"Dia-lah yang menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu."
(Surat An-Nahl: 10)
Ayat ini mengingatkan bahwa nikmat hujan berasal dari Allah, meskipun kita memahami mekanisme ilmiahnya.
Memahami hujan melalui sudut pandang sains dapat menumbuhkan rasa syukur yang lebih besar. Proses siklus air yang begitu teratur menunjukkan kebijaksanaan Allah dalam menciptakan alam semesta. Sains membantu kita mengapresiasi bagaimana alam bekerja, sementara keimanan mengingatkan kita bahwa semua itu terjadi atas kehendak-Nya.
Ketika kita mempelajari sains, kita tidak hanya belajar tentang alam, tetapi juga tentang keagungan Sang Pencipta. Pengetahuan ini dapat membawa kita lebih dekat kepada Allah dan memperkuat iman kita.
Hujan memang turun atas izin Allah, tetapi Allah juga menetapkan mekanisme alamiah yang memungkinkan hujan terjadi. Sains dan keimanan tidak perlu dipertentangkan, melainkan dapat saling melengkapi. Penjelasan sains tentang siklus air seharusnya memperkuat keyakinan kita bahwa Allah adalah Maha Bijaksana yang menciptakan hukum-hukum alam dengan sempurna.
Sebagai umat beriman, kita diajak untuk merenungkan kebesaran Allah dalam setiap fenomena alam, termasuk hujan. Dengan demikian, sains tidak hanya menjadi alat untuk memahami dunia, tetapi juga sarana untuk semakin mengenal dan mengagumi Sang Pencipta. Mari jadikan setiap tetes hujan sebagai pengingat akan kasih sayang dan kebesaran Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H