Angga Dwimas Sasongko yang merupakan sutradara dan sekaligus penulis cerita dalam film ini telah berhasil menerangkan Kembali sejarah Indonesia kepada anak mudah masa kini, jadi diharapkan anak-anak mudah yang telah menonton film ini tidak hanya mendapatkan hiburan belaka, tetapi juga benar-benar bisa menangkap apa yang ingin diperkenalkan Kembali oleh sang penulis cerita yaitu sejarah Indonesia tentang siapa sosok dari Raden Saleh beserta karya terbesarnya yaitu lukisan Penangkapan Pangeran Diponogoro.Â
Selain itu yang ingin diperkenalkan Kembali adalah sosok pejuang tanah jawa pada masa penjajahan Belanda yaitu Pangeran Diponogoro sendiri. Bagaimana pada saat itu Belanda merasa Pangeran Diponogoro adalah ancaman kepada mereka dalam menjalan aksi penjajahan. Melalui peristiwa penagkapan Pangeran Diponogoro, itu bearti berakhir juga perlawan masyarakat jawa terhadap pemeritah Belanda.
Disini yang kita bahas pertama yaitu mengenai sosok raden Saleh itu sendiri. Raden Saleh Sjarif Boestaman (Mei 1811 -- 23 April 1880) adalah pelukis Indonesia beretnis Arab-Jawa yang menjadi pionir seni modern Indonesia (saat itu Hindia Belanda). Lukisannya merupakan perpaduan Romantisisme yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa si pelukis.Â
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat. (id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh)
Sekarang kita beralih ke lukisan karya terbesar Raden Saleh. Lukisan tersebut berjudul Penangkapan Pangeran Diponogoro tokoh pejuang tanah jawa pada masa pemerintahan Belanda.Â
Lukisan tersebut merupakan lukisan balasan atas lukisan karya pelukis Belanda Bernama Nicolaas Pieneman yang berjudul Penyerahan Pangeran Diponogoro. Raden Saleh melihat pada hasil lukisan Nicolaas banyak yang tidak sesuai, terutama dari judul lukisan sampai pada sosok Pangeran Dipongoro digambarkan pasrah dan tidak berwibawa.Â
Terlihat tidak ada perlawan dan posisi berdiri, badan yang lesu, dan titik sentral pada lukisan tersebut tepat di bawah tentara Belanda. Oleh karena itu Raden Saleh membuat banyak perubahan pada lukisan karyanya yang berjudul Penangkapan Pangeran Diponogoro.
Raden Saleh memberikan sejumlah perubahan signifikan pada lukisan versinya; Nicolaas Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sebelah kanan, Raden Saleh dari kiri. Sementara Nicolaas Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Raden Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah.Â
Pieneman memberi judul lukisannya Penyerahan Diri Diponegoro, sementara Raden Saleh memberi judul Penangkapan Diponegoro. Diketahui bahwa Raden Saleh sengaja menggambar tokoh Belanda di lukisannya dengan kepala yang sedikit terlalu besar agar tampak lebih mengerikan dan mengambarkan kesombongan Belanda.
Fokus penonton pada lukisan yang dibuat Piko, dan ternyata lukisan tersebut merupakan lukisan milik sang sutradara sendiri. Lukisan tersebut merupakan lukisan turun temurun dari ayahnya yang terus di jaga oleh Angga Dwimas Sasongko. Lukisan tersebut juga merupakan prasasti keluarga. Lukisan itu sengaja ditampilkan pada opening film ini.Â