Pernahkah pada saat melakukan pembelajaran di kelas, mengalami siswa yang kurang terlibat dalam pembelajaran? Siswa tampak lemas, lesu, kurang bersemangat dan cenderung melakukan aktivitas keluar masuk kelas dengan alasan mau ke toilet.Â
Inilah salah satu pertanda ada sebuah kekeliruan dalam pembelajaran yang harus segera ditangani. Guru sesegera mungkin melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan.Â
Menelaah berbagai komponen pembelajaran yang sekiranya belum dioptimalkan. Semakin cepat refleksi dilaksanakan maka kondisi pembelajaran yang kurang mengaktifkan siswa bisa ditemukan jalan keluarnya.
Ada beberapa faktor penyebab, yakni:
- Faktor dari dalam. Faktor ini biasanya muncul dari siswa dan guru, lebih mengarah pada motivasi yang dibangun pada diri masing-masing. Mungkin siswa kurang mendapatkan stimulus positif sehingga respon yang diberikan siswa kurang kuat. Hal ini akan mempengaruhi keinginan serta dorongan yang muncul dari dalam dirinya untuk belajar. Bisa jadi siswa belajar karena ada tekanan yang mengharuskan siswa belajar. Hal ini yang dikhawatirkan memberikan kontribusi pada menurunnya aktivitas dan keterlibatan siswa untuk memaknai pelajaran. Sedangkan guru belum memiliki kreativitas untuk meramu sebuah metode pembelajaran yang menantang agar siswa belajar.
- Faktor dari luar, yang bisa berasal dari lingkungan rumah, sekolah, bahkan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung terjadinya pembelajaran yang menyenangkan. Siswa merasa rumah belum menjadi ruang belajar kedua setelah sekolah. Bisa saja siswa menganggap antara rumah dan sekolah tidak ada keterkaitan. Tempat belajar hanya di sekolah, kalau di rumah adalah tempat membebaskan diri dari kewajiban mengerjakan serangkaian tugas seperti membaca, mencatat, mengerjakan soal latihan, bahkan mendengarkan penjelasan guru di depan kelas. Hal lain adanya kondisi lingkungan sekolah dengan segala aset yang dimiliki belum memberikan manfaat yang benar-benar dibutuhkan oleh siswa. Kurikulum, materi ajar, fasilitas belajar, ruang kelas belum dioptimalkan. Begitu juga dengan keberadaan lingkungan masyarakat yang belum tersentuh serta dilibatkan untuk dijadikan sumber ajar. Padahal untuk menjadi manusia seutuhnya siswa harus memaknai kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Hasil dari pendidikan yang diterima pada lembaga sekolah harus mampu memberikan keterampilan untuk penyesuaian diri dan memiliki kecerdasan sosial emosional.Â
Trik untuk mensiasati agar siswa "mager" menjadi terlibat dalam pembelajaran salah satunya, dilakukan dengan merubah metode pembelajaran yang asalnya menggunakan metode konvensional dengan ceramah dan tanya jawab serta penugasan menjadi pembelajaran yang berpusat kepada murid. Sehingga murid menjadi subjek pembelajaran. Menjadi prioritas dari setiap perlakuan guru dalam mengajar.
Metode pembelajaran menjadi sebuah rangkaian kegiatan secara terperinci yang disiapkan guru pada saat mengajar di kelas dengan tujuan siswa bisa mendapatkan serangkaian keterampilan dan kecakapan yang menjadi bekal menjalani hidup serta kehidupan di masa yang akan datang. Sehingga metode pembelajaran tersebut dirasakan siswa menjadi hal yang istimewa, menarik, menumbuhkan percaya diri serta memberikan ruang seluas-luasnya untuk bergerak serta menjadikan siswa betah di dalam kelas.Â
Pada buku siswa disusun serangkaian kegiatan yang dilengkapi dengan petunjuk bagaimana melakukan langkah-langkah pembelajaran yang bisa menumbuhkan keingintahuan siswa terhadap materi yang sedang dibahas atau dipelajari.Â
Semakin besar rasa penasaran yang tumbuh pada diri siswa, semakin menggerakkan rasa penasaran untuk mendalami dan menelaah lebih dalam. Pada dirinya muncul serangkaian pertanyaan mengapa begini, mengapa begitu, bagaimana kalau begini, apa yang akan terjadi jika begitu?
Diperlukan inisiatif dari guru untuk memfasilitasi siswa belajar dengan melakukan pengelolaan kelas, memberi arahan kongkrit bagaimana prosedur pengerjaan dengan bahasa yang dipahami siswa, melakukan pembimbingan secara individual dan kelompok selama siswa melakukan aktivitas pembelajaran, serta memberikan perhatian kepada siswa yang menunjukan gejala mendapatkan kesulitan.
Untuk memudahkan, biasanya disusun lembar kerja yang bisa menjadi pemantik untuk merangkai, mencoba, mengotak-atik benda-benda yang ada di hadapan untuk dicobakan dengan mengikuti petunjuk pengoperasian. Inilah sejatinya dari metode percobaan sederhana bagi siswa sesuai dengan tingkatan dan usianya.Â
Dimulai dari mengerjakan percobaan sederhana berbahan yang ada di sekitar siswa, misalnya menggunakan kentang , kabel dan lampu pada materi energi alternatif, akan menjadikan pembelajaran berpusat pada murid. Mereka menjadi aktor utama dalam pembelajaran, posisi guru menjadi motivator, fasilitator, pembimbing dan pengarah.Â
Pada akhirnya siswa akan memiliki kemampuan menjawab, menganalisa,menemukan dan memperkirakan berbagai kemungkinan setelah memanipulasi alat dan bahan yang disediakan. Siswa pun akan terlatih mengkomunikasikan hasil percobaan pada saat dilakukan presentasi.Â
Mereka akan belajar memaparkan temuan setelah melakukan percobaan sederhana tersebut. Bentuk laporannya pun akan memantik siswa untuk berkreasi membuat laporan dalam bentuk tulisan, pemaparan, video proses percobaan berlangsung atau dalam bentuk gambar-gambar. Oleh karena itu metode percobaan sederhana yang diterapkan pada pembelajaran, akan menumbuhkan aktivitas dan memusatkan pembelajaran pada murid.
KBB, 17092022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H