Tahukan kamu, bahwa instabilitas atau ketidakstabilan pada lansia dapat mengakibatkan berbagai masalah pada lansia. Instabilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu mempertahankan keseimbangan tubuhnya dengan lingkungan sekitarnya, yang disebabkan karena seseorang merasa pusing, tidakseimbang, dan seakan dunia berputar sehingga seseorang tersebut berisiko untuk jatuh (Ratnawati et al., 2019). Jadi, Instabilitas merupakan keadaan ketidakstabilan dan ketidakseimbangan tubuh seseorang sehingga menyebabkan risiko jatuh.
Menurut (Kemenkes, 2019) Indonesia sudah mulai memasuki periode aging population, dimana terjadinya peningkatan umur harapan hidup yang dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah lansia. Di Indonesia, jumlah lansia meningkat dari 18 juta orang (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta orang (9,7%) pada tahun 2019 dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 48,2 juta orang (15,77%) pada tahun 2035. Peningkatan jumlah lansia di Indonesia akan menimbulkan masalah baru, salah satunya yaitu risiko jatuh pada lansia. Menurut data penelitian IFLS (Indonesian Family Life Survey), prevalensi risiko jatuh pada lansia di atas 65 tahun sebesar 30% dan pada lansia di atas 80 tahun sebesar 50%. Kejadian risiko jatuh pada lansia dapat menimbulkan berbagai akibat serius, mulai dari luka ringan, luka berat hingga kecacatan. Menurut (WHO, 2023) Cedera akibat jatuh lebih sering terjadi pada orang lanjut usia dan merupakan penyebab utama rasa sakit, kecacatan, kehilangan kemandirian, dan kematian din. Sekitar 28-35% orang berusia 65 tahun ke atas pernah mengalami jatuh pada setiap tahunnya, dan meningkat menjadi 32-42% bagi lansia yang berusia di atas 70 tahun.
Faktor Penyebab Risiko Jatuh Pada Lansia
1. Factor Fisik
Menurut (Ratnawati et al., 2019) penyebab resiko jatuh pada lansia adalah:
a. Perubahan postur tubuh (bentuk atau keadaan tubuh)
Perubahan postur tubuh pada lansia dapat disebabkan oleh melambatnya reflek tubuh, menurunnya tonus otot, dan hipotensi ortostatik atau tekanan darah rendah yang disebabkan oleh perubahan posisi tubuh saat hendak berdiri.
b. Perubahan gaya berjalan
Masalah ini disebabkan karena saat berjalan kaki lansia tidak terangkat cukup tinggi atau cenderung rendah, pada laki-laki postur tubuh saat berjalan cenderung membungkuk dengan kedua kaki melebar dan dengan langkah pendek, sedangkan pada perempuan postur tubuh ketika berjalan adalah kedua kaki menyempit dengan gaya berjalan bergoyang-goyang.
c. Peningkatan kondisi patologis atau penurunan daya tahan tubuh lansia terkait dengan stabilitas
Hal ini disebabkan karena adanya penyakit sendi degeneratif, adanya fraktur atau patahnya tulang di ektremitas bawah ; terutama pada daerah panggul dan paha, adanya sisa gejala stroke, kelemahan otot, neuropati perifer, penyakit atau deformitas kaki, adanya gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran.
2. Factor lingkungan
Menurut (Tamher, 2009) penyebab resiko jatuh pada lansia adalah:
a. Kurangnya penerangan di dalam ruangan
Hal ini menyebabkan risiko jatuh pada lansia, karena lansia tifak dapat melihat dengan jelas atau sudah menurunnya fungsi penglihatan pada lansia.
b. Keadaan lantai
Masalah ini disebabkan oleh keadaan lantai yang licin, adanya benda kecil yang berserakan di lantai, lipatan karpet yang tidak sesuai, dan adanya benda yang menghalangi jalan.
c. Adanya tangga atau lantai yang tidak simetris
Adanya tangga di rumah atau keadaan lantai yang tidak simetris dapat menyebabkan resiko jatuh pada lansia.
d. Keadaan toilet atau kamar mandi
Lantai toilet yang licin dan tidak adanya pengangan pada toilet dapat berisiko tinggi menyebabkan lansia jatuh.
3. Faktor Obat-obatan
Lansia yang mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki efek samping cenderung beresiko tinggi mengalami jatuh, obat-obatan yang memiliki resiko tinggi adalah benzodiapenin, obat tidur, obat neuroleptic, obat antidepresan, obat antikonvulsi, atau obat antiaritmia kelas 1A, dan mengkonsumsi 4 obat atau lebih secara langsung (Ratnawati et al., 2019).
Dampak Instabilitas (Ketidakseimbangan) Pada Lansia