Karena itu saya sangat terkesan pada program literasi yang diadakan oleh pemerintah daerah NSW, Australia. Ketika Anindya bersekolah di Hampden Park Public School (SD Negeri di Sydney), pemerintah daerah mempunyai program
Premier's Reading Challenge (PRC). Ini adalah program tantangan membaca untuk siswa di NSW, mulai Kindergarten sampai kelas 9. Saya kutip dari website mereka:
"Tantangan ini bertujuan untuk mendorong kecintaan 'membaca untuk kesenangan' pada siswa, dan memungkinkan mereka untuk mempunyai pengalaman literatur yang berkualitas. Ini bukan kompetisi, melainkan tantangan bagi setiap siswa untuk membaca, membaca lebih banyak dan membaca lebih luas."
Setiap tahun, pemda NSW memberikan rekomendasi bacaan berjenjang. Tahun ini ada 146 buku untuk Kindergarten sampai kelas dua, 175 buku untuk kelas tiga dan kelas empat, 225 buku untuk kelas lima dan kelas enam, dan 358 buku yang direkomendasikan untuk kelas 7 sampai kelas 9.
Tantangan ini sifatnya sukarela dan tidak diwajibkan. Para siswa diminta untuk membaca 20 buku per tahun dari daftar yang direkomendasikan. Untuk jenjang kindergarten sampai kelas 2, buku-bukunya boleh dibaca sendiri atau dibacakan.
Yang berhasil memenuhi tantangan ini akan mendapatkan sertifikat dari Premier NSW (setara gubernur). Tentu saja Anindya mengikuti tantangan ini dan mendapatkan sertifikat setiap tahun. Yang ingin tahu lebih lanjut mengenai PRC bisa klik websitenya: online.det.nsw.edu.au
Saya pernah mengadopsi program tantangan membaca ini di sekolah Anindya selanjutnya, SMP Alam di Surabaya. Di tahun 2016, saya membuat daftar rekomendasi bacaan untuk jenjang SMP dan SMA, terdiri dari 365 buku.
Harapannya, dari ratusan judul tersebut, siswa bisa memilih setidaknya lima buku untuk dibaca dalam satu tahun ajaran. Selain itu, saya juga membekali Anindya dengan banyak buku bacaan untuk dipinjamkan ke teman-temannya.
Setiap hari, Anindya membawa sekitar sepuluh novel remaja di tas ranselnya untuk didistribusikan ke teman-temannya. Saya juga mengajarinya untuk memantik diskusi dengan teman-temannya sesuai tema bacaan tersebut.
Guru-guru di SMP Alam sangat suportif dan mengajak anak-anak mendiskusikan apa yang mereka baca.
Sesama wali kelas yang lain, Pak Satria Dharma, aktivis literasi yang juga mantan ketua IGI, ikut aktif dalam mendorong budaya literasi di sekolah.
Beliau mengusulkan agar buku-buku bacaan didekatkan ke siswa. Hasilnya, setiap ruang kelas di Sekolah Alam mempunyai pojok membaca. Para siswa diajak untuk membaca buku sebelum kelas dimulai.