Mohon tunggu...
Adela Dwi Rizki Damayanti
Adela Dwi Rizki Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nursing Student

Mahasiswa STIKes Mitra Keluarga (201905003)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Pola Hidup Tidak Sehat terhadap Munculnya Penyakit Tidak Menular (PTM)

24 April 2022   15:53 Diperbarui: 24 April 2022   22:23 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola hidup sehat merupakan perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran seseorang dalam menjaga kesehatan tubuhnya, sehingga seseorang tersebut dapat berperan aktif dalam  berbagai kegiatan kesehatan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain (Lukman & Rahmanto, 2020). Sayangnya hal tersebut masih belum di pahami oleh kebanyakan orang, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat yang tidak melakukan pola hidup sehat seperti; berolahraga atau beraktivitas fisik, makan makanan yang sehat dan bergizi, dan menjauhi rokok.

Menurut (Riskesdas, 2018), 95,5% masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah, kemudian 33,5% masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik, 29,3% masyarakat usia produktif merokok setiap hari, dan 31% mengalami obesitas sentral serta 21,8% terjadi obesitas pada orang dewasa. Jika masyarakat tetap tidak peduli dan tidak mengubah pola hidupnya, maka masalah ini akan terus berlanjut dan masyarakat pun akan beresiko mengalami penyakit tidak menular seperti; Diabetes Mellitus, Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Stroke, Gagal ginjal, kanker, Obesitas pada usia muda, dan berbagai penyakit tidak menular lainnya.

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia, PTM ini adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, dan perkembangannya berjalan secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang (kronis) sehingga biasanya penyakit ini akan muncul di beberapa tahun kemudian (Kemenkes RI). Menurut data Riskesda tahun 2013 -- 2018 PTM di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, pada hasil (RISKESDAS, 2013), kejadian Diabetes Mellitus mencapai 6,9%, Hipertensi 25,8% dan perokok adalah 7,2%. Lalu pada hasil (Riskesdas, 2018) kejadian Diabetes Mellitus meningkat menjadi 8,5% , Hipertensi meningkat menjadi  34,1% dan perokok meningkat menjadi 9,1%.

Dalam mencegah terjadinya risiko peningkatan PTM pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menangani penyakit tidak menular, seperti dibentuknya Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM sebagai tempat deteksi dini faktor risiko, penyuluhan dan kegiatan bersama komunitas untuk menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, kemudian dilakukannya penyelenggaraan pengendalian penyakit tidak menular di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai tingkat pelayanan kesehatan pertama bagi masyarakat, dan dibentuknya Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) sebagai bentuk perubahan perilaku tidak sehat yang memicu terjadinya penyakit tidak menular, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya cek kesehatan secara rutin dan teratur (Kemenkes RI).

Berikut 7 Hal Sederhana Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Terjadinya Penyakit Tidak Menular (PTM) :

Melakukan Aktivitas fisik

Melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan risiko PTM (penyakit  tidak  menular) sebesar 6-10%, terutama penyakit jantung koroner (coronary heart  disease),  Diabetes tipe II, Kanker payudara dan kanker usus besar, serta meningkatkan kualitas harapan hidup. (Nurullita, 2021).           

Tidak Merokok

Merokok mampu merusak jantung secara langsung dengan memicu vasokonstriksi   dan mempercepat detak jantung yang akan menyebabkan jantung bekerja keras dan  meningkatkan tekanan darah. Nikotin dalam rokok dapat mengikat oksigen dalam jantung dan merusak platelet, serta membentuk gumpalan darah. Nikotin juga dapat merusak pembuluh darah. Rusaknya pembuluh darah ini merupakan langkah pertama terjadinya aterosklerosis. Apabila individu berhenti merokok maka risiko penyakit jantung koroner  dapat  menurun (Whitney & Gabler, 2008; Nuriani et al., 2021)

Mengonsumsi Sayur dan Buah

Pentingnya mengonsumsi sayuran dan buah - buahan dapat membantu menjaga kadar gula dalam darah tetap terkontrol karena serat yang terkandung pada buah dan sayur akan membantu penyerapan gula lebih lambat. dan menghambat terjadinya obesitas.

Kurangi Pemakaian Garam

Asupan tinggi garam dapat meningkatkan tekanan darah dan merupakan penyebab utama tingginya kejadian hipertensi. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan mengurangi asupan garam (menjadi kurang dari 5g setiap hari) (Oscar et al., 2021)

Banyak Minum Air Putih

Banyak minum air putih dapat meningkatan  osmosis  karena  intake cairan  meningkat yang menjadikan system delusi pada tubuh mengalami peningkatan dan terjadi pengenceran pada pembuluh darah yang dapat membuang racun-racun dalam pembuluh darah sehingga kekentalan darah berkurang, dan menyebabkan sirkulasi  vaskuler lancar dalam menurunkan kerja jantung sehingga menurunkan tekanan darah.

Atur Berat Badan

Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan risiko morbiditas akibat penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke pada masa dewasa dan obesitas pada masa anak-anak dan remaja (Setyaningsih & Cinintya Nurzihan, 2019).

Kurangi Konsumsi Lemak Jenuh

Mengonsumsi banyak makanan berlemak dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak di dinding pembuluh darah) yang akan menyebabkan terjadinya faktor risiko stroke (Ekawati et al., 2021).

Referensi:

Ekawati, F. A., Carolina, Y., Sampe, S. A., & Ganut, S. F. (2021). The Efektivitas Perilaku Cerdik dan Patuh untuk Mencegah Stroke Berulang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 118--126. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.530

Kemenkes RI. (n.d.). Permenkes Nomor 5 Tahun 2017.

Lukman, A. M., & Rahmanto, O. (2020). Aplikasi Panduan Pola Hidup Sehat. Indonesian Journal on Software Engineering (IJSE), 6(1), 64--70. https://doi.org/10.31294/ijse.v6i1.7774

Nuriani, N., Rochadi, K., & Aguslina Siregar, F. (2021). Hubungan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi Di Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Health Sains, 2(6), 820--828. https://doi.org/10.46799/jhs.v2i6.191

Nurullita, A. R. (2021). Physical Fitness Throughhealthy Exercise In Beringin Village. ... Pengembangan Masyarakat Mandiri ..., 213--215. http://proceeding.mbunivpress.or.id/index.php/bamara/article/view/403%0Ahttp://proceeding.mbunivpress.or.id/index.php/bamara/article/download/403/264

Oscar, D. J., Janah, E. N., Ferisa, N., Sari, N., & Gunawan, V. (2021). Sadar Konsumsi Garam: Pengendalian Pola Makan Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Hajimena ,. Indonesian Journal of Community Service, 1(3), 564--569.

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018 Kementerian. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

RISKESDAS. (2013). Riskesdas 2013 meenn. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Setyaningsih, A., & Cinintya Nurzihan, N. (2019). Peningkatan Pemahaman Risiko Penyakit Tidak Menular Pada Remaja Melalui Deteksi Dini Dengan Pemeriksaan Komposisi Tubuh Di Smk Pgri 2 Surakarta. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia (Indonesian Journal of Independent Community Empowerment), 2(3), 63--68. https://doi.org/10.35473/jpmmi.v2i3.34

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun