Memang benar kata Anais Nin, “Seorang sahabat mewakili dunia ini untuk kita, dunia tidak akan lahir sampai mereka muncul. Dan hanya dengan pertemuan itu, dunia itu lahir”. Saya sedang mengalaminya saat ini. Lama tak bertemu meskipun sudah lama tinggal di kota yang sama dan baru akhir-akhir ini saja lebih inten komunikasi. Dia adalah sahabat saya sejak SMA, sahabat dalam wadah perjuangan yang ditempa bersama. Meskipun bisa dikatakan tidak terlalu dekat dengannya. Tapi itu tak masalah, dia adalah sahabat saya.
“Selamat ulang tahun”, ucapku. Hari ini adalah hari ulang tahunnya
“Hahaha, kok tumben ingat hari ulang tahunku ?”, tanyanya sambil tertawa
“Kamu meremehkanku, apapun bisa kuketahui dengan mudah”, jawabku. Padahal aku tahu ultahnya dari Facebook :D
“Halah, tak usah membual, aku sudah paham gerikmu sejak dulu”, sahutnya meremehkanku
Kami terlibat perbincangan panjang membahas masa-masa yang pernah dilalui bersama. Masa yang kadang manis, kadang pahit, ada pula yang asem, ataupun menjadi sangat pedas. Yahh, sudah mirip rujak buah saja. Pun pula dengan masa depan, tak luput dari perbincangan kami pula. Hingga ia sedikit menyinggung hobi baru yang sudah mulai aku geluti.
“Sekarang jadi sering nulis nih”, ucapnya
“Ahh, itu hanya untuk mengisi waktu luang saja, jika lagi pengen nulis, ya nulis. Kalo enggak ya mending bobok ganteng aja”, kataku
“Harusnya bagus tuh, kalo di terusin”, lanjutnya
“Belum ada feel”, jawabku singkat
Kami menutup perbincangan kami dengan sebuah perjanjian. Seperti pada umumnya jikalau lagi ulang tahun, harus ada traktiran. Dan keputusan kami jatuh pada bioskop di salah satu mall terdekat. Dia menraktirku untuk nonton film disitu minggu depan.