Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikmati Kudapan Goreng Ikan Kecil Nan Kriyuk dan Gurih

28 November 2022   04:04 Diperbarui: 28 November 2022   06:36 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat pulang dari perhelatan upacara Hari Guru Nasional tahun 2022, saya melirik pada sebuah bakul pedagang. Sepertinya ada yang menggelitik kalbu untuk mendekati. Tanpa membuang waktu lama saya sudah berada di hadapan beberapa wadah yang menyemilirkan wangi menggugah rasa.

Ternyata ada beberapa bakul dagangan yang menjajakan goreng ikan kecil. Saya teringat pengalaman masa kecil. Karena saya orang desa otomatis memiliki kenangan saat mengambil ikan kecil di sawah. Saat saya dulu, tidak ada istilahnya ikan kecil dari ikan nila, ikan mujair, atau ikan sepat untuk diambil lalu diolah menjadi sajian makanan. Orang tua saya akan berkata, "Kalau dapat ikan kecil, balikan lagi ke kolam. Biarkan tumbuh besar. Kalau sudah besar bisa dijual". Itulah kenyataannya, dan memang masuk akal. Kalau ikan yang masih kecil diambil, tentu saja untuk mendapatkan berat satu kg perlu ratusan ekor. Tetapi jika sudah 3 bulan untuk memenuhi satu kg hanya perlu 4-5 ekor saja. 

Namanya juga anak-anak pasti memiliki ide cemerlang untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Oleh karena itu saya tidak kehabisan akal. Untuk mendapatkan ikan-ikan kecil maka mengambilnya di sawah atau di sungai. Kerena di tempat tersebut banyak ikan kecil yang bisa diambil secara gratis. Asalkan saat mengambilnya tidak merusak tanaman padi. Siapapun boleh menangkapnya. 

Biasanya saya menggunakan alat sair bambu (ayakan) atau jaring kecil (sair lambit). Tak lupa pula membawa ember kecil untuk menyimpan hasil tangkapan. Ah, terkadang saya hanya menggunakan kantung plastik, sudah dirasa cukup memadai. Bahkan menggunakan daun talas yang dilengkungkan lalu disemat dengan sepotong lidi di kanan dan kirinya. 

Saya melakukan aktivitas mencari ikan di sawah bersama 3 orang teman dengan dibagi tugas berdua untuk menghalangi/mengambil ikan, satu teman lagi untuk mengumpulkan hasil tangkapan. Biasanya kami mendapatkan ikan endol, burayut, dan ikan benteur (mungkin jenis ikan yang sudah jarang ditemukan).

Setelah dirasakan cukup, hasil tangkapan diolah dengan cara:

  • Dibersihkan terlebih dahulu dari lumpur. Biasanya isi perut tidak dikeluarkan. Soalnya ikan masih kecil-kecil sehingga susah untuk dibuang isi perutnya. Lagian kalau ikan masih kecil sepertinya tidak pahit eempedunya
  • Menaburi ikan dengan bumbu sederhana dan seadanya. Hanya ditaburi garam dan sedikit tepung beras sudah bisa menjadi bahan makanan nnikmat
  • Digoreng di atas wajan. Biasanya proses menggoreng dilakukan oleh ibu saya. Soalnya takut kecipratan minyak panas. Digoreng menggunakan minyak goreng dibuat sendiri dari santan kelapa semakin menyebarkan aroma harum tak terkira. 
  • Setelah digoreng sampai kering maka disajikan dengan nasi panas. Makanan ini menjadi menu favorit apalagi sudah basah-basahan mencari ikan. Kriyuk saat digigit dan gurih saat dikunyah menjadi sensasi istimewa yang akan dikenang sepanjang masa. 

Menerawang jauh ke masa lalu, sepertinya mendorong saya untuk membeli beberapa bungkus. Sepertinya harganya terjangkau. Hanya mengeluarkan uang Rp 10.000,00 untuk 100 g, dirasa cukup melepaskan kerinduan menikmati kudapan goreng ikan kecil nan kriyuk dan gurih. 

Saya ingin menikmatinya seperti dulu, walaupun sekarang cara pengolahannya lebih baik. Terlihat dari tampilannya juga semakin menarik. Bahkan saya bisa memilih rasanya, karena ada yang pedas atau biasa. Saya menyakini, bumbunya pun pasti ditaburi bumbu lengkap tidak hanya garam saja. 

Nah, ketika diberi kesempatan untuk mengicip-icip dari penjualnya, ternyata benar rasanya kriyuk dan gurih. Hmm, sajian dengan harga terjangkau tapi membuat saya bahagia dan seperti kembali menikmati masa kecil. Tetapi saya tak bisa membohongi diri sendiri, sepertinya makanan yang disantap masa kecil lebih nikmat daripada saat kita menyantapnya kini.

Entahlah, mungkin ini perasaan saya saja?

KBB, 28112022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun