Proses penyelesaian administrasi sudah tuntas. UKT sudah lunas. Kamar kos sudah dibayar untuk jangka waktu 6 bulan. Resmilah putri bungsuku tercatat sebagai mahasiswi di sebuah PTN di luar kota. Mantap dia berkata"Saya berangkat sendiri, gak usah diantar".
"Yakin?"itu pertanyaan yang kami ungkapkan. Dengan anggukan mantap dia meyakinkan, kami antarkan sampai stasiun.
Semua proses telah dijalani, tetapi masih ada rasa penasaran, menunggu keputusan hasil seleksi di satu politeknik lagi yang belum diumumkan.Â
Setiap hari kami pantau dari jauh. Kakaknya pun diminta untuk membantu jika ada hal yang diperlukan terutama di masa Maba. Anakku sumringah ketika mendapat teman satu daerah. Kami pun tenang karena putriku sudah mendapatkan kawan baru.Â
Satu minggu sudah berlalu, semua proses telah dijalani, tetapi masih ada rasa penasaran menunggu keputusan hasil seleksi di satu politeknik lagi yang belum diumumkan. Kami harus bersabar.Â
Tak terasa Maba sudah usai. Anakku mengirim sebuah Poto sambil tersenyum sumringah mengenakan almamater dan sebuah kartu mahasiswa. Ternyata sebelum perkuliahan dimulai ada waktu senggang 3 hari. Putriku minta pulang. Ya, kami kabulkan. Pulanglah dia diantar kakaknya sampai stasiun, kami pun menjemputnya.
Ternyata putriku pun sama, masih memiliki harapan yang tertunda, menunggu pengumuman di politeknik tersebut. Menurutnya dari hati paling dalam ada rasa dia lulus seleksi. Ternyata intuisi itu benar adanya. Akhirnya pilihan sendiri  yang menentukan. Apapun keputusan yang diambil kami sebagai orangtua setuju dan berharap menjadi pilihan yang terbaik. Kini tsunami hati telah berlalu, kami menikmati setiap prosesnya. Sambil menutup lembaran diary saya bergumam sendiri, "Ternyata setiap anak memiliki kisah unik masing-masing".
Bandung Barat, 24 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H