Mengawali tahun 2022 bisa diisi dengan aktivitas sederhana tetapi menyenangkan. Berbagai kegiatan bisa menjadi pilihan. Semua tergantung dari keinginan dan minat kita akan menentukan melakukan apa? Bagi saya dengan pasangan yang berasal dari desa memulai kebiasaan lama tetapi baru tahun ini bisa dilalui dengan leluasa. Mengingat dulu, sepertinya tak banyak waktu untuk menggaulinya.Â
Ya, beternak ayam kampung menjadi pilihan. Karena saya suka apapun yang berkaitan dengan ayam. Daging, telur, bahkan kohe (kotoran hewan) bisa dimanfaatkan.Â
Awalnya suami yang menawarkan ide yang saya anggap terlalu berlebihan. Ada alasan mengapa saya harus mengernyitkan dahi dengan dalam untuk membuat persetujuan yang dianggap"mengada-ada". Tak terbayangkan memelihara ayam di teras rumah. Masa iya? Saya dan anak-anak berhak mengajukan keberatan, atas pertimbangan, bahwa:
1. Lahan di rumah kami sempit, sepertinya tak layak untuk beternak ayam.
2. Kami tinggal di area padat penduduk, bagaimana dengan polusi udara dari "aroma kohe" yang kurang sedap.
3. Pakan ayam itu memiliki aroma"khas" terkadang membuat pening kepala.
4. Beternak ayam memerlukan kandang yang nyaman untuk ternak.
5. Memelihara ayam kesannya"kotor/jorok"
Ternyata suami lebih kokoh pendiriannya, dengan alibi yang memikat hati dan alasan rasional, membuat kami harus mencermati setiap alur penjelasan yang diungkapkan. Alasan lugas yang disampaikan:
1. Kandang ayam bisa dibuat secara bersusun seperti rumah bertingkat. Ayam yang ukuran besar disimpan di paling bawah, sedangkan yang masih kecil di posisi atas.Â
"Pokoknya ayam akan aman, nyaman, dan bersih, cius"itu janjinya.
2. Kohe yang dihasilkan tidak akan menimbulkan aroma polusi karena dikelola dengan cara tertentu yang menekan aroma agar tidak muncul.
3. Pakan ayam dibuat dengan pengolahan terlebih dahulu, jadi tidak langsung diberikan sebagai pakan melainkan diproses dulu menjadi pakan ayam yang tahan lama dan tidak mengganggu pernapasan ada aroma yang dikeluarkan.
4. Kesan kandang jorok/kotor akan terbantahkan karena cara memelihara ayam yang diatur dan ayam tidak diberi akses berkeliaran.
Hmm, akhirnya luluh juga hati kami.Â
Singkat cerita, mulailah proyek baru memelihara 15 ekor anak ayam. Kesemuanya berbeda usia. Ada yang sudah berganti bulu, ada yang baru satu kepal, bahkan ada yang baru menetas 3 hari. Kelimpungan bagaimana mengurusnya. Untunglah burungku kabur satu persatu menyisakan kandang yang tak bertuan. Tak banyak pikiran diputuskan untuk dijadikan persinggahan sementara.Â
Seminggu anak ayam bernaung di kandang burung, sehingga sudah saatnya untuk dipindahkan. Benar saja, lahan sempit bukan alasan untuk membatalkan keinginan memelihara ayam. Di sisi balkon ada pojok sempit yang dulunya digunakan untuk menyimpan kandang burung disulap menjadi pojok ayam. Walau sederhana, ternyata menghemat lahan juga.
Alhamdulillah awal 2022 kami berhasil memanfaatkan pojok sempit menjadi tempat beternak ayam kampung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H