Langkah ku tak pernah terhenti
Meski urat kaki mulai melelah
Jalan ku tak pernah berlari
Meski di antara jeruji paku
Hati yang yang paling suci menangisÂ
Seketika pikiranku mulai menjerit
Tanah yang terpijak seketika memihak dengan air laut
Rumput yang bergoyang di tanah ini tidak membenci ketika di injak
Jejak kakinya menciptakan rumah bagi para semutÂ
Di atas tanah ini aku terus berjalan
Meski jaraknya bagaikan sungai Kapuas
Akan ku lewati meski itu jurang
Jika aku haus ku kan minum di telaga biru
Untuk mu ku rela berjalan di atas garis katulistiwa negeri ku
Pedoman ku mereka yang telah gugur yang sudah berjalan di masa lampauÂ
Meski tidak sama seperti mereka
Jalan ku untuk mengharumkan mu
Terpintas untuk mengukir nya di sanubari ku
Pendahulu mengajar kan jangan pernah berhenti mencoba
Perjalanan awal bukanlah akhir
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H