Pendidikan merupakan bagian dalam program pembangunan berkelanjutan, yang mana penting bagi masyarakat dunia sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup setiap individu masyarakat. Semakin kompleksitasnya tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan dan ketidaksetaraan, pendidikan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan tersebut. Adanya ketidaksetaraan pendidikan bagi masyarakat dunia menciptakan kerugian bukan hanya bagi individu saja melainkan juga bagi negara. Pada dasarnya, korelasi antara negara, masyarakat dan pendidikan saling terhubung dalam siklus yang dinamis. Negara membutuhkan masyarakat yang terdidik dalam pembangunan berkelanjutan, sedangkan masyarakat bergantung pada kebijakan negara dalam penyediaan akses pendidikan.
 Pendidikan bagi negara maju berfungsi untuk meningkatkan kulitas hidup masyarakatnya, sementara itu, bagi negara berkembang pendidikan menjadi sarana dalam mengatasi ketertinggalan mereka dan dapat bersaing dan setara dengan negara-negara maju di tingkat global. Dengan memiliki kualitas pendidikan yang sama dengan negara maju, negara berkembang dapat memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan politik sehingga dapat bersaing dan membangun masyrakat yang lebih sejahtera dan inklusif. Namun, pada masa pandemi Covid-19 secara signifikan memperlihatkan dengan jelas kesenjangan yang ada dan  lebih kritis dalam mereformasi kebijakan pendidikan. Hal ini menyebabkan reformasi dalam pendidikan berjangka panjang, adaptif, dan adil.
 Negara berkembang merupakan suatu negara yang secara infrastuktur, pedapatan dan perkembangannya masih kurang atau terbelakang dibandingkan dengan rata-rata global. Pada dasarnya kebijakan pendidikan yang ada di negara berkembang  lahir dari warisan pendidikan kolonial dari negara tersebut. Hal ini menjadikan negara menjadi tertinggal dari negara kolonialnya yang sudah sangat maju dibandingkan negaranya sendiri.
Kesenjangan pendidikan akan tetap menjadi masalah yang signifikan di negara-negara berkembang karena dampak langsungnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan angka kemiskinan. Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan hasil pendidikan dipengaruhi oleh faktor geografis, sosial dan ekonomi, sehingga mengakibatkan tidak meratanya akses terhadap kesempatan pendidikan. Ketimpangan ini tidak hanya melemahkan potensi individu, namun juga berkontribusi terhadap permasalahan sosial yang lebih luas, termasuk kemiskinan yang berkepanjangan dan terbatasnya pembangunan ekonomi.
Hubungan antara ketimpangan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi sangatlah kompleks. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan akses dan kualitas pendidikan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sementara pertumbuhan ekonomi juga dapat meningkatkan kesempatan pendidikan. Namun, di banyak negara berkembang, faktor-faktor ini menciptakan masalah siklus dimana kemiskinan membatasi akses terhadap pendidikan, yang pada akhirnya melanggengkan kemiskinan.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, penting bagi pemerintah untuk mengadopsi kebijakan yang mendorong kesetaraan kesempatan pendidikan, terutama di daerah pedesaan dan daerah tertinggal. Hal ini mencakup investasi pada infrastruktur pendidikan, memberikan dukungan keuangan kepada keluarga berpenghasilan rendah, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Secara keseluruhan, mengatasi kesenjangan pendidikan adalah kunci untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan mendorong masyarakat yang lebih adil di negara-negara berkembang.
Meskipun ada kemajuan signifikan di beberapa bidang, ketimpangan pendidikan tetap menjadi tantangan utama bagi negara-negara. Kurangnya informasi ini disebabkan oleh masalah sistemik. Hal ini tercermin dalam berbagai aspek seperti gender dan status sosial ekonomi. Ruang fisik dan literasi digital pada akhirnya mengganggu upaya keberlanjutan.
PENYEBAB KETIDAKSETARAAN PENDIDIKAN
1. Ketimpangan Gender
Ketimpangan gender dalam pendidikan tetap menjadi masalah utama bagi banyak negara berkembang. Hal ini terutama berlaku ketika Indeks Kesetaraan Global untuk partisipasi dalam pendidikan formal mencapai 1,00 pada tahun 2022, yang menunjukkan kemajuan dalam kesetaraan gender. Namun, situasinya sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain, dengan sekitar 40% negara masih gagal mencapai kesetaraan gender. Akibatnya, perempuan sangat menderita. Kebaikan adalah hasil dari pendidikan dasar dan menengah. Undang-undang pernikahan dini membatasi kesempatan pendidikan bagi perempuan. Tantangan-tantangan ini berpadu untuk menciptakan siklus ketimpangan yang mengancam masa depan mereka.
2. Hubungan ekonomi dan sosial
Uang adalah salah satu faktor terpenting dalam hal akses ke pendidikan yang berkualitas. Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah menghadapi banyak tantangan. Kesenjangan pendapatan ini, ditambah dengan kurangnya akses terhadap pendidikan, seragam, dan layanan kesehatan, serta sekolah di dekatnya, memperkuat lingkaran setan kemiskinan. Akibatnya, anak-anak yang kurang beruntung cenderung tidak menyelesaikan pendidikan mereka atau memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk mobilitas ekonomi. Upaya untuk mengatasi masalah ini sering kali tidak berhasil, karena kemiskinan sistemik melemahkan efektivitas reformasi pendidikan.
3. Secara global
Lokasi geografis meningkatkan keberagaman lembaga pendidikan. Hal ini khususnya berlaku di daerah pedesaan dan miskin, seperti yang masih terjadi di tempat lain, misalnya di Afrika sub-Sahara. Hal ini terjadi meskipun ada perbaikan di bidang-bidang seperti listrik, pendidikan, dan sanitasi di banyak negara sub-Sahara. Lebih dari 33% sekolah dasar telah diamankan. Ketidakcukupan ini berdampak langsung pada penggunaan alat dan metode pembelajaran baru, seperti alat digital dan alat pembelajaran multimedia.
4. Kurangnya literasi digital
Aspek penting lain dari proses pembelajaran adalah transformasi digital. Meskipun penetrasi internet meningkat di seluruh dunia, banyak anak muda dan orang dewasa di negara-negara yang beragam ini tidak memiliki keterampilan digital yang dibutuhkan untuk menggunakan teknologi ini secara efektif. Tanpa pelatihan yang memadai tentang cara menggunakan perangkat digital untuk belajar dan bekerja, individu tidak dapat berpartisipasi penuh dalam ekonomi saat ini. Artikel ini membahas kesenjangan pembangunan yang kritis dan menyoroti pentingnya program literasi digital. Ini adalah bagian dari upaya pendidikan yang lebih besar.
Pendidikan memegang peranan penting, karena tidak hanya berkontribusi pada peningkatan taraf hidup individu, tetapi juga pada pembangunan ekonomi dan sosial dalam skala global. Rendahnya tingkat pendidikan, terutama di negara-negara berkembang, memperburuk masalah ketimpangan dan kesenjangan ekonomi. Meskipun mengalami kemajuan yang signifikan, negara-negara berkembang masih menghadapi tantangan signifikan terkait gender, status sosial ekonomi, teritorialitas, dan literasi digital.
Alasan utama terjadinya ketimpangan pendidikan di negara-negara maju adalah ketimpangan gender, di mana perempuan masih menghadapi tantangan signifikan dalam mengakses pendidikan, dan kendala keuangan, yang mencegah anak-anak dari keluarga miskin mengakses pendidikan yang bermutu. Selain itu, lokasi geografis yang terpencil dan kurangnya literasi digital menghambat penyediaan pendidikan bermutu di mana-mana, terutama di daerah pedesaan dan di negara-negara seperti Afrika sub-Sahara.
Untuk mengatasi masalah ketimpangan pendidikan ini, pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif untuk memastikan akses yang sama terhadap pendidikan, terutama di daerah pedesaan. Kebijakan ini mencakup investasi dalam sumber daya pendidikan, bantuan keuangan untuk keluarga berpenghasilan rendah, dan pendidikan berbasis teknologi yang mendukung transformasi digital dan mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi tantangan global.
Reformasi pendidikan yang adaptif, adil, dan berkelanjutan sangat penting untuk menutup kesenjangan yang ada sehingga negara-negara maju dapat mengakses tingkat pendidikan yang sama dengan negara-negara berkembang dan meningkatkan daya saing global mereka. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan guna mendorong pengembangan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan mencapai pembangunan berkelanjutan di negara-negara berkembang.
Aminah Yuliant,dkk, Problematika Pendidikan Di Negara Maju Dan Berkembang (2023)
Zainal Panan, dkk ,Pengembangan Mutu Pendidikan Di Negara Berkembang (2024)
The Human Journey: Education Developing Countries
UNESCO. (2017). Education for Sustainable Development Goals: Learning Objectives.
United Nations. (2015). Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H