Mohon tunggu...
Ade Kusuma
Ade Kusuma Mohon Tunggu... Guru - Jurnalis dan Sastra

Penulis puisi liar yang kadang suka gabut, suka cerita dengan di temani tegukan kopi agar pahitnya hidup dapat terbagi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Garis Langkah Kaki

4 Oktober 2022   10:22 Diperbarui: 18 Oktober 2022   10:31 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langkah ku tak pernah terhenti

Meski urat kaki mulai melelah

Jalan ku tak pernah berlari

Baca juga: Lintera

Meski di antara jeruji paku

Hati yang yang paling suci menangis 

Seketika pikiranku mulai menjerit

Tanah yang terpijak seketika memihak dengan air laut

Rumput yang bergoyang di tanah ini tidak membenci ketika di injak

Jejak kakinya menciptakan rumah bagi para semut 

Di atas tanah ini aku terus berjalan

Meski jaraknya bagaikan sungai Kapuas

Akan ku lewati meski itu jurang

Jika aku haus ku kan minum di telaga biru

Untuk mu ku rela berjalan di atas garis katulistiwa negeri ku

Pedoman ku mereka yang telah gugur yang sudah berjalan di masa lampau 

Meski tidak sama seperti mereka

Jalan ku untuk mengharumkan mu

Terpintas untuk mengukir nya di sanubari ku

Pendahulu mengajar kan jangan pernah berhenti mencoba

Perjalanan awal bukanlah akhir

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun