Mohon tunggu...
Ade Ivan Al Haroma
Ade Ivan Al Haroma Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang lelaki yang belajar menggoreskan pena

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja di Mata Linda

13 Maret 2017   04:53 Diperbarui: 13 Maret 2017   16:00 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara adzan subuh telah berkumandang, embun pagi pun sudah membasahi daun pepohonan di sekitar rumah Linda yang masih terlelap. Suara nyaring dari jam alarm HP nya belum mampu membangunkan orang yang dikenal tukang tidur itu. Hingga ibunya harus masuk ke kamar untuk membangunkan Linda.

"Linda, cepat bangun nak, ayo sholat subuh", cetus Ibunya

"Mmm", Linda menjawab singkat sambil mencoba membuka matanya.

"Ayo nak, nanti telat, ayahmu marah lo !", sahut Ibu Linda

"Iya ma iya", jawab Linda dengan cepat dan segera bangun.

Ayah Linda yang bernama bapak Surya memang dikenal sebagai orang yang taat menjalankan ibadah. Tak ayal jika nuansa agamis begitu kental di keluarga Linda. Tak hanya perhatian dalam keagamaan, ayah Linda juga sangat memperhatikan pendidikan Linda, hingga Linda saat ini bisa kuliah di salah satu kampus ternama di Surabaya jurusan Ekonomi Islam.

Usai sholat berjamaah, seperti biasa Linda harus segera mempersiapkan diri pergi ke kampus. Ibu Linda juga sudah menyiapkan sarapan untuk Linda. Linda memang tergolong anak yang sangat diperhatikan oleh orang tuanya hingga hampir setiap hari sarapan selalu disiapkan ibu Linda sebelum Linda kuliah.

Jam dinding rumah Linda sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Linda segera bergegas untuk berangkat ke kampus. Jarak antara rumah Linda dan kampus terbilang cukup jauh, hingga membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di kampus.

Setiba di kampus, Linda bergegas melangkahkan kaki ke kelasnya. Walau saat berangkat dari rumah dalam keadaan tak semangat, namun setelah memasuki ruang kelas, wajah yang sebelumnya tak memberikan senyum, hilang seketika. Menyebarkan senyum manis dengan wajah berseri adalah kebiasaan Linda yang selalu diingat oleh teman-temannya. Linda memang dikenal sebagai anak yang ramah serta murah senyum kepada teman-temannya. Tak ayal banyak teman yang suka padanya.

Matahari mulai larut, jam dinding ruang kuliah juga sudah mengarah pada pukul 4 sore, menunjukkan mata kuliahnya telah berakhir. Linda membereskan buku-bukunya dan bersiap untuk pulang. Ia berjalan menuju lapangan parkir yang terletak di sudut kampus. Di parkiran, ia melihat seorang laki-laki duduk tepat di sebelah motornya, ia bernama Ridho. Ridho adalah sahabat yang sejak kecil berteman dengannya karena rumah Ridho tak jauh dari rumah Linda. Ia dan Ridho juga kuliah di Universitas yang sama, hanya berbeda jurusan saja.

Kali ini Ridho mengajak Linda untuk pulang bersama dengan alasan melihat senja di bukit yang tak jauh dari rumah mereka. Sesampainya disana mereka menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sambil membersihkan sampah yang berserakan akibat ulah pengunjung yang tak bertanggungjawab. Selesai hal itu mereka berteduh di bawah pohon rindang, Linda mengeluarkan roti yang sebelumnya ia beli di kantin kampus. Sambil Linda menikmati makanannya, Ridho mulai membuka percakapan.

"Linda", ucap Ridho

"Ya", sejenak Linda berpaling menatap Ridho

"Nanti malam, kamu sibuk tidak ?", tanya Ridho dengan penuh kehati-hatian.

"Iya sih, tadi sahabat kamu Rino ngajak aku beli buku entar malam, gimana menurutmu ", jawab Linda

"Ya, itu sih, terserah kamu", ucap Ridho dengan datar

"Ya udah", jawab Linda dengan wajah sinis menatap Ridho

"Tadi kamu mau ngomong apa ?", dilanjutkannya penasaran

"Gak jadi", jawab Ridho singkat

Setelah lama berbincang-bincang, senja menyapa mereka dengan hangat, semilir angin sore menenangkan hati, membuat orang merasa damai. Suasana itulah yang Linda sukai, dan Ridho paham betul kapan ia harus mengajak Linda kemari. Ridho kembali membuka percakapan.

"Lin, mau dengar ceritaku tidak ?", ucap Ridho

"Cerita aja", sahut Linda

"Cerita ini baru kudapatkan kemarin, ketika mengaji di ustadz Sholeh. Kamu tahu cerita Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra tidak ?", tanya Ridho dengan semangat

"Belum, emangnya apaan ? Coba ceritakan" , Linda begitu bersemangat

"Begini nih, ceritanya", lanjut Ridho

"Ini tentang kisah suci Sahabat Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Az Zahra. Konon cerita keduanya sangatlah luar biasa. Cinta sahabat Ali dan Fatimah selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, ataupun ekspresi. Saking rahasianya, setan saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya. Sahabat Ali terpesona dan jatuh hati pada Fatimah, ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah. Sementara sahabat Ali belum siap untuk melakukannya", terang Ridho

"Namun kesabaran beliau berbuah manis, lamaran kedua sahabat Rasulullah yang tidak diragukan keshalihannya ternyata ditolak oleh Rasulullah. Hingga akhirnya sahabat Ali memberanikan diri, dan ternyata lamarannya yang hanya bermodalkan baju besi diterima oleh Rasulullah", lanjut Ridho menceritakan kisah Sahabat Ali dan Fatimah Az Zahra

Disisi lain, Fatimah ternyata juga sudah lama memendam cintanya kepada sahabat Ali. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali.

"Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya",

Ali pun bertanya mengapa ia tak mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal telah menikah dengannya. Sambil tersenyum Fatimah Az Zahra menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu".

"Ya seperti itulah ceritanya", tutup Ridho

"Subhanallah, cinta yang suci dan romantis", ungkap Linda dengan kagum

Setelah berbincang lama dan menyaksikan senja, mereka bergegas kembali ke rumah. Senyum manis pun tak henti-hentinya lepas dari wajah Linda. Sampai dirumah, ia segera mandi dan bersiap untuk membeli buku bersama Rino. Kali ini ayah Linda mengizinkannya untuk pergi bersama Rino. Ia pun segera ke toko buku, tempat yang ia janjikan bertemu dengan Rino yang tak jauh dari rumahnya.

Setelah melewati perjalanan singkat, Linda memasuki toko buku dan melihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan perawakan hampir sempurna bagi kaum wanita. Mereka berjalan-jalan mengelilingi sudut toko buku hingga akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat di Foodcourt dekat toko buku tersebut.

Saat beristirahat disana, tiba-tiba Rino mengeluarkan kotak brownis coklat dari dalam tasnya. Rino tahu jika Linda sangat menyukai brownis coklat, maka ia pun sudah mempersiapkan hal itu. Di ambillah sepotong brownis oleh Linda dan di makan nya. Akan tetapi, tiba-tiba ada yang mengganjal, dalam gigitan tersebut ada benda keras. Benda itu ternyata adalah sebuah cincin.

"Apa Ini Rino ?", tanya Linda penasaran

"Itu cincin untukmu Linda", jawab Rino dengan lembut

"Untuk apa ?", Linda semakin bingung

"Linda, kamu mau kan jadi pacar aku ?", Rino mengutarakan maksudnya

"Hah, kamu bercanda ? Kamu tahu kan aku enggak pacaran, ayah pun pasti melarang. Malam ini bisa berjalan denganmu pun atas izin ayahku", ungkap Linda untuk menjawab maksud Rino

Perbincangan mereka semakin serius. Linda tak bisa menerima maksud yang diutarakan Rino. Dalam pikirannya ia belum siap untuk menjalin hubungan yang serius. Terlebih lagi izin sang ayah pasti tak didapatnya. Hingga malam mulai larut, mereka memutuskan untuk pulang.

Sampainya dirumah, Linda masih terngiang-ngiang oleh perkataan Rino. Ada semacam hal yang mengganjal dipikirannya. Ia memikirkan tentang Ridho, jika seandainya suatu hari ia menikah dengan Rino. Apakah Ridho baik-baik saja ? Ataukah Ridho justru merestui mereka ? Bagi Linda bisa dekat dengan Ridho adalah suatu kenyamanan yang tak terhingga. Disisi Ridho, Linda mereka aman, nyaman dan damai. Surga terasa begitu dekat jika dia dibimbing disisi Ridho. Dalam pikirannya yang campur aduk, ia tidur terlelap oleh dinginnya malam

****

5 tahun kemudian

"Saya terima nikahnya Linda binti Surya dengan mas kawin hafalan surat Ar Rahman dan seperangkat alat sholat dibayar tunai", ucap seorang lelaki dengan tegas

"Bagaimana saksi ?", ucap penghulu

"Sahh !!", jawab gemuruh hadirin

Ternyata itu adalah suara Ridho, mengucapkan ijab qobul pernikahan dengan Linda. Linda merasa haru dan bahagia. Bak kisah sahabat Ali dan Fatimah Az Zahra. Lelaki yang ia nikahi adalah Ridho, sahabat baiknya sejak kecil.

"Kini, kau resmi istriku", ucap Ridho

"Ya, aku milikmu dan aku akan taat kepadamu, sebagai suamiku, pembimbingku dan panutanku", jawab Linda dengan tersenyum manis

"Setelah ini aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang sangat indah", ucap janji Ridho

"Kemana ?", tanya Linda penasaran

"Yang pasti engkau akan tambah bahagia", terang Ridho

Seusainya, Ridho mengajak Linda untuk pergi ke bukit dekat rumah mereka, tempat biasa mereka menyaksikan senja. Sore itu senja kembali menampakkan diri dan matahari semakin menyembunyikan dirinya. Bagi Linda, senja kali ini terasa berbeda dan begitu istimewa. Menyaksikannya senja dan matahari terbenam bersama orang yang sama namun dengan status dan perasaan yang berbeda dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun