Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Aku Rindu Kalian, Muridku

29 November 2024   21:06 Diperbarui: 29 November 2024   21:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir 26 tahun saya menghabiskan waktu untuk bercengkrama bersama murid-murid di kelas dalam pembelajaran yang indah. Saya beranggapan ketika bercengkrama didapatkan perasaan bahagia. Suasana perasaan senang menjadi energi positif memunculkan semangat merancang ide baru dalam sebuah kegiatan yang memupuk kebersamaan. 

Kegiatan yang kita gagas terkesan sederhana. Hanya sekedar membuat kata-kata tentang hal yang paling menarik perhatian saat perjalanan dari rumah ke sekolah. Atau hanya dengan membuat sebuah gerakan cantolan yang mengekspresikan diri saat ini. Kita juga sering membuat pentas karya di kelas kita sendiri. Hal inilah yang selalu membuat kita tertawa bersama.

Senyum kalian menawan, Nak!

Ternyata tak terhitung ribuan kenangan yang berhasil kita torehkan. Dari cerita lucu, bikin sedih, menggemaskan terkadang menguras emosi yang mendalam. Semua kisah itu kini menjadi kenangan yang sulit terulang. Dan akan dibawa menjadi sebuah pengalaman unik semasa bersekolah. 

Ku akui terkadang kalian membuat ibu jengkel, itu wajar karena ibu guru manusia. Tapi yakinlah dalam hitungan detik, Bu guru akan tersenyum dan berbicara lembut. Karena Bu guru sayang kalian.

Percayalah, suatu saat nanti kisah-kisah itu akan diceritakan kembali secara turun temurun. Terkadang dibanding-bandingkan dengan kalimat pembuka, "dulu waktu saya sekolah di SD..."

Aku kangen kalian muridku.

Terbayang di pelupuk mata ketika kami bersama-sama ingin mewujudkan mimpi memiliki buku yang diterbitkan. Buku tersebut berisi kisah yang ditulis semua siswa. Saat itu saya mengajar di kelas 5 dan berusaha menyamakan mimpi agar siswa pun memiliki keinginan yang sama.

"Bu, saya tidak bisa bercerita"

"Bu, menulis itu susah."

Itu sebagian kata-kata manis yang kalian lontarkan. Dengan kata-kata sihir yang Bu guru gulirkan kalian luluh juga sehingga bisa bangkit dengan semangat bergelora. Bukankah buku antologi kita berjudul"Menggelorakan Hasrat Berkarya" Menjadi judul buku yang istimewa.

Di awal merintis cita, terasa berat karena ada hal yang mesti ditumbuhkan dan diyakini oleh semua siswa, yakni:

  • Siswa perlu empati dan memiliki kepercayaan yang tinggi.  Mereka harus percaya bahwa kita mampu membawa mimpi menjadi kenyataan. 
  • Membuang sifat egois pribadi karena ingin menerbitkan sebuah buku. Mempertimbangkan dampak positif bagi siswa. Pertimbangan dampak pada siswa menjadi hal bernilai paling tinggi. Bagaimana memberikan pembelajaran kepada siswa untuk penumbuhan karakter kreatif, mandiri dan menggugah inisiasi.
  • Dipikirkan strategi  untuk membangun karakter percaya diri siswa. Dengan percaya diri nantinya diberdayakan menjadi motivasi instrinstik untuk menebalkan keyakinan bahwa diri memiliki potensi. Hanya saja potensi tersebut masih tersembunyi. Untuk menunjukan kepada orang lain dengan aksi nyata salah satu caranya dengan membuat karya buku antologi. 

Apalagi menerbitkan buku antologi bukan hasil kerja keras  sendiri tetapi bukti karya hasil kolaboratif seluruh unsur pendukungnya, baik dari dukungan guru maupun siswa. Untuk memunculkan inisiasi secara murni yang datangnya dari siswa perlu waktu. Sebagai langkah awal perlu pemantik sebagai pancingan dari guru. 

Pemantiknya melalui serangkaian kegiatan yang menimbulkan semangat untuk berkarya. Ketika ada inisiasi menerbitkan buku, sebagai hasil diskusi bareng. Hal ini penting  agar tanggungjawab tidak dipikul oleh guru sendiri, tetapi siswa pun memiliki tanggungjawab yang sama untuk berkontribusi.

Selain itu perlu disampaikan kepada murid berkaitan dengan kesadaran akan manfaat yang diperoleh, baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Siswa digali pemahaman dengan menelaah apa yang dirasakan, ditemukan, lalu berangsur ke tahapan mengkomunikasikan dengan tulisan.

Jika aku rindu kalian muridku, selalu dibuka lembaran demi lembaran kisah baik yang tersurat maupun tersirat. Kata demi kata di surat cinta kalian ditelusuri dan disimpan rapi sampai hari ini.

Bandung Barat, 29112024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun