NAMA: Adelia Dwi Lirafil Rizky
NIM: 191241193
FAKULTAS: Kesehatan Masyarakat
UNIVERSITAS : Universitas Airlangga
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu tantangan besar kesehatan di negara tropis seperti Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyebaran DBD semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan perubahan iklim. Pengendalian DBD memerlukan strategi yang komprehensif dan kolaboratif antara masyarakat dan tenaga kesehatan. Dengan pendekatan bersama, pengurangan risiko penyebaran penyakit dapat dicapai secara efektif.
Pengendalian DBD menghadapi berbagai tantangan, termasuk tingginya tingkat kepadatan penduduk, kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk, serta kesadaran masyarakat yang masih rendah tentang pentingnya pencegahan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat-tempat berair seperti wadah air di lingkungan rumah tangga, tumpukan sampah, atau genangan air. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sangat penting.
Salah satu tantangan lain adalah sulitnya memberantas nyamuk sepenuhnya hanya dengan mengandalkan tenaga kesehatan dan pemerintah. Fogging (pengasapan) yang sering dilakukan hanya efektif dalam membunuh nyamuk dewasa, namun tidak mampu memusnahkan jentik nyamuk yang tumbuh di genangan air. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan masyarakat secara aktif untuk memutus siklus hidup nyamuk dengan menjaga kebersihan lingkungan, menguras tempat penampungan air, dan menutup wadah-wadah yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Kolaborasi antara masyarakat dan tenaga kesehatan merupakan kunci dalam upaya pengendalian DBD. Masyarakat memiliki peran vital dalam menjalankan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungannya masing-masing. Salah satu program yang telah diterapkan oleh pemerintah adalah 3M Plus: Menguras tempat penampungan air, Menutup rapat wadah air, dan Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air. "Plus" mengacu pada langkah tambahan seperti penggunaan obat nyamuk, pemasangan kelambu, dan memelihara ikan yang memakan jentik nyamuk.
Sementara itu, tenaga kesehatan berperan dalam memberikan edukasi, pendampingan, dan layanan medis kepada masyarakat. Mereka harus berperan sebagai fasilitator dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya DBD dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil. Dalam hal ini, tenaga kesehatan juga perlu bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk mengimplementasikan program pencegahan yang efektif.
Edukasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengendalian DBD. Masyarakat perlu diberikan pemahaman mengenai siklus hidup nyamuk dan cara-cara pencegahan yang dapat dilakukan. Pemberdayaan masyarakat juga harus menjadi fokus utama, di mana individu dan kelompok dalam komunitas diajak untuk secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan DBD di lingkungan masing-masing.
Program seperti Juru Pemantau Jentik (Jumantik), di mana anggota masyarakat bertugas memantau keberadaan jentik nyamuk di lingkungan mereka, telah terbukti efektif dalam mengurangi kasus DBD. Dengan adanya program ini, masyarakat tidak hanya menjadi objek program kesehatan, tetapi juga agen perubahan yang memiliki tanggung jawab langsung dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Inovasi teknologi juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi tantangan dalam pengendalian DBD. Aplikasi berbasis teknologi informasi telah dikembangkan untuk melaporkan kasus DBD dan lokasi yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Selain itu, penggunaan teknologi dalam mendeteksi dan memantau populasi nyamuk di suatu wilayah dapat membantu tenaga kesehatan dalam merancang strategi pengendalian yang lebih efektif.
Beberapa daerah di Indonesia bahkan telah mengembangkan metode Wolbachia, sebuah bakteri yang disuntikkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti untuk menghambat kemampuan nyamuk dalam menyebarkan virus dengue. Inovasi ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengurangi jumlah kasus DBD di beberapa wilayah.
Data terbaru menunjukkan bahwa kadus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia terus meningkat pada 2024. Hingga mei, telah tercatat lebih dari 119.000 kasus, dengan provinsi Jawa Barat mendominasi jumlah kasus terbanyak (32.761 kasus), diikuti DKI Jakarta (9.156 kasus) dan Jawa Timur (9.150 kasus). Kasus kematian akibat DBD memcapai 777 orang, dengan angka tertinggi Jawa Barat (227 kematian) (Databoks) (Data Indo).
Pengendalian demam berdarah memerlukan kolaborasi yang kuat antara masyarakat dan tenaga kesehatan. Masyarakat perlu diberdayakan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menjalankan langkah-langkah pencegahan, sementara tenaga kesehatan berperan dalam edukasi dan pemberian layanan medis. Dengan sinergi yang baik antara keduanya, diharapkan angka kejadian DBD di Indonesia dapat ditekan secara signifikan. Kolaborasi ini juga perlu didukung dengan inovasi teknologi dan program-program pemerintah yang berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari penyakit.
KATA KUNCI: (DBD), Edukasi, Kolaborasi, Kesehatan, 3M.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Medis Siloam Hospitals.2024.Demam Berdarah Dengue-Penyebab,Gejala,Pengobatannya. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/demam-berdarah-dbd [online]. (diakses tanggal 8 September2024)
Admin Dinkes.2022.Demam Berdarah. https://search.app/UDeG58v7gKPXrpHcA [online]. (diakses tanggal 8 September 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H