Pagi ini halaman sunyi tanpa geliat kehidupan. Rumput layu mengering sebelum setinggi badan. Cat tembok muram padahal kemarin baru dimake up tebal. Dengan gincu merah jambu dan kemeja kuning durian.
Pagar dan pintu kelas berderit tanda lama tak dijamah. Layar yang terkembang melipat di ujung kiri kanan. Terpaku menatap nanar bangku tak bertuan. Layar melompong tanpa huruf dan bilangan.
Biasanya ramai seloroh dan tepuk tangan. Mata melotot tangan terlipat sambil mengulum senyuman. Tatakala di layar banyak bacaan tentang kelinci yang bersembunyi di kepala kera. Memberi kiasan saling bekerjasama.
Layar putih dihias sarang laba-laba. Bergelantungan ceria bercengkerama. Aku marah ingin melempar spidol dan tinta hitam. Untuk membuat noktah berupa lukisan dan soal hitungan.
Lantai membisu seperti lelah menunggu. Langkah ceria penuh semangat menimba ilmu di ladang bangku sekolah. Kini semua patah seperti di hutan belantara. Dingin dan sunyi tak ada suara yang berbisik atau berkicau.
Angin pun enggan menggoyangkan dedaunan di halaman. Bendera tetap berkibar menggelorakan harapan. Walau sekitar sepi dan sunyi seperti hutan kehilangan rimbun pepohonan. Layar tanpa abjad setia berdiri menunggu kalian datang lagi.
Bandung Barat, 04-11-020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H