Mohon tunggu...
Ade Yayang Latifah
Ade Yayang Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya seorang mahasiswa sastra Indonesia di Universitas Pamulang

Nama saya Ade Yayang Latifah. Saya adalah seorang disabilitas, dan saya seorang mahasiswa sastra Indonesia. Hobi saya adalah bernyanyi, minat saya adalah public relation dan dunia public speaking. Konten paforit saya adalah berita terbaru.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Keterkaitan Pencarian Pasangan Hidup dengan Bibit, Bebet, dan Bobotnya (Tradisi Orangtua di Tanah Jawa)

19 Maret 2024   12:03 Diperbarui: 19 Maret 2024   12:19 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Setiap individu tentu mengharapkan memiliki pasangan hidup yang baik. Baik di sini tidak sekadar mencakup sikap, tetapi juga meliputi kasih sayang lahiriah dan batiniah. Selama ini, masyarakat sering kali mendorong untuk mencari pasangan yang berkualitas dari segi bibit, bebet, dan bobot. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan bibit, bebet, dan bobot itu? Dan bagaimana keterkaitannya dengan pemilihan pasangan hidup yang layak?

Dikutip dari Antaranews.com, psikolog klinis dan peneliti relasi internasional, Pingkan Rumondor, menyatakan bahwa bibit, bebet, dan bobot sesuai dengan tujuan pernikahan pada masa lalu, yakni untuk menjaga harta, tanah, dan kedudukan. Konsep ini berasal dari budaya masyarakat Jawa.

Berikut adalah makna atau definisi dari bibit, bebet, dan bobot:

1.

Bibit (garis keturunan pasangan)

Bibit mengacu pada pengetahuan tentang garis keturunan pasangan. Melihat garis keturunan ini penting untuk mengevaluasi apakah pasangan berasal dari keluarga yang baik atau sebaliknya. Hal ini terutama penting bagi perempuan yang akan menikah, karena laki-laki dianggap sebagai pelindung dan pengganti ayah dan ibu dalam memenuhi kebutuhan lahiriah dan batiniah.

2.

Bebet (status sosial dan ekonomi)

Bebet mencerminkan lingkungan sosial dan ekonomi pasangan sehari-hari. Kepribadian seseorang sering kali terbentuk dari lingkungan sekitarnya. Jika pasangan hidup berasal dari lingkungan yang baik, kemungkinan besar mereka juga memiliki kualitas yang baik.

3.

Bobot (kepribadian individu pasangan dan pendidikannya)

Menilai kepribadian dan pendidikan pasangan sangat penting. Status pendidikan, jabatan, dan kepribadian pasangan mempengaruhi kualitas hidup bersama. Namun, penting untuk tidak menyalahgunakan hal ini hanya untuk kepentingan material. Yang terpenting adalah pasangan itu mencintai dan peduli dengan tulus, begitu pula sebaliknya.

Menurut buku "Nasehat-Nasehat Pernikahan" (2021) karya Dr. Agus Hermanto, M.H.I., kriteria bobot mencakup:

1.

Jangkeping Warni (lengkapnya warna), yang mengacu pada keindahan fisik seorang calon pasangan.

2.

Rahayu ing Mana (baik hati), yang sering diartikan sebagai kebaikan batin, termasuk dalam hal ini adalah kecakapan agama.

3.

Wasis (ulet), yang menunjukkan kesiapan pasangan untuk bekerja keras demi masa depan rumah tangga dan keluarga.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa memilih pasangan dengan mempertimbangkan bibit, bebet, dan bobotnya merupakan tradisi yang layak untuk dijaga dalam masyarakat Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Dengan selektif dalam memilih pasangan hidup, kita dapat menghindari penyesalan di masa depan dan membangun hubungan yang langgeng. Garis keturunan, status sosial, pendidikan, harta, dan jabatan adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan, namun, yang terpenting adalah adanya cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua belah pihak.

Sumber:

yogyakarta.kompas.com, Antaranews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun