Jauh sudah negeri ini sudah melangkah
Jauh sudah negeri ini sudah tumbuh dan berkembang.
Dari zaman sebelum kemerdekaan, hingga zaman orde baru.
Terlahir dari pemimpin yang luar biasa,
hingga di pimpin oleh pemimpin yang biasa.
Hingga sekarang di pemimpin yang biasa-biasa saja.
Pemimpin negeri jangan buat teater baru.
Para pemimpin dan penegak keadilan
sebagai ujung tombak perubahan.
Negara ini sedang di cabik-cabik korupsi.
Jangan lagi bermain sandiwara di negeri yang penuh dengan sandiwara.
Mengalir sajalah bagaikan mata air, bagaikan suara alam.
karena pencarian keadilan tidak boleh menjadi sebuah teater.
Tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin dan beku.
Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi.
Yang akan menjebak diri ke dalam doktrin-doktrin beku.
Jadilah pepimpin dan penegakkan keadil yang sejati.
Janganlah menjadi singa lapar ketika melihat kekuasaan.
Tunjukan dirimu sebagai professional.
Jadilah penegak keadilan di negeri yang sedang kacau ini.
Jadilah pemburu keadilan dan kesejahteraan bagi kaum tertidas.
Janganlah menari-nari dalam tarian penderitaan.
Menipu manis dalam retorika kebijakan
Tuk meredan teriakan suara kritikan.
Jika itu semua engkau abaikan
Jagan salahkan mereka yang akan terbakar dan mengalir
bagaikan lava panas kejalanan.
menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa.
Gedung pengadilan diserbu dan dibakar.
Mereka akan terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintah yang sah.
Lantas pertanyaannya adalah
Siapakah tisu pembersih noda bangsa ini?
Siapakah navigasi penentu arah perubahan dan
Pembangunan bangsa ini?
Siapakan ujung tombak keadilan negeri ini?
Siapakan pemimpin sejati bangsa ini?
Siapakah pembuka borgol bangsa ini?
Jauh sudah negeri ini sudah melangkah
Berjalan rintih tak tentu arah.
Panggung globalisasi yang kian tumpah
kian menjebak diri dalam identitas sampah.
-Ab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H