemampuan untuk sepenuhnya memenuhi kebutuhan material. Kebutuhan material seperti pangan, sandang dan papan harus diidentifikasi melalui proses analisis dan penelitian yang tepat berdasarkan kondisi kehidupan masyarakat yang ada.

 

Kuadran CIBEST merupakan metode untuk mengukur kemiskinan yang mempertimbangkan kedua dimensi, yakni kebutuhan material dan spiritual, sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Pentingnya keseimbangan antara kesejahteraan spiritual dan kesejahteraan material dalam kuadran CIBEST dikarenakan CIBEST (Center of Islamic Business and Economic Studies) merupakan alat ukur kesejahteraan dan kemiskinan dari perspektif syariah. Kuadran CIBEST dapat digunakan untuk mengidentifikasi jumlah rumah tangga pada setiap kuadran, membantu pemerintah merumuskan kebijakan pembangunan, dan memindahkan rumah tangga dari kuadran kemiskinan ke kuadran kesejahteraan. Sasaran utama pembangunan adalah memindahkan rumah tangga ke kuadran kesejahteraan, yang menjadi sejahtera secara materil dan spiritual. Model CIBEST tepat untuk menentukan kebijakan pembangunan dan memobilisasi rumah tangga menjadi kuadran kesejahteraan, di mana rumah tangga menjadi kaya secara spiritual dan material.

Ada bermacam macam golongan dalam kuadran CIBEST, diantaranya: 

  1. Golongan spiritual material: Golongan ini cenderung memadukan aspek spiritual dan material dalam hidup mereka. Mereka mungkin menghargai nilai-nilai spiritual atau keagamaan, namun juga menghargai pencapaian materi, kekayaan, atau kesuksesan duniawi. Mereka mungkin mencari keseimbangan antara kepentingan spiritual dan material dalam kehidupan sehari-hari

  2. Golongan spiritual saja: Golongan ini cenderung fokus pada aspek spiritual atau keagamaan dalam hidup mereka. Mereka mungkin menekankan pentingnya meditasi, doa, pertumbuhan pribadi, dan pencarian makna dalam hidup. Mereka mungkin kurang tertarik pada hal-hal materi atau pencapaian duniawi, dan lebih mengutamakan kepuasan spiritual.

  3. Golongan material saja: Golongan ini cenderung menekankan aspek materi atau duniawi dalam hidup mereka. Mereka mungkin fokus pada pencapaian material, kekayaan, status, atau kesenangan duniawi. Mereka mungkin kurang memperhatikan aspek spiritual atau keagamaan dalam hidup mereka, dan lebih memprioritaskan kepentingan materi.

Kesejahteraan Spiritual dan Material seringkali terganggu dalam konteks CIBEST ketika posisi sebuah rumah tangga terganggu secara ekonomi sehingga tidak produktif, maka rumah tangga ini dianggap tidak mampu secara material. Kondisi ini direfleksikan oleh kuadran II dikategorikan sebagai kemiskinan material. Namun, ketika posisi sebuah rumah tangga produktif secara ekonomi dan tidak produktif secara spiritual maka kondisi ini dikategorikan pada kuadran III, yaitu kategori kemiskinan spiritual. Kondisi ini terjadi ketika sebuah rumah tangga miskin secara rohani contohnya ketika tidak mau berzakat. Selain itu variabel spiritual juga terdiri dari pelaksanaan shalat, puasa, zakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan kebijakan pemerintah. Kondisi spiritual atau ruhiyah dapat ditingkatkan dengan melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan tidak meninggalkan hal tersebut secara sengaja agar kondisi spiritual tidak terganggu. Sebuah rumah tangga ada pada posisi terburuk jika tidak produktif secara ekonomi maupun tidak produktif secara ibadah. Ketika kedua hal ini terjadi secara sekaligus kelompok ini dikategorikan miskin secara materi dan miskin secara rohani sehingga berada pada kemiskinan absolut.

Perbedaan kesejahteraan spiritual dan material terlihat dari indikator masing masing golongan dalam kuadran cibest dimana kesejahteraan spiritual merupakan kesejahteraan yang menekankan nilai nilai yang bersifat immaterial, seperti kepuasan batin, kedamaian, kebahagiaan yang berasal dari kesadaran diri, dan hubungan yang dalam dengan diri sendiri, alam, atau Tuhan. Dalam perspektif nilai spiritual harus didasarkan pada 5 kategorisasi yang terdiri dari ibadah shalat, puasa, zakat dan infak, lingkungan keluarga, dan kebijakan pemerintah. Semua itu merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan spiritual. Berbeda dengan kesejahteraan spiritual, kesejahteraan material lebih berorientasi pada nilai-nilai material dan praktis, seperti keamanan finansial, pemenuhan kebutuhan fisik, status sosial, dan kemudahan akses terhadap barang dan jasa. Selain itu, kebutuhan material dapat menggunakan analisis dasar meliputi kebutuhan dharuriyah menurut Al-Ghazali dan Ali-Syahtibi seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan menjadi bagian dari hafdzu nafshan (Saifuloh, 2018). Perbedaan ini paling terlihat dalam kuadran CIBEST karena model ini menempatkan kesejahteraan spiritual dan material sebagai dua dimensi yang berbeda namun saling melengkapi dalam memahami kesejahteraan manusia secara holistik. Dalam model ini, kesejahteraan spiritual dan material dipandang sebagai dua aspek penting yang perlu seimbang untuk mencapai kesejahteraan secara menyeluruh.

Interaksi antara spiritualitas dan materialitas di keempat kuadran ini kompleks dan saling terkait.

  1. Sejahtera Spiritual & Material:

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun