Mohon tunggu...
Adelia Dewanti
Adelia Dewanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta - 20107030068

Hi! saya Adelia Dewanti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan NIM 20107030068. Mohon bantuan dan dukungannya ya teman-teman semua.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Lonjakan Covid-19 Tahun Ini di Ibu Kota Semakin Mengkhawatirkan

25 Juni 2021   00:00 Diperbarui: 25 Juni 2021   00:08 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian Vaksinasi Untuk Seluruh Warga Sunter Agung, Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara (Sumber: dokpri)

Pemerintah menjelaskan alasan hingga kini tidak menerapkan pembatasan social berskala besar atau Lockdown ditengah meroketnya jumlah kasus COVID-19 dan desakan masyarakat untuk dilakukannya Lockdown. Mereka berkaca pada kebijakan PSBB yang diterapkan pada April 2020. Hal itu mengakibatkan kontraksi ekonomi yang luar biasa. 

Maka Satgas COVID-19 lebih memilih melanjutkan kebijakan PPKM Mikro ketimbang menggantinya dengan kebijakan PSBB. Kalau saja tahun lalu pemerintah dan masyarakat bergotong royong mulai dari level komunitas sampai nasional, seharusnya pemerintah sudah bisa mengendalikan kasus tahun ini. Mereka juga belajar dari pengalaman yang lalu tentang PSBB yang mungkin bagus tetapi dalam satu wilayah akan mengalami pembatasan yang sangat amat ketat.

Tahun ini lonjakan COVID-19 di ibu kota kian hari makin mengkhawatirkan. Sejumlah rumah sakit sudah mulai penuh, tenaga kesehatanpun mulai kewalahan hadapi pasien yang setiap hari meminta tempat isolasi. Tempat pemakaman umum pun juga mulai penuh. Lalu bagaimana PEMPROV DKI Jakarta menghadapi ini dan seperti apa jurus jitu agar penularan COVID-19 bisa ditekan?

Seperti yang kita ketahui Bersama bahwa data penambahan penderita COVID-19 ini memang semakin tinggi, bahkan minggu ini saja penambahan mencapai lebih dari 5.000 kasus. Apakah ini karena test PCR yang tinggi atau justru memang penularannya yang semakin mengkhawatirkan? Dan apa itu test PCR? Ada tiga langkah kunci untuk tes PCR COVID-19, yaitu yang pertama pengumpulan sampel, yang kedua ekstraksi, dan yang ketiga PCR.

Jika kita memiliki gejala COVID-19 dan berada dalam jarak enam kaki dari seseorang selama 15 menit atau lebih yang dinyatakan positif COVID-19, kita harus diuji dan ditest untuk COVID-19. Sayangnya, beberapa situs pengujian tidak menawarkan pengujian dan test jika kita telah terpapar tetapi tidak memiliki gejala.

Tes PCR untuk COVID-19 adalah tes yang digunakan untuk mendiagnosis orang-orang yang saat ini terinfeksi SARS-CoV-2, yaitu virus corona penyebab COVID-19. Tes PCR adalah tes yang katanya “berstandar emas” untuk mendiagnosis COVID-19 karena merupakan tes yang paling akurat dan andal.

Tes reaksi berantai polimerase (PCR atau Polymerase Chain Reaction) dilakukan untuk mendeteksi materi genetik dari organisme tertentu, seperti virus. Test ini mendeteksi keberadaan virus jika kita terinfeksi pada saat tes. Tes ini juga dapat mendeteksi fragmen virus bahkan setelah kita tidak lagi terinfeksi.

Tes PCR usap hidung untuk COVID-19 adalah tes yang paling akurat dan andal untuk mendiagnosis COVID-19. Jika tes positif, berarti ada kemungkinan COVID-19. Jika tes negative, berarti ada kemungkinan tidak COVID-19 pada saat tes. Lakukan tes jika kita memiliki gejala COVID-19 atau telah terpapar dengan seseorang yang dites positif COVID-19.

Ada beberapa sebab penularan yang semakin mengkhawatirkan, yang pertama memang disebabkan oleh arus balik mudik. Terakhir tanggal 31 mei pemerintah melakukan penyekatan diperbatasan arus balik. Tapi, setelah itu pemerintah kebobolan dan membukanya kembali sehingga mulai berdatangan semakin banyak arus balik yang berpotensi menimbulkan kehadiran virus dari daerah-daerah yang masuk ke Jakarta. Begitu juga sebaliknya dari Jakarta keluar Jakarta.

Kemudian yang kedua, disebabkan karena Jakarta sebagai ibu kota, pusat interaksi, pusat pemerintahan, pusat budaya, pusat segala-galanya. Terjadilah interaksi yang tinggi seperti orang-orang yang berdatangan dari luar negeri, dari daerah aceh sampai papua, maupun yang sekedar transit di Jakarta juga berpotensi menimbulkan interaksi, kerumunan, dan menimbulkan penularan.

Kemudian yang ketiga, memang disebabkan karena selama ini DKI Jakarta selalu meningkatkan test PCR. Jakarta merupakan provinsi yang mungkin terbanyak memberikan dan melaksanakan test PCR. Dalam rangka pencegahan dan penanganan COVID-19 di Jakarta sejak awal, kebijakan pemerintah adalah memperbanyak test PCR dengan maksud mengidentifikasi masalah sehingga pemerintah bisa melakukan Tracing, Testing, dan Treatment. 

Kalau tidak ada test PCR bagaimana mungkin pemerintah mengetahui siapa saja yang terpapar lalu langkah pemerintah akan semakin sulit. Dengan adanya test PCR, pemerintah dengan mudah mengetahui titik-titik penyebaran.

Kemudian yang keempat, disebabkan oleh adanya varian baru. Seperti yang kita tahu, ada varian baru dari india, inggris, dan afrika selatan yang penyebarannya lebih cepat dan lebih berbahaya. Untuk itu, pemerintah meminta masyarakat tetap waspada, hati-hati, melaksanakan protocol kesehatan, dan tempat yang terbaik adalah tetap berada di rumah.

Berbicara soal test PCR yang semakin banyak dilakukan di DKI Jakarta, tentunya semakin banyak pula masyarakat yang diketahui terpapar COVID-19. Lalu, bagaimana dengan fasilitas kesehatannya? Apakah memang sudah disiapkan sebelumnya? Mengingat yang kita ketahui Bersama bahwa banyak video yang beredar mengatakan sejumlah rumah sakit, baik itu rumah sakit darurat atau rumah sakit milik pemerintahpun antriannya Panjang sekali, bahkan sampai di selasar rumah sakit.

Terjadinya peningkatan yang luar biasa menyebabkan minggu ini saja mencapai 5.000 orang lebih, bahkan yang perlu diperhatikan dari angka tersebut, 4% atau 200 orang itu anak-anak balita. Bahkan 800 orang itu anak umur 0 sampai 18 tahun sekitar 16%. Jadi, ini harus menjadi perhatian pemerintah Bersama yang menyatat bahwa tidak hanya orang tua dan lansia, tapi anak-anak kita juga bisa kena.

Kemudian, pemerintah terus meningkatkan berbagai fasilitas salah satunya tempat tidur yang menjadi perhatian masyarakat karena yang tadinya tersedia 8.000 sekarang sudah terpakai 7.000, artinya sudah mencapai angka 89% dan sangat menjadi perhatian pemerintah Bersama karena gentingnya angka tersebut. Namun demikian, sekalipun pemerintah terus meningkatkan berbagai fasilitas, tenaga, dan lain sebagainya. 

Upaya yang lebih penting ada pada kita semua masyarakat warga Jakarta dan Indonesia untuk melakukan upaya-upaya pencegahan. Apa yang harus dilakukan? Seperti yang pemerintah sampaikan yaitu tetap berada di rumah, menggunakan masker, melaksanakan 5M, yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, membatasi mobilitas dan interaksi hingga menjauhi kerumunan. Tugas pemerintah melaksanakan 3T, Tracing, Testing, dan Treatment.

Nah, apa solusi yang akan dilakukan oleh PEMPROV DKI Jakarta sendiri jika memang peningkatan virus semakin tinggi dan tingkat keterisian rumah sakit juga semakin tinggi? Apakah pihak PEMPROV DKI Jakarta sendiri sudah menyiapkan solusi untuk bisa menangani ini?

Yang pertama tentu pemerintah terus meningkatkan berbagai fasilitas, seperti Wisma Atlet dan rumah sakit yang daya tampungnya terus bertambah. Kemudian pemerintah juga sudah menyiapkan lebih dari 9.000 tempat tidur di tempat-tempat milik pemerintah seperti Griya, Wisma, GOR atau Gelanggang Olahraga dan tempat lainnya untuk isolasi mandiri bagi yang OTG dan lain sebagainya. Namun demikian, secepat apapun pemerintah dari PEMPROV atau pemerintah pusat menyiapkan fasilitas, itu hanya upaya penanganan. Upaya yang lebih baik adalah upaya pencegahan.

Nah, upaya pencegahan ini terus dilakukan dalam rangka sosialisasi dan kampanye. 

Kemudian Satgas juga dibentuk dari tingkat pusat, provinsi, sampai ke tingkat RT, bahkan di rumah-rumah diminta agar menunjuk setidaknya satu orang sebagai PIC (Person In Charge) atau perwakilan keluarga yang mampu bersinergi, berkolaborasi, dan bekerja sama dengan RT setempat untuk membuat WA grup dan saling memberikan informasi, memastikan situasi serta kondisi agar semuanya terjaga dengan baik.

Masyarakat Jakarta juga melakukan pembersihan, penyemprotan disinfektan, patrol dan sebagainya. Aparat pemerintah dihadirkan di semua lini, semua titik, semua kegiatan. 

Bahkan Satgas tidak hanya ditingkat RT atau RW, tapi disemua unit kegiatan seperti di perkantoran, mall, restaurant, pabrik, termasuk di masjid dan tempat-tempat ibadah seperti gereja dan lain-lain agar bersama-sama pemerintah dan masyarakat bisa melakukan upaya perjuangan melawan COVID-19, terlebih sekarang ada varian baru yang sangat berbahaya. Kemudian juga yang tidak kalah penting adalah masyarakat itu sendiri yang harus disiplin tentang penggunaan masker.

Antrian Vaksinasi Untuk Seluruh Warga Sunter Agung, Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara (Sumber: dokpri)
Antrian Vaksinasi Untuk Seluruh Warga Sunter Agung, Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara (Sumber: dokpri)

Sesuai dengan arahan presiden, yaitu optimalkan, tingkatkan, implementasikan penggunaan masker dari 68-78% di Jakarta agar mencapai 95% yang sedang diupayakan terus-menerus. Kemudian presiden meminta agar di Jakarta pada akhir agustus nanti, vaksinasi bisa dilaksanakan mencapai 7,5 juta dari 8,5 juta yang pemerintah targetkan diakhir tahun untuk seluruh warga Jakarta. Alhamdulillahnya upaya ini dibantu jajaran KODAM, POLDA dan PEMPROV DKI Jakarta agar memaksimalkan perharinya setidaknya bisa 100.000 vaksin.

Lalu, bagaimana dengan system penguburan? Apakah untuk mengalokasikannya sudah cukup mumpuni untuk yang ada di Jakarta Utara maupun ditempat lainnya? Nah, tempat makam juga sudah diantisipasi karena memang peningkatannya luar biasa dan berbagai daerah di tanah air masih dihadapkan dengan kondisi kekurangan tempat tidur rumah sakit. Banyak kisah miris dari pasien yang terlambat ditangani karena sulit mencari rumah sakit rujukan COVID-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun