Guys, tahukah kalian, mengapa ketika guru atau dosen memberikan arahan atau tugas sering kali kita cenderung untuk menaatinya? Jawabannya adalah: hal ini disebabkan karena dosen/guru menerapkan metode pembelajaran Hypnoteaching dan Neuro Linguistik Programming (NLP).
Pertama-tama, marilah kita berkenalan  dulu dengan salah satu metode pembelajaran untuk guru dan dosen. Metode ini bernama: Hypnoteaching. Nah, apa sih metode pembelajaran semacam ini?
Hypnoteaching, adalah metode pembelajaran yang memanfaatkan alam bawah sadar manusia, dalam konteks ini adalah murid. Pada pelaksanaannya, guru bertindak sebagai seseorang yang dapat menghipnotis, dan muridnya sebagai seseorang yang terhipnotis.
Sekarang, marilah kita flashback ke masa lalu, untuk mengenal sejarah hipnoteaching, agar kalian semua bisa lebih mengenalnya dengan baik.
Hypnoteaching adalah  cabang ilmu dari Hipnotis yang semakin lama terus mengalami
perubahan menuju kesempurnaan, baik dari segi teori maupun praktiknya. Para ahli hypnoteaching umumnya meyakini, bahwa sejarah munculnya hypnoteaching berpusat dari teori hipnotis Ormond McGill. Setelah melalui proses yang  panjang, akhirnya hypnoteaching dapat diterima dan menjadi metode pembelajaran yang berguna dan efektif. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya tenaga pendidik yang menggunakan metode ini dalam melakukan proses pembelajaran.
Pada awalnya, teori hypnoteaching yang dicetuskan oleh Ormond McGill masih berbau mistis (Pertiwi,2014:24-25). Perkembangan selanjutnya, teori ini dikembangkan lagi oleh Milton Hyland Erickson yang dikenal sebagai ahli hipnoterapi dan psikoterapis. Dalam praktiknya, Ormond dan para peneliti dahulu melakukan hipnotis secara langsung dengan memberikan perintah kepada subjek untuk melakukan sesuatu, sesuai trik hipnotis masingmasing. Namun, berbeda dengan Ormond, Milton lebih memilih melakukannya secara tidak langsung yaitu dengan cara menggunakan cerita, perumpamaan, atau joke (sindiran/lelucon) sebelum mengantarkan subjek menuju kondisi trance (berada di bawah sadar) dan menanamkan sugesti sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Praktik seperti inilah yang menjadi dasar munculnya praktik hypnoteaching pada saat ini. Akan tetapi, Â sampai sekarang, belum diketahui secara pasti pada abad ke berapa praktik hypnoteaching muncul. Sementara itu, para ahli berpendapat bahwa praktik ini muncul jauhsebelum adanya ilmu hipnotis. (Pertiwi,2014:25-26).
Ok, sekarang sahabat pembaca sudah mengenal metode Hypnoteaching ini, bukan? Kalau sudah, marilah , saatnya kita mengenal Neuro Linguistik Programming (NLP)
Jadi, mulanya sejarah
terciptanya NLP dimulai dari kegelisahan seorang mahasiswa Computer yang bernama
Dr. Richard Bandler dan seorang ahli Linguistik
yang bernama John Grinder. Kegelisahan mereka
adalah seputar pertanyaan: "apa yang membedakan
orang-orang unggul dengan orang lainnya?" Dalam
mencari jawaban atas kegelisahan tersebut, Bandler
mulai mempelajari keahlian yang dimiliki para pakar
terapis diantaranya adalah Milton Erickson, Virginia
Satir, Fritz Perls, dan Gregory Bateson. Pada
perkembangannya kemudian, Bandler mencoba
melakukan sebuah eksperimen dengan
menggunakan metode yang disebut modeling (ilmu
meniru) (Akbar,2014:139).
Pada saat yang sama, Milton sebagai salah satu ahli
terapis mencoba untuk memodelkan tingkah laku
dan kebiasaan yang dilakukan keempat terapis
tersebut terhadap orang lain. Hasil dari
eksperimennya mengatakan bahwa strategi dan
tingkah laku mereka dapat ditiru dengan hasil yang
sangat tepat. Kemudian, Bandler melanjutkan
risetnya dengan dibantu oleh John Grinder. Melalui
riset yang dilakukan keduanya, mereka menarik
kesimpulan bahwa keempat model tersebut memiliki
kesamaan dalam pola berkomunikasi. Pola
komunikasi yang digunakan keempat orang tersebut
kemudian diterapkan kepada orang lain dan hasilnya
pun sangat memiliki pengaruh yang sama besar.
Dari hasil riset yang mereka lakukan banyak dipakai
tidak hanya dalam bidang terapis, tetapi juga dalam
bidang kehidupan, seperti bidang pendidikan. NLP
dipercaya dapat membantu seseorang dalam
berkomunikasi dengan dirinya sendiri secara lebih
baik, mengurangi ketakutan tanpa alasan, serta dapat
mengontrol emosi negatif dan kecemasan
(Wikanengsih, 2012:31).
Kemudian, pembahasan kita akan berlanjut kepada definisi Neuro Linguistik Programming. Jadi, apa itu Neuro Linguistik Programming?
Neuro Linguistik Programming terdiri atas 3 kata yakni kata neuro, linguistik dan programming. Menurut Elfiky dan Andreas yang dikutip Wikanengsih, "neuro itu mengarah pada sistem saraf manusia, seperti pancaindra." Kata linguistik mengarah kepada keahlian manusia untuk mengolah pola komunikasi secara verbal maupun nonverbal. Sedangkan kata programming lebih bertujuan  pada pengelolaan pola berpikir, perasaan dan tindakan seseorang yang awalnya cenderung pada tindakan buruk, namun kemudian dibiasakan dengan sesuatu yang baru yaitu tindakan yang lebih bersifat positif. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwasannya NLP merupakan suatu usaha manusia dalam memprogram pikiran (otak manusia) dengan menggunakan bahasa sebagai alat untuk melakukan hal tersebut., baik secara verbal maupun nonverbal, sehingga dapat menghasilkan pikiran dan perilaku yang sesuai dengan keinginan(Wikanengsih, 2012:32).
Ok, setelah mengenal kedua komponen tersebut, yaitu hypnoteaching dan neuro linguistik programming, maka terakhir adalah mengetahui cara kerjanya, dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena manusia memiliki otak untuk berfikir, serta hati nurani untuk mengolah rasa. Dalam memprogram fikiran manusia, bahasa tentunya sangat diperlukan dan berperan besar pada pekerjaan ini. Contohnya, ketika dosen/guru memuji hasil kinerja muridnya dalam mengerjakan tugas, maka murid tersebut akan merasa senang dan termotivasi secara psikologisnya. Dalam kegiatan belajar dan mengajar, kata-kata persuasif atau yang bersifat ajakan harus disampaikan secara perlahan, tidak memaksa atau mengintimidasi. Contohnya, ketika guru memberikan instruksi pada muridnya untuk berdoa sebelum belajar, maka guru tersebut harus menyampaikan alasan mengapa harus berdoa terlebih dahulu, agar alam bawah sadar muridnya dapat menangkap dan menuruti perintah gurunya.
Selain itu, motivasi juga harus dilakukan dengan kata-kata yang baik. Guru dilarang untuk berkata "Kamu bodoh, kamu tidak seperti yang lain, kamu tidak berbakat," dan sebagainya, karena itu akan berdampak kepada siswa hingga ia dewasa. Sebaliknya, guru/dosen harus mendorong peserta didiknya dengan kata-kata yang memotivasi, mengajakdan memberi semangat agar mampu tercapainya keinginan guru dan siswa dalam mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI