Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjajal Whoosh Menemukan Bahagia

17 Januari 2024   21:25 Diperbarui: 17 Januari 2024   21:31 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, sudahkan mencoba naik Whoosh?" Berulang kali pertanyaan itu terdengar. Sepertinya telingaku semakin memerah. Dalam hati berujar, "Hmm, kapan bisa menikmatinya, pasti akan ku beritakan pada dunia"

Jujur, saya belum menjajal kereta yang ramai dibicarakan. Hal ini karena belum terjadwal. Biasanya kalau direncanakan suka ada saja gangguan. Padahal saya benar-benar penasaran. Konon kata orang di sepanjang perjalanan pokoknya nyaman. Mati kita buktikan. 

Sebenarnya pengalaman ini berawal dari ketidaksengajaan. Tatkala mendapat kabar salah satu kerabat ada yang meninggal dunia.  Tanpa pikir panjang kami bergegas berkemas walau tengah malam. Setelah rapi, kami saling bertatapan. Lama kelamaan nyengir kuda.

"Lho, siapa yang bawa kendaraan?" Sudahlah akhirnya secara berjamaah tertunduk lesu. Lupa, anak laki yang paling rajin kalau diajak pergi sedang keluar kota. 

"Aha, naik kereta". Menjadi solusi paling mujarab sebagai ide dari mantan pacar.

Berangkatlah. Di sepertiga malam kami masih menikmati deru gerbong Serayu yang melaju memotong dinginnya malam. Sepertinya perjalanan dihabiskan dengan tidur ayam. Terkadang terbangun beberapa menit kemudian terlelap diayun ambing dan ditemani nyanyian rel yang berderit. Guncangan pelan dirasa seperti ayunan kain semakin meninabobokan serta menenggelamkan lamunan berirama tarikan nafas naik turun beraturan. Lumayan ada waktu memejamkan mata sekejapan. 

Pagi buta tibalah di tujuan. Setelah bertegur sapa, menanyakan kabar kerabat dan menyampaikan bela sungkawa kami beranjak dari rumah duka, setelah mendiang yang meninggal selesai dikebumikan.

Berpamitan lah untuk pulang. Kembali pada lanjutan kisah yang sepertinya cerita tersebut akan terulang. 

"Pakai apa gerangan sampai ke Padalarang?"

"Naik Whoosh sajalah" Kami jadikan jawaban singkat tetapi padat.

Untuk menjangkau ke Halim kami naik LRT. Ini pengalaman pertama pula. Jadi jangan disalahkan jika mengalami kisah turun di stasiun yang kejauhan akibat salah naik LRT yang harusnya ke stasiun Jatimulya Bekasi, ini malah melengos sampai ke stasiun TMII. Otomatis naik tangga turun naik eskalator, bolak balik sampai dengkul terasa pegal. Ternyata di awal kami salah menentukan peron perjalanan.

"Duh, ada-ada saja"

Awalnya ingin sampai di stasiun Halim tengah hari, malah kesampaian nya telat diakibatkan kekeliruan.

"Ah"

Tidak apalah, mari nikmati dengan merumuskan alasan dipikiran, beranggapan sedang traveling keliling kota.

Hihi, saya baru pertama kali memesan tiket Whoosh. Terbayang kan seperti apa alur kisahnya. Tentu saja kami kesulitan mengeksekusi pesan tiket. Saya mendingan merapat ke petugas penyedia informasi untuk dapat bantuan, daripada debat kusir dengan matan pacar. Dengan penuh keyakinan segera merapat ke meja informasi.

Tuh kan petugasnya ramah sekali, dengan telaten memberi petunjuk cara memesan tiket. 

"Terimakasih bantuannya", kata saya sambil menyunggingkan senyuman.

Terus terang saya tak malu bertanya, walau oleh orang lain terlihat udiknya. Biarkan saja, sing penting tidak mengganggu kenyamanan mereka. Saya sedang berproses, untuk mendapatkan pengalaman berharga. 

"Begitu toh caranya" 

Nanti kalau menjajal lagi naik Whoosh tak akan keliru, janji deh.

Dengan gagah dan bahagia saya masuk gerbong. Meskipun kelas ekonomi tetapi kami ada dalam rangkaian yang sama. Dan nanti akan sampai di tujuan bareng pula. Mencoba duduk sudah, lihat pemandangan dari jendela sudah. Hey, ada satu hal yang membuat penasaran, ingin melihat toiletnya. 

Saya pura-pura ingin ke toilet, menyelinap ke ruang dibalik pintu kaca. Ternyata, nyaman. Sepertinya ingin berlama-lama supaya menemukan ide. Pantesan sebanding dengan tiketnya.

Tak terasa sudah sampai di Padalarang. Saatnya kembali ke rumah dengan angkot. Mantan pacar berbisik, "Bu, kita itu naik mewah pulang ke rumah murah"

Hus, tak baik berkata begitu, kita sudah menang banyak. Dengan biaya minimalis mendapatkan kebahagiaan di sepanjang perjalanan. 

Terima kasih, Ya Alloh.

KBB, 17-01-2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun