penghapus ku lari? Lagi nanggung nih, ada goresan yang harus dihilangkan. Bolak balik seluruh benda dikorek. Barangkali ada di bawah karton, atau di sela buku, atau berada diantara ceceran pensil warna. Sungguh menjengkelkan andai sedang dalam posisi perlu waktu cepat untuk menyelesaikan sebuah gambar, ternyata ada benda yang dibutuhkan berpindah dari posisi awalnya.
KemanaKetika menghadapi kondisi tersebut, sudah tentu akan memengaruhi kondisi psikologis seseorang. Kalau tidak panik pasti keringat dingin keluar bercucuran, perilaku kita terkadang tidak terkontrol. Akan kentara sekali, ada was-was yang berputar di pikiran. Ditambah dengan posis wajah yang celingukan semakin menjelaskan kepada orang lain kita sedang panik.
Sebaiknya kita segera berhenti sejenak, melakukan jeda dari aktivitas. Jeda ini akan memberikan kesempatan kepada diri untuk berfikir lambat. Dengan berfikir lambat otak diberi kesempatan untuk mengulang ke belakang hal yang sudah dilakukan. Secara perlahan tetapi pasti memori akan menggali kembali dimana kita menyimpan benda. Jeda akan memberikan rasa tenang. Nafas akan teratur serta emosi akan terkendali.
Bisa juga pada saat menghadapi kondisi yang berpeluang akan menimbulkan kepanikan, sesegera mungkin melakukan teknik "cari akal serep". Seperti sekarang ketika penghapus menghilang Aya harus menemukan cara lain.
Untung saja dulu waktu sekolah di SD, sudah terbiasa tanpa berteman dengan penghapus. Saat itu penghapus jadi barang langka dan rasa-rasanya mahal harganya. Sehingga hanya teman-temanku yang dari kota yang memilikinya. Sedangkan saya apa atuh? Tak perlu berharap banyak, paling-paling hanya meminjam punya teman.Â
Untung saja teman-teman saya sangat baik, mereka sering meminjamkan penghapusnya. Tetapi karena tulisan saya tebal-tebal makanya penghapusnya suka langsung terlihat gepeng. "Ah, kamu mah suka kenceng-kenceng menghapusnya, tuh kan jadi cepat terlihat bopeng begini?" Kalau sudah begitu ya, sudahlah tidak menjamin lagi. Malu rasanya dan merasa gak enak ke teman, masa pinjam terus.Â
Untung saja teman-teman yang lainnya terutama kakak seniorku memberi ide, "Sudahlah, jangan bingung menghapus, pakai saja karet gelang. Nih, begini cara menempatkannya". Sejak saat itu saya tak pernah meminjam penghapus lagi, tetapi lebih sering menggunakan karet gelang. Walaupun hasil hapusannya tidak sebersih hapusan dari toko. Bercak hitam akan mengotori. Tetapi itu masih mendingan, daripada menghapus tulisan menggunakan jemari tangan. Pasti belepotan sampai keluar garisan. Hitam berceceran dan terlihat seperti lukisan awan membayang.
Ah, jadi lucu dan tampak konyol kelakuan saya waktu itu. Tak terbayang bagaimana kesan Bu guru saat menilai hasil pekerjaannya. Pasti saat itu Bu guru akan geleng-geleng kepala. Untung saja Bu guru saya saat itu baik sekali. Paling beliau akan menulis catatan di bawah hasil pekerjaan. "Menghapusnya yang bersih ya!"
Maafkan saya Bu guru, makanya kalau sekarang setelah saya menjadi guru mengikuti jejak mu, kenangan demi kenangan selalu membayang dan membuat saya tersenyum simpul.Â
Seperti saat ini, tatkala saya sibuk dan kelimpungan mencari penghapus, tanpa pikir panjang saya mengambil karet gelang yang ada di hadapan. Hasilnya ya, seperti itulah. Tetapi saya senang sebab bisa mengembalikan kenangan dan sehingga bisa bertindak cepat di saat yang dibutuhkan dengan memanfaatkan kearifan lokal dan pengalaman masa kecil dulu. Ternyata tatkala penghapus menghilang, karet gelang mengambil peran.
Terima kasih kenangan lama, ternyata sekarang pun masih bisa dimanfaatkan di saat ada hal mepet yang perlu tindakan cepatÂ